Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Dukung Transisi Energi, Pertamina Pangkas Penggunaan BBM Hingga 64%

Dukung Transisi Energi, Pertamina Pangkas Penggunaan BBM Hingga 64% Kredit Foto: Siaran Pers/Pertamina
Warta Ekonomi, Jakarta -

Peran minyak dan gas bumi masih diperlukan. dalam rangka memuluskan transisi energi. Menurut 7th ASEAN Energy Outlook (AEO7), migas merupakan industri dengan teknologi dan rantai pasok yang mapan dan dapat mendukung transisi energi.

Gas misalnya berperan penting karena pasokannya yang masih stabil serta energi beremisi rendah. Pertamina sebagai perusahaan yang bergerak di sektor energi juga berupaya mendukung rencana pemerintah dalam mewujudkan target NZE.

Direktur Pertamina Nicke Widyawati mengatakan pihaknya akan aktif berkontribusi untuk mencapai tujuan dan prioritas ASEAN 2023. Terkait dengan transisi energi, mengutip kajian Economic Research Institute for ASEAN and East Asia (ERIA) 2022, Pertamina pada Juni 2021 menetapkan target pengurangan bahan bakar berbasis minyak sebanyak 64% pada 2023.

Selain itu, meningkatkan bauran gas alam dan energi terbarukan di mana masing-masing sebesar 19% dan 17% pada tahun yang sama. Untuk mengamankan produksi gas, anak usaha perseroan, Pertamina Hulu Energi (PHE) berupaya meningkatkan produksi.

Pada 2022, PHE mencatat produksi gas sebesar 2.600 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD). Produksi ini melampaui target produksi sebesar 6%. Dalam meningkatkan kinerja, PHE agresif melakukan eksplorasi untuk mencapai ketahanan energi nasional.

Direktur Eksplorasi PHE Muharram Jaya Panguriseng mengatakan, penemuan sumber baru dapat menjaga dan meningkatkan produksi migas pada jangka panjang. Selain itu, akuisisi sumber-sumber potensial seperti Blok Masela dapat meningkatkan pasokan gas nasional.

Baca Juga: Tekan Emisi Karbon, Pebisnis ASEAN Luncurkan Proyek Industri Berkelanjutan

Di ranah keberlanjutan dan transisi energi, PHE juga menerapkan program dekarbonisasi, salah satunya dengan teknologi carbon capture storage (CCS) serta carbon capture utilization & storage (CCUS).

Sementara itu, Pertamina juga memperkuat portofolio energi terbarukan dengan mengembangkan subholding Pertamina Geothermal Energy (PGE) yang melantai di bursa efek pada Februari tahun ini. Dalam prospektusnya, perseroan mengalokasikan 85 persen hasil IPO untuk pengembangan usaha hingga tahun 2025, termasuk di dalamnya panas bumi.

Sebelumnya transisi energi berkelanjutan merupakan salah satu perhatian dalam pembahasan Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN Summit 2023 pada 9-11 Mei lalu di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur. Sebagai tindak lanjut, dilaksanakan ASEAN Ministers of Energy Meeting (AMEM) yang berlangsung pada 17 Mei.

Pertemuan tersebut merupakan wadah ASEAN untuk bertukar pengalaman tentang promosi dan penggunaan energi berkelanjutan melalui kerja sama regional. Dalam keketuaan ASEAN 2023, Indonesia menaruh perhatian pada isu transisi energi untuk mencapai ketahanan energi berkelanjutan.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan prioritas ini akan dilakukan melalui dua pilar program, yakni ASEAN Power Grid (APG) dan Trans-Asean Gas Pipeline (TAGP).

Keempat pilar lainnya adalah Coal and Clean Coal Technology, Energy Efficiency and Conservation, Renewable Energy, Regional Energy Policy and Planning, dan Civilian Nuclear Energy.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Boyke P. Siregar

Advertisement

Bagikan Artikel: