Cara Bank Raya Bersaing di Tengah Ketatnya Perbankan Digital: Strategi Akuisisi Konsumen yang Tepat
Selama tujuh tahun terakhir, industri perbankan Indonesia diramaikan dengan kehadiran 13 bank digital baru yang berasal dari bentukan perusahaan bank, perusahaan layanan jasa keuangan, maupun perusahaan teknologi finansial. Termasuk Bank Raya, anak usaha dari PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) Tbk. Lantas, bagaimana cara Bank Raya sebagai bank digital dapat bersaing dengan kompetitornya?
Dilansir dari keterangan tertulis pada Rabu (16/8/2023), Direktur Digital dan Operasional PT Bank Raya Indonesia Tbk, Bhimo Wikan Hantoro berpendapat bahwa bank digital perlu memikirkan strategi akuisisi konsumen yang tepat.
“Di perusahaan kami [Bank Raya], hal terpenting adalah biaya untuk akuisisi konsumen ini harus jauh lebih rendah dibanding dengan customer lifetime value (CLV) kami,” jelas Bhimo dalam diskusi Industrial Talk yang digelar Master Program Prasetiya Mulya di Jakarta pekan lalu.
Baca Juga: Persaingan Kian Ketat, Bank Digital Harus Jeli Tangkap Selera Pasar Jadi Inovasi Produk
CLV merupakan indikator yang digunakan untuk menentukan nilai dari pelanggan sebuah perusahaan. Menurut Bhimo, setiap investasi yang dikeluarkan untuk mengakuisisi konsumen harus menghasilkan penggunaan produk secara organik tanpa didorong oleh gimmick marketing yang berlebihan.
Sebagai sebuah perusahaan bank digital di bawah naungan BRI, Bank Raya mengedepankan efisiensi dalam setiap lini operasional. Bhimo mengatakan, lebih dari 90% proses internal di Bank Raya telah dilakukan secara terotomasi. Dalam hal inovasi, Bank Raya terus menghadirkan produk baru agar bisa memenuhi kebutuhan nasabah.
Contohnya di sepanjang tahun 2021-2022, Bank Raya sempat mengajukan delapan izin (produk baru) ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia.
“Ini merupakan upaya kami untuk menangkap kebutuhan ceruk pasar (niche market) yang berbeda dengan target pasar Bank BRI yang lebih massal. Dan kami menyadari bahwa kebutuhan niche market ini terus berubah sesuai perkembangan zaman,” kata Bhimo.
Hal lain yang membuat bank digital berbeda dengan bank konvensional adalah aspek customer journey atau pengalaman nasabah saat menggunakan aplikasi. Bhimo meyakini bahwa perusahaan bank digital harus mampu menghadirkan layanan dan produk yang sangat terpersonalisasi bagi para nasabahnya.
“Bank harus membuat nasabah merasa nyaman setiap kali berinteraksi dengan kami, baik melalui aplikasi atau saluran lain. Cara membaut nyaman mereka adalah dengan menyediakan layanan yang memahami kebutuhan setiap nasabah,” pungkas Bhimo.
Baca Juga: Kinerja Moncer Berkat Bisnis Digital, Bank Raya Semakin Mantap Bersinergi dengan Ekosistem BRI Group
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Nadia Khadijah Putri
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait:
Advertisement