Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ratusan Mahasiswa Unjuk Rasa Minta China Dibawa ke Mahkamah Internasional

Ratusan Mahasiswa Unjuk Rasa Minta China Dibawa ke Mahkamah Internasional Uighur | Kredit Foto: Ist
Warta Ekonomi, Jakarta -

Ratusan mahasiswa perwakilan dari universitas se-Jabodetabek, menggelar aksi unjuk rasa dikawasan Patung Kuda Jalan Medan Merdeka Barat Jakarta Pusat, menuntut negara-negara dunia khususnya Indonesia untuk menyeret China ke Mahkamah Internasional, terkait tragedi berdarah Urumqi yang terjadi 5 Juli 2009.

Dalam orasinya, mahasiswa mengatakan keadilan bagi korban dan keluarga yang tewas maupun terluka dalam Tragedi Berdarah Urumqi 14 tahun lalu, hingga saat ini belum juga dapat mereka rasakan.

Koordinator lapangan AMI, Andi Setya Negara menuturkan, keadilan bagi korban maupun keluarga mereka belum mereka peroleh karena tidak ada satu pun pelaku maupun aktor intelektual tragedi yang menewaskan ribuan dan melukai ratusan minoritas muslim, di periksa apalagi dihukum atas perbuatannya.

Kepada wartawan, Andi Setya Negara memaparkan asal mula Tragedi Berdarah Urumqi yang berawal dari aksi unjuk rasa damai mahasiswa dan etnis minoritas muslim kepada pemerintah, atas tewasnya 2 pria muslim Uighur yang di fitnah telah melecehkan seorang wanita suku Han (asli Tiongkok) di Shaoguan China.

“Video detik-detik serangan, penyiksaan hingga tewasnya 2 pria Uighur, diduga sengaja disebar antek Komunis China ke media sosial, sehingga memantik gelombang unjuk rasa para mahasiswa dan warga,” kata Andi Setya Negara kepada wartawan, Rabu, (5/7/2023).

Aksi damai mahasiswa serta warga muslim Uighur, dijawab Beijing dengan memerintahkan polisi dan tentara untuk melepaskan tembakan ke arah massa, sehingga memicu kerusuhan. 

Dari foto maupun video yang tersebar di berbagai media sosial, suasana kerusuhan Urumqi mirip dengan Tragedi Berdarah Tiananment 4 Juni 1989, dimana Beijing juga mengerahkan tank baja dan polisi beserta tentara bersenjata lengkap, saat menghadapi masa unjuk rasa damai.

Anehnya, pihak berwenang China melaporkan 197 orang (kebanyakan dari warga suku Han) tewas dan 700 orang lainnya terluka dalam kerusuhan tersebut, sehingga memantik aksi balas dendam suku Han. 

“Kerusuhan di Urumqi menjadi petaka yang paling mematikan bagi minoritas muslim Uighur dalam beberapa dasawarsa dan berlanjut hingga saat ini,” tutur Andi Setya Negara.

AMI mengaku mendapatkan informasi dari berbagai media yang memuat keterangan ratusan mahasiswa dan warga muslim yang ditangkap lalu di tahan di kamp penahanan oleh otoritas China, dimana mereka melihat ribuan saudara sesama muslim terbunuh dalam Tragedi Berdarah Urumqi 5 Juli 2009.

“Pilu-nya lagi, serentetan aksi keji yang menjurus pada upaya genosida terhadap muslim Uighur terus dilakukan Beijing hingga detik ini. Google-in saja jika ingin tau lebih betapa biadabnya China,” jelas Andi Setya Negara.

Andi membeberkan sejumlah bukti, antara lain hasil persidangan Pengadilan Tribunal independen berbasis di London pada 9 Desember 2021 lalu yang menyatakan bahwa China melakukan kejahatan genosida terhadap muslim etnis Uighur dan minoritas lain di wilayah barat Xinjiang.

Mereka juga menetapkan Presiden China Xi Jinping dan kepemimpinan senior lain di negara itu sebagai orang yang paling bertanggung jawab atas tindakan yang dilakukan pada kelompok minoritas Muslim tersebut.

Hakim Pengadilan, Geoffrey Nice menyebut RRC (Republik Rakyat China) telah memengaruhi kebijakan yang disengaja, sistematis, dan terpadu dengan tujuan mengurangi populasi Uighur dan populasi etnis minoritas lain dalam jangka panjang yang dicapai dengan membatasi dan mengurangi kelahiran etnis Uighur.

Nice menambahkan, pengadilan yakin bahwa Presiden Xi Jinping, Chen Quanguo, dan pejabat senior lainnya di PRC dan PKC (Partai Komunis China) memikul tanggung jawab utama atas tindakan di Xinjiang.

Dalam aksi unjuk rasa ini, para mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Islam (AMI) membentangkan 2 spanduk raksasa serta puluhan poster yang berisi gambar atau foto Tragedi Berdarah Urumqi serta tuntutan mereka.

Selain itu, para mahasiswa juga melakukan aksi teatrikal yang memggambarkan suasana mencekam Tragedi Berdarah Urumqi 5 Juli 2009, dimana mahasiswa yang memakai topeng Presiden Xi Jinping, di peragakan hendak membunuh para mahasiswa dan warga muslim yang tengah berunjuk rasa kala itu.

“Kita meminta PBB menyeret seluruh antek Komunis China dan mebawa kasus pembantaian ribuan muslim dalam Tragedi Berdarah Urumqi 5 Juli 2009 ke Mahkamah Internasional, untuk di adili serta mempertanggungjawabkan aksi biadab yang mereka lakukan 14 Tahun lalu,” pungkas Andi Setya Negara.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: