Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Makin Digandrungi, 45,9% Pengguna E-Commerce Jatuh Cinta dengan Metode Pembayaran Paylater

Makin Digandrungi, 45,9% Pengguna E-Commerce Jatuh Cinta dengan Metode Pembayaran Paylater Kredit Foto: Antara/Aprillio Akbar
Warta Ekonomi, Jakarta -

E-commerce menjadi sektor penggerak utama yang mendominasi 77% dari total nilai ekonomi digital. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), melalui pertumbuhan rata-rata sebesar 48% per tahun, nilai transaksi e-commerce yang sebesar Rp106 triliun pada tahun 2018, melonjak menjadi Rp476,3 triliun pada tahun 2022.

Pertumbuhan transaksi di e-commerce ini tidak luput dari integrasi metode pembayaran digital seperti Paylater dengan e-commerce. Sejalan dengan kebutuhan masyarakat akan opsi pembayaran yang terjangkau dan fleksibel, tren penggunaan Paylater di e-commerce terus meningkat.

Riset Kredivo dan Katadata Insight Center yang bertajuk Perilaku Konsumen E-Commerce Indonesia 2023, mengungkapkan bahwa persentase pengguna layanan Paylater dalam e-commerce mengalami peningkatan signifikan, dari 28,2% pada tahun 2022 menjadi 45,9% pada tahun 2023. Baca Juga: Makin Digemari, Live Shopping Bakal jadi Masa Depan Industri e-Commerce

Paylater juga kini mampu mengungguli metode transfer bank, sebanyak 16,2% konsumen memilih Paylater sebagai metode pembayaran yang paling sering digunakan di e-commerce, sedangkan hanya 10,2% konsumen yang memilih metode pembayaran transfer bank/virtual account.

Sementara itu, sebanyak 60,9% responden yang telah menggunakan Paylater menyebutkan bahwa Paylater merupakan kredit pertama yang mereka dapatkan, terutama bagi Socio-Economic Status (SES) C. Lebih lanjut, seiring dengan semakin konsistennya edukasi terkait Paylater di masyarakat, penggunaan Paylater pun mulai beralih menjadi metode pembayaran kebutuhan harian diantaranya untuk belanja barang (87,1%), tagihan bulanan (51,8%), serta pulsa & paket internet (48,9%).

Selain itu, pola penggunaan Paylater telah berubah menjadi lebih banyak digunakan untuk berbelanja kebutuhan bulanan dengan cicilan tenor pendek (56,8%) alih-alih untuk kebutuhan mendadak (52,1%). Perubahan ini terjadi seiring semakin tingginya tingkat pengetahuan pengguna mengenai Paylater yang kini berada di angka 32,0 (level tinggi) dibanding tahun sebelumnya di angka 26,0 (level sedang).

Menanggapi hal tersebut, Direktur CELIOS (Center of Economic and Law Studies) sekaligus Ekonom, Bhima Yudhistira mengatakan, kehadiran Paylater perlu diakui cukup memberikan manfaat ketersediaan akses kredit yang aman, terjangkau, dan mudah bagi hampir seluruh lapisan masyarakat.

"Saya melihat instrumen Paylater di ekosistem e-commerce berdampak pada confidence level konsumen, terutama di kelas menengah ke atas yang sebelumnya cukup menahan pengeluaran akibat dampak pandemi," ujarnya di Jakarta, Rabu (14/6/2023). Baca Juga: Riset Kredivo: Pasca Pandemi, Kombinasi Belanja online dan offline Menjadi Tren

Menurutnya, studi ini juga semakin menguatkan bahwa Paylater tidak hanya digunakan untuk kebutuhan mendesak, tapi sebagai metode pembayaran yang efisien untuk bertransaksi sehari-hari.

"Ke depannya, seiring penggunaan Paylater yang meningkat, maka akan semakin meningkatkan multiplier effect atau dampak turunan panjang bagi industri ekonomi digital ini, mulai dari percepatan pembangunan infrastruktur hingga penyerapan tenaga kerja yang akan berdampak pada perputaran roda perekonomian," ucap Bhima.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Fajar Sulaiman

Advertisement

Bagikan Artikel: