Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Live Shopping Hasilkan Omzet Miliaran, Akankah Jadi Metode Belanja Masa Depan?

Live Shopping Hasilkan Omzet Miliaran, Akankah Jadi Metode Belanja Masa Depan? Ilustrasi: Wafiyyah Amalyris K

Perkembangan dan Potensi Besar Live Shopping di Indonesia

Tidak seperti China yang sudah memulai metode perbelanjaan melalui live shopping sejak tahun 2010, di Indonesia sendiri, live shopping baru mulai diadopsi pada tahun 2019 oleh platform Lazada. Platform belanja bagian dari Alibaba Group tersebut mengadopsi metode belanja melalui siaran langsung sebagai strategi untuk menyiasati pandemi.

Hasilnya, metode tersebut dilaporkan mampu meningkatkan penjualan hingga 45%. Selanjutnya, mulai banyak e-commerce serupa yang mengikuti cara tersebut, seperti Shopee dan Tokopedia. Bahkan platform TikTok, yang awalnya platform media sosial namun kini menjadi social commerce, juga mengadopsi metode serupa.

Menurut survei Populix pada Mei 2023, Shopee Live menduduki posisi terdepan, di mana 74% responden memilihnya sebagai fitur live streaming yang menawarkan rangkaian produk lengkap dan variatif. Mengungguli para pesaingnya, TikTok Live (20%), Tokopedia Play (10%), dan LazLive (9%).

Co-Founder dan CEO Populix, Timothy Astandu mengatakan, berbagai konten atraktif, kreatif, dan interaksi yang proaktif menjadi keunggulan dari tren live shopping melalui fitur streaming.

"Tidak heran saat ini sebagian besar pemain e-commerce di Indonesia mengembangkan fitur ini. Sehingga, kami ingin mengerucut terhadap tren itu sendiri, apakah posisi platform pada market e-commerce saat ini memengaruhi preferensi konsumen terhadap fitur live streaming yang dihadirkan dari masing-masing pemain," ujarnya di Jakarta, Jumat (9/6/2023).

Tidak hanya influencer ataupun artis papan atas saja yang meraup cuan berkali-kali lipat dari metode live shopping ini, banyak juga pedagang online yang turut mendapatkan manfaat dari metode berbelanja tersebut.

Seperti misalnya, Ilham, pedagang tas wanita yang aktif berjualan di live shopping. Ia bercerita bahwa sebelum mengenal live shopping, ia mencatat omzet kurang lebih Rp1 juta per hari. Setelah menggunakan live shopping, omzetnya meningkat drastis menjadi Rp4 juta per hari dengan rata-rata 25 resi per hari.

Menurutnya, penjualan melalui video siaran langsung bisa meyakinkan calon pembeli tentang keunggulan dan detail dari produk yang dijual.

“Dengan live shopping, saya bisa meyakinkan calon pembeli saya. Saya bisa meyakinkan kalau produk yang saya jual benar-benar real, benar-benar 100 persen sama seperti yang di foto, 100 persen sama seperti yang saya tawarkan, yang saya deskripsikan,” ceritanya dikutip dari kanal YouTube CNN Indonesia, Jumat (4/8/2023).

Yuswohady, pakar marketing, menilai metode live shopping memiliki potensi yang besar. Hal ini karena metode tersebut menghasilkan interaksi langsung antara penjual dan pembeli, serta dapat memangkas waktu pengambilan keputusan saat pembeli ingin membeli suatu produk.

“Jadi, begitu pintar si penjualnya dalam mengolah kata, dalam mengolah experience, pada waktu yang cepat itu akan terpengaruh, beda kalau misalnya di e-commerce, pasang iklan, ada jedanya kan. Tetapi ini interaksinya secara langsung, sehingga engagement-nya jadi luar biasa. Kenapa live shopping powerful? Pertama, karena engagement-nya luar biasa. Yang kedua, dia memangkas buying decision making process (pengambilan keputusan berbelanja),” ujarnya dilansir dari kanal YouTube CNN Indonesia, Jumat (4/8/2023).

Live Shopping Bisa Bantu UMKM atau Justru Mematikannya?

Seperti yang dikatakan sebelumnya, live shopping dapat membantu meningkatkan omzet para pedagang online, yang termasuk dalam Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).

Konsep live shopping bisa membantu UMKM menjangkau audiens yang lebih luas sekaligus melebarkan pasar digital mereka. Semakin terkenal live shopping yang diadakan, maka engagement yang bisa didapatkan semakin besar dan produk berpotensi lebih banyak terjual.

Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan, prospek bisnis dari metode berbelanja ini ke depannya menjanjikan, khususnya bagi UMKM, content creator, dan lainnya. Ia memprediksi ke depannya, tak menutup jika tren belanja online di Indonesia akan mirip seperti tren belanja di China, yaitu banyak menggunakan ruko kosong sebagai tempat untuk melakukan live streaming.

"Mungkin arah belanja online Indonesia meniru China ya, ada live shopping farm. Menyulap banyak sekali ruko kosong jadi tempat video streaming untuk berjualan di social commerce," tuturnya dilansir dari Kompas, Jumat (4/8/2023).

Meskipun begitu, Bhima menyarankan agar kegiatan live shopping ini memiliki aturan untuk membatasi subsidi dan diskon bagi produk impor. Hal ini perlu dilakukan untuk mencegah predatory pricing yang berpotensi mematikan produk UMKM lokal.

"Ini perlu dipertegas, sehingga jangan sampai produk yang dijual mematikan UMKM sebagai produsen," ucapnya.

Berbelanja dengan menggunakan metode live shopping memang memberikan sejumlah manfaat bagi penjual maupun pembeli. Namun, harus diingat bahwa semua metode perbelanjaan pasti memiliki konsekuensi. Oleh karena itu, diperlukan kehati-hatian dalam menggunakan metode live shopping agar dapat menjadi ekosistem belanja yang berkelanjutan di masa depan.

Baca Juga: Makin Digemari, Live Shopping Bakal jadi Masa Depan Industri e-Commerce

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ni Ketut Cahya Deta Saraswati
Editor: Rosmayanti

Advertisement

Bagikan Artikel: