Siswa di Jeneponto Ikut Belajar Asyik dengan Google Classroom, Literasi Digital dari Kemenkominfo
Kampanye Gerakan Nasional Literasi Digital di Indonesia digagas Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi.
Mereka menggelar program literasi digital nasional sektor pendidikan wilayah Sulawesi, yang digelar di 26 Sekolah Dasar dan SMP di Kabupatan Jeneponto, Provinsi Sulawesi Selatan dengan peserta sebanyak 11.319 siswa pada Selasa 30 Mei 2023, dimulai pukul 09.00 sampai dengan 11.00 WITA.
Kegiatan secara nonton bareng (nobar) ini mengangkat tema “Belajar Asyik dengan Google Classroom,” dan digelar dalam rangka meningkatkan tingkat Literasi Digital 50 juta masyarakat Indonesia pada tahun 2024 menuju Indonesia #MakinCakapDigital.
Berdasarkan laporan HootSuite dan We Are Social, pengguna internet di Indonesia mencapai 204,7 juta jiwa pada Pebruari 2022, atau bertambah 2,1 juta dari tahun sebelumnya. Itu merupakan 73,7% dari total populasi Indonesia, dengan persentase pengguna internet melalui ponsel mencapai 94,1%.
Namun dari capaian itu tingkat literasi digital belum menggembirakan, ini dilihat dari Survei Indeks Literasi Digital Nasional yang dilakukan oleh Kemenkominfo dan Katadata Insight Center pada tahun 2021 yang lalu, menunjukkan skor atau tingkat literasi digital masyarakat Indonesia berada di level sedang dengan nilai 3,49 dari 5,00.
Sehingga upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat Indonesia dengan memanfaatkan teknologi digital secara positif, produktif, dan aman ini, menyuguhkan materi yang didasarkan pada 4 pilar utama Literasi Digital, yaitu kecakapan digital, etika digital, budaya digital, dan keamanan digital.
Di Kabupaten Jeneponto, program #literasidigitalkominfo yang digagas Kemenkominfo menampilkan narasumber Plt. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Jeneponto, H. Uskar Baso, SH., M.Pd., yang kali ini memaparkan materi Budaya Digital.
Disebutkannya, budaya digital mencakup kemampuan individu untuk membaca, menganalisis, memeriksa, dan membangun wawasan kebangsaan serta nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga menurutnya, pengetahuan dasar mengenai nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika menjadi landasan bagi kecakapan digital dalam kehidupan berbudaya, berbangsa, dan bernegara.
“Kita perlu menjadi pelaku digitalisasi kebudayaan dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), serta memahami hak-hak digital. Selain itu, pengetahuan dasar ini juga mendorong perilaku mencintai produk dalam negeri dan berpartisipasi dalam kegiatan produktif lainnya. Penting bagi kita untuk memahami hak-hak digital yang kita miliki guna melindungi diri dan berkontribusi secara positif dalam budaya digital,” sebut Uskar Baso.
Sedangkan Dosen LP3I dan Praktisi Digital, Anang Dermawan, berbicara terkait Etika Digital. Menurutnya saat ini manusia hidup dalam dua dunia, yaitu dunia nyata dan dunia digital, di mana pada keduanya harus mengikuti aturan etika. Ia menjelaskan jika di dunia digital juga harus beretika karena di ruang digital juga ada interaksi dan komunikasi dengan berbagai perbedaan budaya, dan etika ini membantu untuk menjaga kesopanan serta menjalankan perilaku yang tepat, seperti saat belajar di ruang digital.
“Penting untuk memahami bagaimana etika belajar yang baik di ruang digital, baik itu di Google Classroom, Zoom, atau dalam dunia internet secara umum. Dan etika belajar yang pertama adalah tetap berkomunikasi dengan sopan, baik ketika berinteraksi secara langsung dengan guru maupun saat berkomunikasi melalui ruang virtual seperti Google Classroom. Salah satu tujuan belajar di Google Classroom adalah untuk menghindari tindakan bullying atau pelecehan. Hindarilah tindakan tersebut, terutama di Google Classroom saat sedang belajar,” jelas Anang Dermawan.
#literasidigitalkominfo ini diakhiri dengan penuturan Peneliti dan Penggiat Komunitas Digital Kaliopak Yogyakarta, Luqman Hakim, tentang materi Kecakapan Digital. Dikatakannya dalam proses pembelajaran di ruang digital saat ini terdapat sejumlah hal yang menjadi fokus utama, yakni guru dan orang tua bukanlah lagi sumber utama pembelajaran melainkan sebagai pendamping lantaran sumber belajar online adalah Google, Youtube, juga TikTok, yang kedua adalah pentingnya mengajarkan proses dan kesabaran kepada generasi muda saat ini, yang juga membantu dalam membangun konsentrasi dan kematangan.
“Ruang digital sering kali memberikan kebebasan dan kemandirian, sehingga pergaulan langsung yang terkontrol juga sangat diperlukan. Sebagai contoh, bertemu teman sekelas secara tatap muka dan memiliki sahabat yang dapat kita temui secara fisik. Hal ini penting karena kita perlu mengontrol kegiatan kita di ruang digital yang juga mempengaruhi kita,” tutupnya.
Para peserta berkesempatan mengajukan sejumlah pertanyaan yang dijawab secara langsung pula oleh narasumber pada sesi terakhir webinar, dengan dipandu oleh moderator Aida Gunawan.
Informasi lebih lanjut mengenai literasi digital sektor pendidikan dapat diperoleh pada media literasi digital kominfo di info.literasidigital.id atau mengikuti media sosial Literasi Digital Kominfo di Instagram @literasidigitalkominfo, Facebook Literasi Digital Kominfo, dan Youtube @literasidigitalkominfo.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement