Strategi CEO Igloo Tingkatkan Penetrasi Asuransi yang Masih Rendah di Indonesia
Perusahaan rintisan (startup) sekaligus perusahaan asuransi berbasis teknologi (insurtech), Igloo, memperluas jejak bisnisnya di tujuh pasar negara berkembang di Asia Tenggara, salah satunya di Indonesia. Igloo hadir dengan memanfaatkan teknologi untuk membuat asuransi diakses secara terjangkau.
Dalam wawancaranya dengan Warta Ekonomi, co-founder dan CEO Igloo, Raunak Mehta menjelaskan bahwa industri asuransi, khususnya insurtech, di Indonesia akan mengalami pertumbuhan pesat di tahun 2023. Berikut wawancaranya.
Menurut Anda, bagaimana situasi terkini serta proyeksi industri asuransi di Indonesia? Apa saja tantangan yang berpotensi menghambat kemajuan industri ini di Indonesia? Terkait tantangan tersebut, solusi apa yang ditawarkan Igloo?
Saya yakin industri asuransi khususnya insurtech di Indonesia akan mengalami pertumbuhan pesat pada 2023. Potensi ini kami lihat karena Indonesia merupakan negara dengan tingkat penetrasi asuransi yang rendah, hanya sebesar 3,18% berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Baca Juga: Social Commerce Evermos Raih Dana Segar Rp598 Miliar dari IFC
Di sisi lain, Indonesia memiliki 88,3 juta penduduk berusia muda, mereka adalah orang yang paham teknologi dan internet, serta menggunakan smartphone dengan intensitas tinggi. Di Igloo, kami percaya bahwa kombinasi antara karakteristik penduduk berusia muda yang paham teknologi, kesadaran mereka atas risiko, kemampuan literasi keuangan yang baik, dan dorongan untuk mengamankan masa depan–membuat mereka berpotensi tinggi untuk mencari lebih banyak produk asuransi digital.
Di Indonesia, aksesibilitas layanan asuransi masih menjadi tantangan utama dalam industri. Kondisi ini diperparah dengan literasi asuransi yang masih cukup rendah meskipun Indonesia merupakan negara dengan ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara. Dengan aktivitas masyarakat yang semakin bertransformasi ke arah digital, Igloo mengambil kesempatan ini untuk memanfaatkan teknologi guna membantu perusahaan asuransi memberikan opsi yang lebih baik dan membuat asuransi dapat diakses secara terjangkau.
Inti dari Igloo adalah teknologi untuk meminimalisir penggunaan metode tradisional yang memakan waktu. Kami mencoba untuk mengatasi hal ini dengan membantu perusahaan asuransi bermigrasi ke platform digital dan mempercepat proses mulai dari penemuan produk, onboarding, dan penyelesaian klaim. Salah satu contoh yang telah kami lakukan adalah bekerja sama dengan perusahaan asuransi untuk menerapkan sistem manajemen smart-claims agar proses klaim asuransi lebih efisien dengan memanfaatkan manajemen data, machine learning, dan kecerdasan buatan.
Selain itu, kami juga menyediakan Ignite by Igloo, platform digital untuk meningkatkan produktivitas agen. Ignite menawarkan beragam produk asuransi dalam satu aplikasi, yang memudahkan agen asuransi atau perantara penjualan membandingkan produk, meningkatkan customer experience, dan menyediakan produk yang sesuai dengan kebutuhan konsumen. Ignite juga mempermudah proses pembayaran komisi untuk agen. Bagi pelanggan, penggunaan platform ini bertujuan untuk menurunkan tingkat kerumitan proses administrasi.
Untuk jangkauan konsumen yang lebih luas, kami juga bermitra dengan pemain kunci seperti DANA dan Bukalapak. Melalui kemitraan ini kami menghadirkan asuransi digital melalui melalui platform yang biasa digunakan masyarakat. Kehadiran asuransi mikro memungkinkan masyarakat untuk membayar premi dengan harga terjangkau untuk memberikan perlindungan yang dibutuhkan.
Sebagai co-founder dan CEO Igloo, serta sebagai pemain kunci dalam industri insurtech, menurut Anda apa sikap atau sifat yang harus dimiliki oleh para pemain di bidang insurtech agar tetap dapat mempertahankan eksistensi, bersaing, dan tumbuh secara sehat di industri? Sebagai co-founder & CEO Igloo, apa strategi atau inovasi yang ingin Anda lakukan untuk membawa Igloo semakin sukses?
“Dengan pertumbuhan pasar serta peningkatan pemahaman pelanggan akan literasi digital, terdapat tiga hal yang harus dikuasai setiap pelaku industri untuk mempertahankan relevansi, di antaranya adalah inovasi, data, dan audiens.
Inovasi merupakan faktor kunci dalam pertumbuhan setiap industri. Di bawah kepemimpinan saya, Igloo terus memanfaatkan setiap peluang inovasi yang ada untuk mendigitalisasi asuransi tradisional. Igloo berfokus pada pemanfaatan teknologi untuk membantu meningkatkan keterjangkauan audiens terhadap layanan asuransi melalui model penetapan harga yang dinamis, penilaian risiko waktu nyata, dan manajemen klaim otomatis berbasis machine learning.
Igloo menciptakan produk berdasarkan data kebutuhan pelanggan yang didapatkan melalui riset pasar dan permintaan bawaan dari mitra distribusi digital kami. Setelah itu, Igloo mengidentifikasi masalah umum di masing-masing pasar untuk menemukan peluang memperluas penawaran produk demi tercapainya visi kami, “Insurance for All”. Kami juga mempertimbangkan perkembangan ekonomi, sosial, dan lingkungan yang turut memengaruhi tingkat kerentanan kelompok populasi yang kurang terlayani dan kurang terwakili.
Sebagai contoh, masih banyak perusahaan asuransi yang telah mendigitalisasi operasinya, namun agen mereka masih bekerja secara manual. Hal inilah yang mendorong kami meluncurkan Ignite, platform berbasis kecerdasan buatan (AI), untuk membantu agen asuransi dalam mengakses dan membandingkan produk asuransi secara mudah dalam satu platform.
Hal penting lainnya yang sering dilupakan para pemain di industri adalah menjangkau audiens yang tepat dengan penawaran yang tepat pula. Kebutuhan pelanggan terus berubah, dan pemain industri tidak dapat terus menerus menawarkan produk yang sama. Misalnya, dengan tren e-sports yang belum pernah terjadi sebelumnya, Igloo telah meluncurkan asuransi perlindungan gamer untuk melindungi mereka dari stres atau cedera seperti carpal tunnel syndrome.
Contoh tantangan lainnya adalah perubahan iklim, yang dijawab Igloo dengan peluncuran Asuransi Indeks Cuaca dengan penggunaan smart contract berbasis teknologi blockchain untuk melindungi petani di Vietnam dari kondisi cuaca yang tidak terduga. Hal ini kami gabungkan dengan memperkuat kemitraan di seluruh kawasan Asia Tenggara dan meningkatkan layanan platform perantara untuk menghadirkan lebih banyak penawaran asuransi ke setiap negara tempat kami berada.
Selain itu, di sisi perusahaan asuransi, mereka perlu mempercepat adopsi digital. Konsumen semakin berkembang, sehingga kita harus lebih jeli dalam menyikapinya dan terus mendampingi mereka. Di tengah era yang semakin menuntut kecepatan dan kenyamanan, pemain industri harus dapat memenuhi kebutuhan konsumen dengan cepat dan mudah.
Perusahaan-perusahaan besar harus berani menentukan fokus utamanya dalam memaksimalkan keuntungan selagi memastikan populasi yang ada tetap terjangkau produk dan layanan asuransi, agar tidak berujung kepada penetrasi asuransi yang semakin rendah. Pemanfaatan teknologi pada operasional layanan asuransi merupakan solusi yang coba ditawarkan Igloo agar perusahaan dapat memenuhi kebutuhan pelanggan secara efisien dan hemat biaya.
Bagaimana Anda melihat masa depan Igloo di bawah kepemimpinan Anda? Apa target yang ingin dicapai Igloo pada 2023?
Secara global, Igloo telah menunjukkan tren pertumbuhan bisnis yang kuat, dengan menjalin kemitraan bersama lebih dari 55 perusahaan di tujuh negara dan menawarkan lebih dari 15 produk di seluruh kawasan Asia Tenggara. Sejak 2019, Igloo telah mendistribusikan lebih dari 300 juta polis. Dengan pertumbuhan 15 kali lipat dalam Premi Tertulis Bruto (GWP), Igloo bertujuan untuk mencapai pertumbuhan lebih tinggi pada 2023.
Baru-baru ini, Igloo juga berhasil menggalang dana tambahan senilai US$ 27 juta dalam pendanaan perpanjangan Seri B (Series B Extension), menutup babak pendanaan sebesar US$ 46 juta. Pendanaan Seri B untuk Igloo diawali dengan dana sebesar US$ 19 juta pada Maret 2022 yang dipimpin oleh Cathay Innovation, dengan tambahan investasi dari ACA dan sejumlah investor sebelumnya termasuk OpenSpace.
Dana tambahan tersebut memungkinkan kami memiliki pondasi finansial selama beberapa tahun ke depan dan akan digunakan untuk menarik talenta engineering, produk, desain dan pengolahan data terbaik dari seluruh dunia, mengingat 50 persen tim Igloo difokuskan untuk penelitian dan pengembangan. Kami juga sedang dalam proses mengidentifikasi dan mengamankan berbagai peluang merger dan akuisisi untuk membantu perusahaan mewujudkan visi ‘Insurance for All’.
Khususnya di Indonesia, dengan kehadiran Country Manager baru kami, Henry Mixson, saya optimis Igloo dapat mencapai pertumbuhan tiga kali lipat sampai dengan akhir 2023. Di bawah kepemimpinan Henry, Igloo menargetkan untuk meluncurkan lebih banyak produk, menjalin kemitraan, menemukan lebih banyak mitra distribusi, dan membantu lebih banyak pelanggan memenuhi kebutuhannya. Kami percaya Igloo berada di jalur yang tepat dengan inovasi teknologi sebagai produk unggulan guna menyediakan asuransi yang disesuaikan dan terjangkau untuk setiap lapisan masyarakat. Kami akan bekerja keras untuk menjangkau lebih banyak pelanggan, meningkatkan efisiensi harga, dan melindungi pelanggan dari lebih banyak risiko.
Bagaimana Anda melihat masa depan industri asuransi digital baik di Indonesia maupun global? Apakah akan ada tren inovasi teknologi tertentu?
Saya percaya masa depan asuransi digital di Indonesia dan global akan bertumbuh secara signifikan. Salah satu sektor yang dinilai akan bertumbuh cepat dalam layanan keuangan digital adalah asuransi digital, menurut e-Conomy SEA Report oleh Google, bersama Temasek dan Bain & Co. Sektor ini tumbuh 64% year on year (yoy) dan diharapkan mencapai US$400 juta pada 2022 dan dapat tumbuh menjadi US$1 miliar pada 2025.
Ekonomi digital di Asia Tenggara diperkirakan akan mencapai US$309 miliar pada 2025 yang didorong oleh maraknya digitalisasi, demografi yang melek teknologi, serta peningkatan kesadaran dan pemahaman masyarakat akan layanan asuransi. Peningkatan minat masyarakat akan layanan asuransi mikro diharapkan dapat menjangkau segmen yang belum terjamah layanan asuransi.
Kami melihat masa depan insurtech menjanjikan dan siap berkembang. Hal ini dikarenakan negara-negara khususnya di kawasan Asia Tenggara ingin meningkatkan ekonomi mereka setelah pandemi. Kami memperkirakan asuransi mikro dan teknologi asuransi akan memainkan peran yang lebih penting dalam mendorong penetrasi asuransi dan inklusi keuangan bagi semua orang. Igloo melihat hal ini sebagai peluang dengan membuat produk asuransi yang dapat diakses secara digital dengan mudah.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Nadia Khadijah Putri
Editor: Rosmayanti
Advertisement