Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

AS Sumbang Emisi Karbon Terbesar, Negara-negara Ini Terkena Dampaknya

AS Sumbang Emisi Karbon Terbesar, Negara-negara Ini Terkena Dampaknya Kredit Foto: Wafiyyah Amalyris K
Warta Ekonomi, Jakarta -

Amerika Serikat menjadi salah satu penyumbang emisi karbon terbesar di dunia. Emisi karbon yang tinggi dari AS telah menjadi perhatian utama dalam upaya melawan perubahan iklim.

Penggunaan bahan bakar fosil, seperti batu bara, minyak, dan gas alam menjadi penyebab utama tingginya emisi di negara ini. Peningkatan aktivitas industri dan transportasi, serta kebutuhan energi yang besar, semakin memperburuk situasi emisi karbon di AS.

Dampak dari emisi karbon yang tinggi ini tidak hanya dirasakan oleh masyarakat di AS, tetapi juga menyebar hingga ke negara-negara lain di dunia. Perubahan iklim yang disebabkan oleh emisi karbon dapat menyebabkan berbagai masalah, seperti peningkatan suhu global, perubahan pola cuaca, dan kenaikan permukaan air laut. Negara-negara terutama di wilayah tropis dan kepulauan menjadi rentan terhadap bencana alam dan perubahan lingkungan yang tidak stabil akibat dari emisi karbon.

Baca Juga: Penting! Saatnya Menuju Masa Depan Berkelanjutan dengan Energi Terbarukan

Jack Wallace, mahasiswa Teknik Elektro di Hope College, mengatakan, peningkatan karbondioksida dapat menimbulkan banyak efek samping di beberapa negara, khususnya banjir di Pakistan. Banjir ini disebabkan oleh gletser yang mencair bersama dengan hujan monsun yang lebih deras dari biasanya setelah gelombang panas besar-besaran. Hal itu mengakibatkan sepertiga negara Pakistan terendam dan jutaan orang mengungsi.

“Efek pertama yang ingin saya bicarakan adalah banjir baru-baru ini di Pakistan. Pakistan merasakan dampak pemanasan global, sementara mereka hanya bertanggung jawab kecil 0,5% dari emisi karbondioksida global. Di sisi lain, AS bertanggung jawab lebih banyak 14% dari emisi karbondioksida global, tidak merasakan dampaknya,” tuturnya.

Selain Pakistan, dampak permasalahan ini dirasakan oleh daerah-daerah di Miami, Florida, dan Bangladesh. Peningkatan permukaan air laut terjadi di daerah-daerah tersebut. 

“Melihat strategi pencegahan, Miami membangun struktur pelindung yang dapat menjaga keamanan kota dan membangun struktur yang akan mencegah banjir. Namun, penduduk pesisir Bangladesh tidak mendapatkan kemewahan itu. Satu-satunya cara mereka adalah pindah ke pedalaman. Banyak rumah terlantar, desa terlantar, komunitas terlantar, dan relokasi,” ujarnya.

Jack mengatakan bahwa AS memiliki andil besar dalam emisi dan perubahan iklim besar-besaran, padahal di sisi lain mereka memiliki uang untuk mencegah bencananya.

“Saya hanya mengatakan bahwa orang lain menderita dan kami adalah salah satu penyumbang terbesar rasa sakit mereka. Mereka yang tidak memiliki kekayaan berisiko bergabung dengan 1.500 orang yang telah tewas dalam banjir Pakistan. Orang sekarat dan sebagian dari darah mereka mungkin ada di tangan kita,” ucapnya.

Menurut Administrasi Informasi Energi AS, sejak 2004, AS telah menghabiskan rata-rata US$200 miliar untuk impor minyak setiap tahunnya. Dengan begitu, AS melakukan beberapa upaya dan kebijakan untuk mengatasi masalah ini, termasuk beralih ke sumber energi terbarukan, mengurangi konsumsi bahan bakar fosil, dan mendukung teknologi ramah lingkungan.

“Beralih ke energi terbarukan bukan hanya tentang kita merasa aman, ini adalah area ketidakadilan dan ketidaksetaraan yang perlu ditangani,” pungkasnya.

Baca Juga: Soal Keadilan Transisi Energi Melalui JETP, Pengamat: Sulit Diwujudkan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Nevriza Wahyu Utami
Editor: Rosmayanti

Advertisement

Bagikan Artikel: