Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pertamina Gandeng Mitra dari Jepang, Korea Selatan, dan UEA Genjot Pengurangan Emisi Karbon

Pertamina Gandeng Mitra dari Jepang, Korea Selatan, dan UEA Genjot Pengurangan Emisi Karbon Kredit Foto: PHR
Warta Ekonomi, Jakarta -

PT Pertamina (Persero) menandatangani kerja sama dalam rangka membahas, mengeksplorasi, dan inisiatif transisi energi bersama beberapa partner, di antaranya Mubadala Energy, POSCO INTERNATIONAL, Japex, dan Jogmec. Penandatanganan dilakukan di sela-sela penyelenggaraan IPA Convex 2023 pada Selasa, 25 Juli 2023.

Para perusahaan bermaksud menjajaki kerja sama dalam rangka penelitian dan pengembangan teknologi produk rendah karbon beserta implementasinya, khususnya terkait Carbon Capture & Storage (CCS) dan Carbon Capture, Utilization & Storage (CCUS), Blue Hydrogen/Ammonia, New & Renewable Energy (NRE), serta potensi kolaborasi terkait lainnya di Indonesia.

 Baca Juga: Lakukan Penguatan Stok LPG di Masyarakat, Pertamina Pastikan Distribusi dan Stok LPG Aman di Sumatra Utara

Nicke Widyawati selaku Direktur Utama PT Pertamina (Persero) mengatakan bahwa sektor energi diproyeksikan menjadi sektor yang menyumbang emisi terbesar di Indonesia sehingga diharapkan memiliki kontribusi yang signifikan dalam pengurangan emisi karbon, setelah sektor kehutanan dan penggunaan lahan lainnya. Menurut dia, penandatanganan kali ini merupakan milestone penting dalam upaya PT Pertamina (Persero) mendukung langkah Pemerintah mewujudkan target Net Zero Emission (NZE) Indonesia pada tahun 2060 atau lebih cepat.

"Ini adalah penandatanganan yang strategis bagi pencapaian NZE dan merupakan game changer bagi Indonesia terkait dengan target penurunan karbon emisi pada 2060. Pengembangan renewable energy saja tidak cukup karena energi fosil masih diperlukan sampai 2060, walau dengan porsi yang berkurang. Karena itu, perlu ada inisiatif yang sifatnya negative carbon," jelas Nicke, dikutip dari keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu (26/7/2023).

Berdasarkan data PT Pertamina (Persero), emisi per kapita Indonesia saat ini masih berada di bawah rata-rata emisi CO2 per kapita dunia (di bawah 3 ton per orang). Adapun Indonesia memiliki potensi dari klaster Integrasi untuk CCUS end-to-end dan berinovasi sebagai penyedia energi hijau di klaster tersebut. Berdasarkan beberapa penelitian yang sudah dilakukan, kapasitas penyimpanan CO2 potensial mencapai 80 hingga 400 gigaton CO2 di depleted reservoir serta saline aquifer.

"Indonesia Alhamdulillah memiliki storage capacity yang cukup besar, yaitu 400 gigaton sehingga banyak negara dan industri yang tertarik bekerja sama dengan Pertamina. Khususnya, karena kita telah berhasil melakukan CCUS di Jatibarang bersama partner dari Jepang dan hasilnya bagus dan saat ini project kedua di Sukowati kita lakukan CCUS," ungkap Nicke.

Salyadi Saputra, Direktur Strategi Portofolio dan Pengembangan Usaha Pertamina, menyatakan bahwa Indonesia memiliki kapasitas penyimpanan CO2 yang sangat besar sehingga proyek dekarbonisasi di Indonesia juga akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap penurunan emisi dunia.

Proposisi unik lainnya adalah hutan hujan tropis, lahan gambut, dan hutan bakau terbesar yang berpotensi menyimpan hingga 300 miliar ton CO2, menjadikan Indonesia sebagai negara yang memiliki potensi solusi berbasis alam terbesar ke-2 untuk menyelesaikan masalah emisi.

Terakhir, melimpahnya energi baru dan terbarukan yang berpotensi menghasilkan sekitar 3.600 GW di Indonesia akan turut menjadi pendorong dekarbonisasi global yang berasal dari berbagai sumber termasuk panas bumi (24 GW), angin (155 GW), matahari (3300 GW), bioenergi (57 GW), air (95 GW), dan laut (60 GW).

"Indonesia akan memiliki peran yang signifikan, tidak hanya untuk Asia, tapi juga dunia," ungkap Salyadi.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Advertisement

Bagikan Artikel: