Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Mendes PDTT Ungkap Inovasi Berkelanjutan dalam Logo Gelar Teknologi Tepat Guna Nusantara

Mendes PDTT Ungkap Inovasi Berkelanjutan dalam Logo Gelar Teknologi Tepat Guna Nusantara Kredit Foto: Kemendes PDTT
Warta Ekonomi, Jakarta -

Bertepatan dengan Hari Teknologi Tepat Guna Nusantara, Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Mendes PDTT), Abdul Halim Iskandar, memperkenalkan logo baru Gelar Teknologi Tepat Guna Nusantara yang jatuh pada 7 Juni. Hal ini tertuang pada keputusan Mendes PDTT NO 110/2022.

"Sejak awal digagas di berbagai belahan dunia pada awal abad ke-20, fokus utama appropriate technology pada kegunaannya. Pengindonesiaannya bahkan lebih cocok, yakni menjadi frase teknologi tepat. Ini disimbolkan oleh lebah, yang sudah teruji sangat bermanfaat," kata Mendes PDTT yang biasa disapa Gus Halim dalam keterangan tertulisnya, Selasa (6/6/2023).

Baca Juga: Mendes PDTT: Ajang Inovator Desa pada 'Gelar Teknologi Tepat Guna XXIV Lampung'

Menurutnya, bahkan kemanfaatan produknya dirasakan lingkungan sekitarnya, seperti bunga yang dibuahi, madu dan sarangnya bagi manusia yang sakit.

Lebah menyimbolkan teknologi yang harus bisa bermanfaat, dan berguna bagi warga desa, aspek ketepatan kegunaan pun disimbolkan oleh perilaku lebah.

"Kini, kita kenal salah satu tarian paling spektakuler di dunia ialah tarian lebah, karena produk artistik itu tepat mengunjukkan geospasial lokasi bunga secara presisi, secara tepat," ucapnya.

Bagi Gus Halim, sarang lebah menyimbolkan ekosistem teknologi tepat guna, bukan lagi teknologi yang menyendiri, namun penting tata kelola kolaborasi antar pihak. Lewat ekosistem itulah seekor lebah memberikan manfaat lebih besar bagi masyarakatnya.

"Pada tahun 1999, mantan presiden Alm. BJ Habibie mencipta ekosistem teknologi tepat guna di perdesaan dalam wujud Pos Pelayanan Teknologi (posyantek). Ini tempat inovator bertemu, dan berkreasi dalam bengkel," jelasnya.

Dalam hal ini, BJ Habibie juga menciptakan Gelar Teknologi Tepat Guna, sebagai wahana pameran terbesar. Teknologi unggulan yang dipamerkan, yang diuji melalui lomba teknologi tepat guna pada tingkat kabupaten, lalu tingkat provinsi, dan terakhir pada tingkat nasional.

"Hasil-hasil teknologi tepat guna yang murah, mudah dibuat, hemat energi, dan masih membuka ruang padat karya, itu digambarkan sebagai ruang segienam yang terisi madu berwarna kuning," ucapnya.

Dia menjelaskan, dengan meluaskan ekosistem teknologi tepat guna sesuai tantangan kekinian. Untuk melindungi kekayaan intelektual teknologi dari desa, Kemendes PDTT membangun Bengkel HAKI.

Kegiatannya mendampingi inovator desa secara gratis untuk mendapatkan paten teknologi, paten merk, indikator geografis, sertifikasi atas temuan varietas baru, hingga lulus standar nasional Indonesia.

Setelah teknologi sudah memiliki paten, maka Posyantek perlu pula tersambung ke BUM Desa. Saat ini Kemendes PDTT memfasilitasi BUM Desa agar mendapatkan nomor badan hukum, kemudian nomor induk berusaha (NIB).

Baca Juga: Kemendes Percepat Langkah Menuju Indonesia Bebas Stunting dan 0 Persen Kemiskinan Ekstrem

Dengan demikian, BUM Desa dapat menempatkan teknologi tepat guna di katalog elektronik pemerintah, e-commerce, atau jenis pemasaran produk lainnya.

"Satu filosofi penting ialah selalu ada sarang yang putih, artinya belum terisi madu. Ini menyimbolkan teknologi tepat guna tidak akan mandeg. Inovasi teknologi akan selalu bermunculan. dan Gelar TTG Nusantara berlangsung terus menerus," tegasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ayu Rachmaningtyas Tuti Dewanto
Editor: Ayu Almas

Advertisement

Bagikan Artikel: