Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Undang Rusia hingga AS, ASEAN Energy Business Forum 2023 di Bali Bakal Bahas Apa?

Undang Rusia hingga AS, ASEAN Energy Business Forum 2023 di Bali Bakal Bahas Apa? Kredit Foto: Ist
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kementerian ESDM RI bekerja sama dengan ASEAN Centre for Energy (ACE) menginisiasi acara tahunan ASEAN Energy Business Forum (AEBF) 2023 di Bali, Indonesia pada 24-26 Agustus 2023 mendatang.

Forum yang mengambil tema "Percepatan Konektivitas Energi untuk Mencapai Pertumbuhan Berkelanjutan ASEAN" ini digelar dalam rangka membahas kolaborasi terkait pertumbuhan bisnis energi di kawasan Asia Tenggara.

Agenda yang sejalan dengan Keketuaan Indonesia yang ingin menjadikan ASEAN sebagai pusat pertumbuhan ekonomi kawasan dan dunia ini tak hanya diikuti oleh orang-orang penting terkait energi dari Asia Tenggara, tetapi juga mengundang perusahaan raksasa dari Rusia, AS, China dan Jepang.

Executive Director of ACE Nuki Agya Utama mengatakan di tengah menguatnya arus transisi energi dari fosil ke energi baru terbarukan (EBT), peran ACE sebagai think tank ASEAN di bidang energi menjadi semakin relevan dan penting, utamanya untuk membahas mengenal membahas isu-isu energi yang krusial dan punya dampak penting bagi Asia Tenggara. 

"Melalui AEBF ini, kami menjadi jembatan untuk mempertemukan pebisnis dan industri bidang energi dengan pemerintah negara anggota ASEAN sekaligus akademisi untuk membahas isu dan melakukan kerja sama serta kolaborasi terkait energi, baik itu soal teknologi, suplai, keamanan maupun pengetahuan baru demi kepentingan kawasan," jelasnya, dikutip Sabtu (29/7/2023).

Lebih lanjut, Nuki mengatakan, kepentingan negara anggota ASEAN adalah mengamankan ketahanan energi, agar tidak terjadi kekacauan di semua negara Asia Tenggara. Negara anggota ASEAN, kata Nuki, harus terus meningkatkan ekosistem investasi dan menjadikan prioritas transisi di negara masing-masing dan di regional sehingga terwujud ketahanan energi.

"Hal ini penting karena kita akan menjadi kawasan terbesar keempat di dunia 10-15 tahun ke depan. Jadi kita gak bisa mengabaikan suplai energi yang stabil, murah dan aksesnya mudah. Jadi, AEBF ini ingin mencari solusi terkait keamanan energi, keterjangkauan dan akses energi serta energi yang berkelanjutan," jelasnya.

Soal energi berkelanjutan, ACE melihat tidak harus energi baru terbarukan (EBT). Nuklir yang aman dan punya kemungkinan untuk digunakan juga menjadi pembahasan. 

Pasalnya, hasil studi ACE, beberapa teknologi EBT seperti solar cell dan energi angin belum cocok digunakan sebagai sumber utama energi di ASEAN, karena sifatnya yang intermiten serta kendala utama tentang kesiapan infrastruktur grid yang masih belum cukup besar kapasitasnya dan belum terkoneksi secara masif.

"Jadi ini juga soal suplai dan keberlangsungan. Untuk Asia Tenggara, kami menyepakati persoalan energi ini harus diselesaikan melalui keunggulan sumber energi di masing-masing negara dan kawasan. Asia Tenggara ini kaya akan sumber air dan geothermal, ini yang bisa dikembangkan, juga biofuel dan biomassa," tutur Nuki. 

Dia melanjutkan, Forum AEBF ini juga untuk mengkomunikasikan kepada masyarakat ASEAN, bahwa ada banyak pilihan energi berkelanjutan, yang tidak harus mengikuti tren EBT di Eropa atau kawasan luar untuk secara perlahan melepaskan diri dari ketergantungan akan migas.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Alfida Rizky Febrianna
Editor: Ferry Hidayat

Advertisement

Bagikan Artikel: