Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bank-bank Besar Amerika Serikat Bangkrut, Imbas dari Herding Effect?

Bank-bank Besar Amerika Serikat Bangkrut, Imbas dari Herding Effect? Kredit Foto: Unsplash/Dan Dennis
Warta Ekonomi, Jakarta -

Krisis perbankan mulai menghantui Amerika Serikat dan Eropa di saat perekonomian global sedang berusaha pulih pascapandemi Covid-19. Diketahui ada tiga bank besar di Amerika Serikat yang mengalami kebangkrutan, yaitu Silvergate, Silicon Valley Bank (SVB), dan Signature Bank. Banyak ekonom mengatakan bahwa kebangkrutan terjadi karena bank-bank tersebut terlalu dominan dalam mendanai pinjaman ke perusahaan rintisan atau start-up.

Menyoroti hal tersebut, mantan Kepala Kantor Perwakilan BI DKI Jakarta yang saat ini menjabat sebagai Komisaris Independen PT Bank BTPN Tbk (BTPN), Onny Widjanarko, mengatakan bahwa bank yang bangkrut tersebut kebanyakan bank-bank yang terkonsentrasi pada aset sensitif, seperti surat berharga.

“Kita ingat setelah pandemi, ada masa di mana bunganya naik terus, naiknya cepat sekali sehingga bunga The Fed menjadi 5,5% sampai 5,25%. Dan ini tahu sendiri kalau bank-bank yang neracanya terkonsentrasi di aset-aset yang sensitif yaitu aset surat berharga, pasti nilainya turun. Begitu dia turun, bank-bank yang berjatuhan itu kan kebanyakan dia ada di pasar modal,” kata Onny, dikutip dari kanal Youtube Timothy Ronald pada Sabtu (27/05/23).

Baca Juga: Amerika Serikat Terancam Gagal Bayar Utang, Onny Widjanarko: Pemegang Dolar Bisa Nangis!

Ia mengatakan bahwa saat terjadi penurunan signifikan dari harga saham, hal ini akan memberikan efek psikologis kepada nasabah untuk menarik uang mereka dari bank dalam jumlah yang besar.

“Ketika tahu modalnya turun, terjadilah penurunan harga saham dan orang-orang akhirnya tidak percaya. Akhirnya, yang terjadi adalah orang yang punya uang menjadi menarik uangnya. Terutama dalam kasus Bank Silvergate, ada start-up asal India yang menarik 90% uangnya, hanya menyisakan 10% di sana,” katanya.

Dengan demikian, krisis perbankan di Amerika Serikat turut diperparah dengan adanya herding effect, yaitu perilaku individu dalam mengikuti individu lain yang mereka anggap benar.

“Viralisasi sekarang cepat sekali. Informasi semakin terbuka dan orang kalau mendengar ya sudah, itu namanya herding effect, jangan diremehkan. Begitu terjadi herding effect, bank sejatuh apa pun bisa jatuh karena rumor. Rumornya menggelinding jadi orang-orang ikutan semua,” katanya.

Lebih lanjut, ia mengimbau kepada masyarakat untuk tidak meremehkan dampak krisis perbankan Amerika Serikat. Pasalnya, bisa saja dampak krisis tersebut merambat ke Indonesia.

Baca Juga: Amerika Serikat Terancam Bangkrut karena Utang, Investasi Emas Jadi Pilihan?

“Dampak di ekonomi Amerika itu lucu sekali. Ketika Jerome Powell mengatakan bahwa krisis perbankan ini hanya sementara, perbankan bukan menjadi penyebab utama terjadinya krisis perbankan. Tetapi menurut JP Morgan, itu beda lagi, ini enggak bisa diremehkan. Kalau bunga enggak turun atau dipertahankan seperti sekarang, bisa kena perbankan. Ini yang menjadi perdebatan di Amerika,” jelasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Novri Ramadhan Rambe
Editor: Yohanna Valerie Immanuella

Advertisement

Bagikan Artikel: