Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Praktisi Sebut Harga Emas Naik Setiap Ada Kabar Buruk di Amerika Serikat

Praktisi Sebut Harga Emas Naik Setiap Ada Kabar Buruk di Amerika Serikat Kredit Foto: Unsplash/ Dmitry Demidko
Warta Ekonomi, Depok -

Amerika Serikat terancam bangkrut apabila gagal bayar utang sampai dengan 1 Juni 2023. Hal ini disebabkan oleh kebuntuan negosiasi untuk menaikkan plafon utang negara antara pemerintah dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang saat ini dipimpin oleh Partai Republik.

Sebelumnya, Partai Republik memilih untuk menaikkan batas pinjaman nasional, tetapi dengan syarat harus memotong drastis anggaran belanja yang menurut Kongres terlalu boros. Hal ini tentu saja akan menyulitkan posisi Presiden Joe Biden yang berasal dari Partai Demokrat.

Tanggal pasti gagal bayar utang tersebut dinyatakan oleh Menteri Keuangan Janet Yellen dalam suratnya ke Kongres AS. Saat ini, utang AS diperkirakan sudah mencapai ambang batas yakni 1,4 triliun dolar AS atau setara Rp461.000 triliun (dalam kurs Rp15.000). Yellen kemudian mendesak Kongres AS bergerak cepat untuk menaikkan atau menangguhkan plafon utang agar pemerintah bisa memberikan kepastian terkait pembayaran utang.

Baca Juga: Amerika Serikat Terancam Bangkrut karena Utang, Investasi Emas Jadi Pilihan?

Menyoroti kondisi tersebut, investor dan praktisi pasar modal Ryan Filbert menjelaskan bahwa kabar buruk perekonomian AS akan berimplikasi pada kenaikan harga emas. Ia menyebut bahwa harga emas yang saat ini mencapai US$2.081 merupakan angka tertinggi sejak Maret 2020 lalu.

“Kalau kita perhatikan, harga enggak bisa bohong. Kalau kita melihat pergerakan harga, harga yang bisa bohong itu hanya bisa di jangka pendek. Tapi kalau di jangka panjang, harga itu cenderung susah bohong. Contohnya, harga emas pada Mei ini sempat menyundul ke 2081 dolar AS per troy ons. Kalau kita perhatikan US$2.081 itu terakhir menyundul angka tinggi baru pada Maret 2022 lalu. Setiap kali menyundul begini pasti ada sesuatu yang tidak bagus yang dikabarkan di Amerika,” kata Ryan, dikutip dari kanal Youtube RF Channel pada Kamis (25/05/23).

Ia mengatakan bahwa kenaikan harga emas ini sudah diprediksi sejak akhir tahun 2020 lalu. Kenaikan harga ini juga dipengaruhi oleh faktor lain, misalnya seperti Perang Rusia-Ukraina dan inflasi global.

“Akhir tahun 2022 itu ada beberapa informasi bahwa harga emas bisa pergi ke US$2.100 sampai US$2.400 per troy ons. Alasannya, pertama adalah perang. Yang kedua karena adanya inflasi. Dan yang ketiga adalah gara-gara si Amerika ini kondisi perekonomiannya enggak bagus,” jelasnya.

Ia manyatakan bahwa harga emas akan terus mengalami kenaikan selama uang masih digunakan sebagai alat transaksi.

“Sebenarnya emas ini punya kecenderungan mengalami kenaikan terus-menerus selama kita berpegang pada yang namanya konsep mencetak uang, artinya setiap negara diberikan kebebasan untuk menginflasikan dirinya. Maka semakin setiap rata-rata negara dunia mengalami inflasi, maka otomatis harga emas akan semakin bernilai. Karena sebenarnya sebelum ada generasi uang dicetak pada setiap Bank Sentral, maka dijaminlah semuanya menggunakan emas,” ungkapnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Novri Ramadhan Rambe
Editor: Rosmayanti

Advertisement

Bagikan Artikel: