Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Perancang Jembatan Lengkung LRT Buka Suara Usai Dituding Salah Desain

Perancang Jembatan Lengkung LRT Buka Suara Usai Dituding Salah Desain Kredit Foto: Antara/Aditya Pradana Putra
Warta Ekonomi, Jakarta -

Beberapa waktu lalu, Kartika Wirjoatmodjo, Wakil Menteri BUMN, memberi evaluasi terkait pembangunan Light Rail Transit (LRT). Tiko, sapaan karibnya, mengungkapkan bahwa tikungan longspan memiliki lebar yang kurang memadai, sehingga menyebabkan LRT mengalami ketidakstabilan dalam menjaga kecepatannya.

Berdasarkan hasil evaluasi tersebut, ditemukan bahwa rangkaian kereta LRT harus memperlambat laju menjadi 20 km per jam saat melewati tikungan longspan yang sempit. Di sisi lain, Presiden Joko Widodo menyatakan bahwa wajar apabila terdapat kekurangan dalam pelaksanaan proyek yang merupakan hal baru bagi Indonesia.

Arvilla Delitriana, perancang jembatan lengkung atau longspan LRT di wilayah Jabodebek yang melintasi Jalan Gatot Subroto-Kuningan, memberikan tanggapan yang sebelumnya menarik perhatian karena dikritik salah desain oleh Wamen BUMN, Kartika Wirjoatmodjo. 

Baca Juga: Optimisme Presiden Jokowi terhadap Proyek Pembangunan LRT

Namun, Arvilla menegaskan bahwa yang menjadi sorotan proyek ini adalah arus kecepatan saat melewati longspan LRT, bukan salah desain. 

“Sebelumnya mungkin saya perlu sedikit tegaskan bahwa yang dikritisi oleh Wamen BUMN lebih ke arah kecepatan yang harus diperlambat saat melewati longspan LRT Kuningan, yang memang memiliki radius yang kecil. Radius tersebut berdasarkan alinyemen yang sudah didesain oleh konsultan yang berpengalaman di bidangnya dan sangat ditentukan oleh kondisi lahannya,” tegas Arvilla, dikutip dari kanal Youtube CNN Indonesia pada Rabu (9/8/2023).

Dia menolak pendapat bahwa proyek longspan LRT tidak sesuai dengan rencana awal. Bahkan, Arvilla mengatakan, proses pembuatan proyek ini telah melibatkan langkah-langkah dan persyaratan yang panjang dan cermat.

“Saya sebagai perencana jembatan sudah menanyakan terkait lengkungnya, berapa kecepatan yang bisa dilalui oleh LRT. Artinya, semua persyaratan itu sudah kami bahas dan sudah kami bicarakan di awal perencanaan. Jadi, yang bisa sama kami sampaikan, sebetulnya tidak ada yang salah desain, tidak ada yang salah perkiraan, semua sudah direncanakan dengan baik,” tuturnya kembali.

Arvilla juga menyampaikan, lokasi longspan LRT memang sangat terbatas karena berdekatan dengan gedung-gedung perkantoran. Jika, ingin memperbesar lengkungan, gedung-gedung itu harus ditiadakan dan akan menambah biaya operasional.

“Sebelumnya disampaikan bahwa lokasi LRT ini sudah sangat terbatas. Kemarin sempat di-sounding bahwa kalau misalnya ini mau lengkungnya besar, sehingga kecepatan bisa lebih tinggi atau speed, istilahnya berarti gedung-gedung sebelah itu harus minggir dulu dan harus ditiadakan, itu akan menambah biaya,” jelasnya.

Pengurangan laju kecepatan di tikungan longspan LRT memang bertujuan untuk keamanan penumpang dan berbagai faktor, bukan karena adanya kesalahan desain. Diketahui, kereta LRT harus mengurangi kecepatan menjadi 20 km per jam saat melewati tikungan longspan.

“Arti diturunkan sebetulnya pasti ada patokannya, kalau dari jalan yang lurus pasti diturunkan. Kita melewati sesuatu yang lengkung, pasti kecepatanya harus berkurang. Kalau disampaikan ke kami sebetulnya memang sekitar 35 km per jam aturan untuk lengkung seperti ini, tetapi ada faktor-faktor lain untuk safety, sehingga disepakati 20 km per jam,” pungkasnya.

Baca Juga: Sudah Habiskan Duit Negara Hingga Triliunan Rupiah, Proyek LRT Malah Salah Desain: Merugikan Rakyat

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Nevriza Wahyu Utami
Editor: Rosmayanti

Advertisement

Bagikan Artikel: