Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Walau IPO Global Melambat, Pasar Negara Berkembang Ternyata Bisa Tumbuh Pesat

Walau IPO Global Melambat, Pasar Negara Berkembang Ternyata Bisa Tumbuh Pesat Kredit Foto: Lestari Ningsih
Warta Ekonomi, Jakarta -

Secara garis besar, pada semester pertama tahun 2023, volume Initial Public Offering (IPO) Global terkikis 5% secara year-to-date. Penurunan tersebut terjadi bersamaan dengan menyusutnya perolehan dana hingga 36% secara year-on-year.

EY Indonesia, perusahaan yang bergerak di bidang audit dan akuntansi profesional, menyebut bahwa kondisi yang sekarang ini terjadi mencerminkan pertumbuhan ekonomi global yang melambat, kebijakan moneter yang ketat, dan ketegangan geopolitik yang meningkat. 

Kendati demikian, pasar di beberapa negara berkembang justru menunjukkan peningkatan pesat di masa sulit. Sebut saja Indonesia yang untuk pertama kalinya dalam dua puluh tahun berhasil melampaui Hong Kong dalam peringkat bursa saham global.

Selain itu, pada paruh pertama tahun 2023, bursa Indonesia juga memimpin bursa ASEAN lainnya berkat perolehan pendapatan yang mencapai US$2,2 miliar.

Baca Juga: Pengumuman! Akseleran Putuskan Tunda IPO di BEI, Ini Alasannya

EY Indonesia Strategy and Transactions Partner, Sahala Situmorang, mengatakan bahwa ada lima belas perusahaan yang sedang menjalani proses penawaran umum dengan rentang nilai sebesar Rp1,2–Rp1,5 triliun. Ia menyebut, sektor yang paling populer untuk go public adalah sektor industri dan sektor material. Hal itu disebabkan oleh pesatnya industrialisasi di ibu pertiwi.

“Perusahaan besar yang akan go public adalah Pertamina Geothermal Energy, yang memanfaatkan potensi panas bumi negara dalam rangka transisi menuju energi bersih terbarukan, serta Merdeka Battery Materials dan Trimegah Bangun Persada, yang memanfaatkan nilai cadangan nikel terbesar di dunia dalam upaya untuk memulai platform pemasok bahan baterai kendaraan listrik secara global,” imbuh Sahala dalam keterangan pers, Jakarta, Rabu, 26 Juli 2023.

Sementara itu, pemerintah sedang gencar-gencarnya melakukan reformasi struktural di tubuh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan salah satu upaya yang dilakukan untuk mewujudkan inisiatif tersebut adalah melakukan privatisasi melalui IPO.

Dengan begitu, pemerintah berharap, dinamisme pasar modal ekuitas Indonesia yang perlahan berkembang ke arah yang lebih baik dapat terpancar jelas sehingga meningkatkan potensi investasi di Indonesia.

Sahala menambahkan, fenomena ini tidak akan muncul di enam bulan pertama saja tetapi di enam bulan berikutnya juga. Sebab, sampai akhir tahun 2023, menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI) masih ada 43 calon emiten yang menunggu pencatatan resmi.

Singkatnya, pasar IPO Indonesia diprediksi akan mempertahankan kekuatan dan momentumnya mengingat adanya reformasi struktural Indonesia dan fundamental pertumbuhan yang tinggi.

Baca Juga: Mau IPO, Platform Streaming Vidio Raih Dana Segar Senilai Rp1,5 Triliun

Sebagai informasi tambahan, volume IPO di wilayah Asia Tenggara juga ikut mengalami lonjakan sebesar 26% dengan nilai pendapatan mencapai US$3,3 miliar atau setara dengan kenaikan sebesar 31%. Negara lain yang resiliensinya hampir setara dengan Indonesia adalah Malaysia (US$0,5 miliar), Thailand (US$0,5 miliar), Filipina (US$77,7 juta), dan Singapura (US$21,1 juta).

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Yohanna Valerie Immanuella
Editor: Yohanna Valerie Immanuella

Advertisement

Bagikan Artikel: