Bank Sentral Latvia Sebut Investasi Kripto pada 2023 Merosot hingga 50%
Laporan Stabilitas Keuangan tahun 2023 yang disampaikan oleh Bank Sentral Latvia (Latvijas Banka) mencatat bahwa jumlah orang yang membeli aset kripto di Latvia mengalami penurunan.
Dilansir dari Cointelegraph, Senin (7/8/2023), Bank Sentral Latvia mengaitkan penurunan minat terhadap aset kripto dengan sentimen negatif yang terkait dengan penipuan dan kebangkrutan di antara para pelaku pasar utama kripto, investasi “tidak bijaksana" yang telah dilakukan, keterkaitan kripto dengan pencucian uang, dan meningkatnya keterkaitan perusahaan aset kripto dengan para pelaku sektor keuangan yang diawasi.
Berdasarkan temuan pada penggunaan kartu pembayaran, bank tersebut menyatakan bahwa 4% dari populasi telah membeli aset kripto pada Februari 2023. Angka tersebut jelas mengalami penurunan yang signifikan jika dibandingkan dengan tahun 2022, yakni sebesar 8%. Untuk diketahui, Latvia sendiri memiliki populasi sekitar 1,84 juta orang.
Baca Juga: Elon Musk Tegaskan Tidak Akan Rilis Token Kripto Baru yang Terhubung dengan Platform X
Penduduk Latvia mentransfer 51,8 juta euro (Rp865,4 miliar) ke rekening kripto pada tahun 2022. Sedangkan pada kuartal pertama tahun 2023, mengalami penurunan menjadi 10,7 juta euro (Rp179,1 miliar). Sebagian besar rekening tersebut ada pada perusahaan di negara-negara Eropa, di mana ekosistem teknologi keuangan baru (termasuk teknologi kripto) berkembang pesat, seperti Lithuania, Estonia, Malta, dan Irlandia.
Sebelumnya, dalam Laporan Geografi Cryptocurrency 2022 yang dibuat oleh Chainalysis, diketahui bahwa Latvia menduduki peringkat ke-92 dari 148 negara berdasarkan adopsi kriptonya. Sementara itu, tetangganya, Lithuania, menduduki peringkat ke-102. Bank Sentral Latvia mencatat sektor keuangan nonbank negara ini masih jauh lebih tidak penting daripada negara-negara Eropa lainnya.
"Hal ini terutama disebabkan oleh tingkat tabungan jangka panjang penduduk di Latvia yang telah terakumulasi lebih rendah dan jangka waktunya lebih singkat dibandingkan dengan banyak negara di area euro lainnya."
Laporan tersebut juga menyebut bahwa meskipun nilai transaksinya cenderung kecil, pembayaran kripto ritel terus mendominasi investasi aset kripto di negara ini. 44% pembayaran ritel yang menggunakan kripto bernilai 60 euro (Rp1,002 juta) atau kurang, dan 97,5% bernilai di bawah 1.000 euro (Rp16,7 juta). Laporan tersebut tidak menyebutkan nilai moneter dari transaksi-transaksi tersebut.
Baca Juga: Bitcoin Kembali Dominasi Pembelian Aset Kripto pada Paruh Pertama 2023
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ni Ketut Cahya Deta Saraswati
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait:
Advertisement