Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Usulan Damai Ukraina-Rusia Prabowo Dihujam Kritik Tajam Pemimpin Barat, China Malah Memuji

Usulan Damai Ukraina-Rusia Prabowo Dihujam Kritik Tajam Pemimpin Barat, China Malah Memuji Kredit Foto: Reuters/Caroline Chia
Warta Ekonomi, Singapura -

Usulan perdamaian untuk perang Rusia-Ukraina Menteri Pertahanan Indonesia Prabowo Subianto memicu kritik keras dari para pejabat keamanan Barat. Namun di sisi lain, China memujinya.

Dalam sebuah pidato pada Sabtu (4/6/2023) di Shangri-La Dialogue, sebuah KTT pertahanan tahunan di Singapura, Prabowo mengusulkan gencatan senjata antara Rusia dan Ukraina. Ini akan diikuti dengan penciptaan zona demiliterisasi antara garis depan saat ini, misi PBB dan referendum di wilayah-wilayah yang dipersengketakan.

Baca Juga: Kelemahan Usulan Perdamaian Prabowo yang Langsung Ditolak Mentah-mentah Ukraina, Ternyata Singgung Hal Sensitif!

Pernyataan Prabowo, mantan komandan pasukan khusus yang merupakan kandidat utama dalam pemilihan presiden Indonesia tahun depan, muncul ketika Amerika Serikat dan Eropa berjuang untuk membujuk banyak negara berkembang untuk mengkritik serangan Rusia terhadap Ukraina.

Oleksii Reznikov, Menteri Pertahanan Ukraina, mencemooh usulan tersebut.

"Saya akan mencoba untuk bersikap sopan. Kedengarannya seperti rencana Rusia," katanya pada panel terpisah di konferensi tersebut.

"Kita tidak membutuhkan mediator-mediator yang menyarankan rencana aneh seperti itu sebelum Rusia diusir dari Ukraina," tambahnya.

Perwakilan tinggi Uni Eropa untuk kebijakan luar negeri Josep Borrell, yang berbicara langsung setelah Menhan Indonesia, mengatakan bahwa harus ada perdamaian yang adil, bukan perdamaian yang menyerah.

Meskipun Indonesia, negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara, telah secara resmi mengutuk invasi Moskow ke Ukraina, komentar Prabowo menggarisbawahi ambivalensi yang berkembang di antara negara-negara di luar barat terhadap konflik tersebut. 

Meskipun Prabowo menekankan bahwa ia tidak menyamakan antara penjajah dan yang dijajah, ia mengatakan bahwa beberapa reaksi terhadap perang tersebut "terlalu emosional". 

"Kami di Asia memiliki bagian kami sendiri dalam konflik dan perang, mungkin lebih dahsyat, lebih berdarah daripada apa yang telah dialami di Ukraina," kata Prabowo.

"Tanyakan pada Vietnam, tanyakan pada Kamboja, tanyakan pada orang Indonesia berapa kali kita diinvasi."

Negara-negara Afrika dan Amerika Latin semakin menentang pembingkaian konflik ini sebagai perang global, bukan perang Eropa. 

Beberapa negara di Asia Tenggara telah abstain atau bahkan memberikan suara menentang rancangan resolusi yang mendukung Kyiv di PBB. Negara-negara berkembang lainnya enggan menjatuhkan sanksi terhadap Rusia. 

Penasihat kebijakan luar negeri utama Brasil mengkritik sikap keras Barat terhadap Moskow, mengatakan kepada Financial Times bahwa masalah keamanan Presiden Rusia Vladimir Putin harus "dipertimbangkan" oleh negara-negara Barat.

Pada bulan Mei, pertikaian diplomatik antara Afrika Selatan dan AS meletus setelah duta besar Washington menuduh bahwa persenjataan telah dimuat ke sebuah kapal yang berlabuh di Cape Town dan menuju Rusia.

Kajsa Ollongren, menteri pertahanan Belanda, menegaskan bahwa dalam konflik ini, netralitas bukanlah sebuah pilihan. Semua negara di sini mengharapkan kedaulatan mereka dihormati, katanya pada konferensi tersebut.

"Tapi kedaulatan Ukraina tidak dihormati," tegadnya.

Delegasi dari China, yang upaya mediasinya disambut dengan skeptisisme yang mendalam di Barat, memuji rencana Prabowo dan menegur Eropa atas kritiknya.

"Saya sangat menghargai upaya-upaya yang dilakukan oleh teman-teman kami di kawasan ini, seperti Indonesia dan Afrika Selatan," ujar Cui Tiankai, mantan duta besar China untuk AS.

"Dengan segala hormat kepada teman-teman Euro-Atlantik kami: Saya rasa Anda tidak mengelola situasi keamanan Anda sendiri secara efektif. Mungkin salah urus adalah kata yang lebih tepat," tegasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Advertisement

Bagikan Artikel: