Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pig Butchering, Kenalan di Medsos Bermodus Asmara

Pig Butchering, Kenalan di Medsos Bermodus Asmara Kredit Foto: Unsplash/Stillness InMotion
Warta Ekonomi, Jakarta -

Berkenalan dengan seseorang yang baru merupakan salah satu manfaat penggunaan media sosial bagi warganet di Indonesia. Bahkan tak sedikit yang beruntung dengan sukses menemukan calon pasangan hidupnya saat bermain medsos.

Namun sayangnya ada sindikat penipu yang memanfaatkan modus berkenalan ini untuk meraup uang dari para warganet dan aksi ini dikenal dengan istilah pig butchering scam. Menurut pakar digital Anthony Leong, warganet Indonesia harus sudah mulai waspada dengan modus ini.

Modus penipuan daring ini ramai dibahas beberapa bulan terakhir dengan korban yang bermunculan di berbagai negara. Di mana layaknya aksi si Tinder Swindler yang sempat viral akibat mendekati banyak wanita untuk mengambil hati para perempuan tersebut dan menguras harta mereka, modus pig butchering juga memanfaatkan metode pendekatan asmara dalam rangka menipu para korbannya.

“Modus penipuan ini sebenarnya berasal Tiongkok yang berasal dari istilah Shaz Hu Pan yang secara harfiahnya artinya penyembelihan babi alias pig butchering dalam bahasa Inggris. Pelaku kemudian ‘mengemukkan’ korbannya dengan berkenalan lebih jauh serta membangun koneksi yang sangat dekat, layaknya memberikan sinyal mengarah ke asmara atau pertemanan yang intens. Barulah setelah itu pelaku melancarkan aksinya,” ujar Anthony di Jakarta (14/7/2023).

Leong melanjutkan, pelaku biasanya memanfaatkan media sosial seperti Instagram atau Facebook untuk berkenalan dengan korban. Dari mulai hanya mengucapkan halo sampai memuji postingan atau story menjadi langkah awal pelaku mulai menjerat korbannya.

“Satu hal yang warganet perlu ketahui adalah target dari aksi ini tak hanya satu jenis kelamin saja. Karena perempuan dan laki-laki bisa menjadi korbannya dengan pelaku yang bisa saja memasang profil picture pria tampan atau wanita cantik untuk membuat korbannya lengah sehingga mau berkomunikasi intens. Setelah korban dirasa semakin mudah untuk diajak chat, barulah pelaku menceritakan bahwa dirinya menghasilkan uang banyak melalui investasi kripto,” sambungnya.

Pelaku pun merekomendasikan apps atau laman investasi yang ia klaim merupakan platform resmi dan sudah membuat untung banyak orang. Ia kemudian membuai korban untuk mengecek platform tersebut dan melihat berbagai data investasi kripto agar si korban tertarik. Lalu pelaku meminta korban untuk membuat akun serta berinvestasi.

“Korban yang tertarik kemudian mencoba menanamkan saldo misalnya USD$50-100 dan tak lama kemudian investasi itu meningkat pesat hingga membuat korbannya bersemangat. Dari sinilah pelaku terus ‘menggemukan’ akun korban hingga melihat ini sebagai investasi yang menjanjikan dan nekat memasukan semua uang yang dimilikinya. Bahkan pelaku sering kali meminta korban untuk mencari uang dengan meminjam untuk terus meningkatkan saldo di akunnya. Setelah korban kehabisan dana, pelaku menutup akun korban di platform tersebut dan memblokir korban,” kata CEO Menara Digital itu

Anthony menjelaskan, di Indonesia sudah ada warganet di Instagram yang mengaku diajak berkenalan oleh pengguna yang mencurigakan dan disinyalir dari arah pembicaranya mengarah ke modus pig butchering scam.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: