Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

LG Tak Jadi Cabut dari Konsorsium Baterai Kendaraan Listrik, Pengamat Apresiasi Perjuangan Bahlil Jaga Investasi

LG Tak Jadi Cabut dari Konsorsium Baterai Kendaraan Listrik, Pengamat Apresiasi Perjuangan Bahlil Jaga Investasi Kredit Foto: BKPM
Warta Ekonomi, Jakarta -

Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia memastikan konsorsium LG Energy Solutions (LGES) tetap jadi menggarap produksi baterai kendaraan listrik di Indonesia. Menyusul, aspek negosiasi yang berjalan sebelumnya disebut telah rampung.

Diketahui, pada awal 2023, LGES sempat dikabarkan terancam batal untuk ikut serta menggarap proyek baterai kendaraan listrik. Lantaran, masih ada proses negosiasi untuk menentukan siapa yang akan terlibat langsung di Indonesia.

Direktur Eksekutif Segara Research Institute Piter Abdullah mengapresiasi kerja keras Menteri Bahlil Lahadalia yang turun langsung memecah kebuntuan negosiasi dengan pihak LG Energy Solutions untuk memastikan keberlanjutan proyek baterai kendaraan listrik di Indonesia.

Menurut Piter, keberlanjutan proyek tersebut harus terus dikawal oleh Menteri Bahlil demi menjaga komitmen dari investor supaya iklim Indonesia tetap on the track.

“Kalau menurut saya sih memang Pak bahlil yang harus benar-benar menjaga ya dan kita apresiasi lah upaya-upaya Pak Bahlil untuk terus menjaga komitmen dari investor,” ujar Piter, Kamis (22/6/2023).

Piter mengatakan proyek pembangunan baterai kendaraan listrik merupakan proyek jangka panjang, oleh karena itu menjaga agar investor tetap nyaman menanamkan investasinya dan menghindari terjadinya mangkrak, maka menjalin komunikasi yang baik dengan investor harus terus dilakukan.

“Karena memang ini harus terus dijaga, kan ini proyeknya bukan proyek satu hari dua hari, ini proyek jangka panjang, komunikasi dengan investor harus terus dijaga supaya komitmen itu tetap terjaga juga,” paparnya.

"Dan keberadaan dari investor seperti LG itu menjadi sangat penting,” imbuhnya.

Namun, dikatakan Piter, selain menjaga komitmen investor yang sudah ada, pemerintah juga sebaiknya tetap berupaya menggaet investor-investor lain, tidak hanya mengandalkan dari satu investor saja dalam mewujudkan proyek tersebut.

“Tapi menurut saya pemerintah juga harus terus mencari pihak-pihak yang bisa diajak kerjasama sehingga kita tidak bergantung kepada satu pihak, kita memang harus tetap berkomunikasi yang sudah komit ya, itu yang harus kita upayakan untuk kita jaga jangan sampai lepas,” ucapnya.

“Kita harus mencari pihak-pihak (investor) baru, saya sering kali itu melihat pemerintah seperti terlalu bergantung kepada satu pihak, dua pihak kayak kemarin ngotot banget untuk ngajak Elon Musk padahal kenapa harus Elon Musk kalau nggak mau ngapain harus dipaksain,” sambungnya.

Lanjut Piter menyampaikan membangun ekosistem baterai kendaraan listrik diperlukan kerjasama dengan banyak investor agar realisasi menjadikan Indonesia sebagai produsen baterai kendaraan listrik terbesar dunia terlaksana.

“Jadi sama dengan LG ini, menurut saya bagian dari rencana kita untuk membangun ekosistem digital baterai dan kita harus seperti yang dilakukan oleh Pak Bahlil, kita harus terus menjaga komitmen mereka. Nah tetapi bukan berarti juga kita bergantung,” urainya.

Lebih lanjut kata Piter, jika Indonesia tergantung hanya dengan satu atau dua investor dikhawatirkan posisi Indonesia menjadi tidak memiliki daya tawar yang kuat sehingga dapat dikontrol oleh pihak investor.

“Harus mencari pihak-pihak yang bisa kita ajak kerjasama karena kalau kita bergantung itu kita bisa dimanfaatkan oleh investor, kita di corner bentuk-bentuk kerjasama kita itu, kita jangan menjadi tangan di bawah. Jadi kita memang sangat perlu mengembangkan, memperbanyak pihak-pihak yang bisa kita ajak kerjasama,” katanya.

Dijelaskan Piter, pada prinsipnya menjalin hubungan bisnis dengan investor harus dapat saling menguntungkan kedua belah pihak. Meskipun pemerintah menawarkan investasi tapi harus juga menonjolkan kelebihan-kelebihan yang dimiliki Indonesia.

“Kita jangan tangan kita terlalu di bawah sehingga kita dimanfaatkan, kita harus mengembangkan posisi-posisi yang menjadi keunggulan kita sehingga investor itu, kita tidak terkesan mengemis dengan memberikan kemudahan-kemudahan yang terlalu banyak,” jelas Piter.

Piter menyarankan pemerintah agar menyampaikan kepada para calon investor kesempatan untuk berinvestasi pada baterai kendaraan listrik di tanah air tidak datang dua kali, maka akan sangat rugi jika dilewatkan begitu saja.

“Inilah kesempatan yang mungkin kita harus sampaikan juga bahwa kesempatan ini tidak datang dua kali tiga kali kalau mereka yang mau datang dan mau memanfaatkan peluang ini, itu yang akan mendapatkan manfaat dalam jangka panjangnya,” ucapnya.

“Peluang-peluang itu yang harus kita tunjukkan kepada mereka sehingga benar-benar investasi di bidang energi listrik dengan kendaraan listrik atau di baterai ini benar-benar sesuatu yang prospeknya besar menjanjikan keuntungan yang besar kalau mereka melewatkan itu mereka rugi,” tukas Piter.

Sebelumnya, Bahlil Lahadalia menegaskan konsorsium LG Energy Solutions tetap jadi menggarap produksi baterai kendaraan listrik di Indonesia. Menyusul, aspek negosiasi yang berjalan sebelumnya disebut telah rampung.

“Udah hampir habis (selesai negosiasinya) LG konsorsiumnya sudah beres nggak ada yang berubah LG itu," ujar Bahlil.

Diakui Bahlil, dirinya juga sudah tatap muka langsung dengan bos LG hingga MIND ID dalam waktu dalam waktu dekat ini. Sehingga Bahlil punya keyakinan jelas perusahaan asal Korea Selatan itu tidak jadi menarik investasinya di IBC.

"Baru 4 hari lalu saya rapat dengan LG di kantor ini. Urusan LG di Kantor Kementerian Investasi, bukan di tempat lain. Kalau mau tanya, tanya ke sini," tegas Bahlil.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Advertisement

Bagikan Artikel: