Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bahlil Tegaskan Pemerintah Tetap Tutup Keran Ekspor Bijih Bauksit

Bahlil Tegaskan Pemerintah Tetap Tutup Keran Ekspor Bijih Bauksit Kredit Foto: Rahmat Dwi Kurniawan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menegaskan keran relaksasi ekspor bijih bauksit tidak dibuka. Hal itu ia sampaikan setelah memberi Pengarahan Menteri ESDM kepada Pegawai Kementerian ESDM di Jakarta, Senin (21/10/2024).

”Nggak ada! Ini pasti pertanyaan sponsor nih,” tegas Bahlil.

Sebagai gantinya Pemerintah bakal mempercepat proses hilirisasi mineral di Indonesia.

”Salah satu tugas kita adalah bagaimana mengoptimalkan hilirisasi pada sektor lain-lain, termasuk bauksit,” sambungnya.

Untuk diketahui pelarangan ekspor bijih bauksit telah dilakukan sejak tahun 2023. Namun karena proses hilirisasi atau beroperasinya smelter (pabrik pemurnian) terbilang lambat menyebabkan produksi bijih nikel domestik menjadi tidak optimal. 

Melansir data dari Pusat Penelitian Keahlian DPR RI, saat ini rata-rata produksi bauksit Indonesia di tahun 2023 mencapai 31,4 juta ton per tahun, sementara kebutuhan domestik hanya 7 juta ton. Jadi mayoritas produksi bauksit dalam negeri sebelumnya untuk diekspor.

Baca Juga: Bahlil Lahadalia Janji Akan Naikkan Tukin Pegawai Kementerian ESDM

Selanjutnya saat ini telah terdapat empat pabrik pemurnian (smelter) bauksit yang telah beroperasi yakni , PT Indonesia Chemical Alumina (ICA), PT Well Harvest Winning Alumina Refinery, PT Well Harvest Winning Alumina Refinery (ekspansi), PT Bintan Alumina Indonesia.

Terbaru pada Selasa (24/09/2024) lalu, Pemerintah meresmikan injeksi bauksit perdana untuk proyek Smelter Grade Alumunia Refinery (SGAR) Fase 1 milik PT Borneo Alumia Indonesia di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat. Beroperasinya SGAR, diharapkan mampu mencukupi 1,2 juta ton kebutuhan per tahun aluminium di Indonesia.

Jika dilihat, pelarangan ekspor bijih bauksit memiliki imiplikasi positif terhadap nilai tambah bagi RI. Seperti menghasilkan nilai tambah, meningkatkan pendapatan negara, dan peningkatan jumlah infrastruktur sehingga mampu menyerap banyak lapangan tenaga kerja. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
Editor: Amry Nur Hidayat

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: