Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bank Jago Hadapi Tantangan Industri Bank Digital: Belum Semua Pengguna Smartphone Butuh Bank Digital

Bank Jago Hadapi Tantangan Industri Bank Digital: Belum Semua Pengguna Smartphone Butuh Bank Digital Kredit Foto: Bank Jago
Warta Ekonomi, Jakarta -

Menjamurnya bank-bank digital dalam tujuh tahun terakhir membuat persaingan antarbank tersebut semakin sengit. Dalam periode tersebut, industri perbankan Indonesia diramaikan dengan kehadiran 13 bank digital baru yang dibentuk dari perusahaan bank, perusahaan layanan jasa keuangan, maupun perusahaan teknologi finansial. Termasuk pula pada Bank Jago yang kini tengah mempertahankan bisnisnya. Lantas apa tantangan yang dihadapi?

Dilansir dari keterangan resmi pada Rabu (16/8/2023), Head of Customer Engagement di PT Bank Jago Tbk, Lena Chow menekankan bahwa kendati potensi pasar perbankan digital di Indonesia masih sangat besar, tantangan yang dihadapi industri ini cukup kompleks. Salah satunya adalah bagaimana bank digital memperluas penetrasi kepada masyarakat.

“Kunci utama untuk memperluas penetrasi ini adalah dengan memperbanyak pengguna ponsel pintar terlebih dahulu,” ujar Lena saat menghadiri diskusi Industrial Talk yang digelar Master Program Prasetiya Mulya di Jakarta, pekan lalu.

Baca Juga: Cara Bank Raya Bersaing di Tengah Ketatnya Perbankan Digital: Strategi Akuisisi Konsumen yang Tepat

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2022, pengguna ponsel pintar di Indonesia baru sebanyak 192,15 juta orang atau 67,8% dari total populasi. Dari jumlah tersebut, kata Lena, belum semua pengguna ponsel pintar memiliki kebutuhan perbankan digital. Kebutuhan itu baru akan muncul jika masyarakat sudah mulai merasa nyaman dengan internet dan memiliki kebiasaan melakukan transaksi keuangan digital.

“Karena itu, kehadiran bank digital sebetulnya bisa turut membantu meningkatkan literasi keuangan masyarakat Indonesia,” ujar Lena.

Hal ini akan berpeluang bagi perusahaan bank digital, terlebih hampir 50% masyarakat Indonesia belum menjadi nasabah bank, baik digital maupun konvensional. 

“Kehadiran bank digital bisa mendorong peningkatan jumlah masyarakat yang terlayani oleh perbankan. Sifat bank digital yang fleksibel dan produk yang beragam juga bisa turut meningkatkan literasi keuangan masyarakat,” sambungnya.

Lena menambahkan, dengan bantuan bank digital, masyarakat justru dapat mengakses seluruh layanan bank—tidak sekadar menyimpan uang. 

“Masyarakat bisa tahu bahwa layanan bank bukan hanya untuk menyimpan uang, tapi juga untuk memperoleh pembiayaan, investasi, dan lainnya,” imbuhnya. 

Menurut Lena, bank digital bisa memanfaatkan peluang dari kondisi tersebut dengan menyediakan ekosistem layanan menyeluruh bagi konsumennya. Misalnya pembiayaan.

“Selain untuk kebutuhan penyimpanan uang dan pembiayaan, bank digital juga bisa menjadi semacam alat mengelola keuangan yang bisa dimanfaatkan masyarakat,” pungkasnya. Ia melanjutkan, layanan-layanan tersebut pada akhirnya akan membuat nasabah bank digital mendapatkan pengalaman menyeluruh dan bisa menjadi nasabah loyal.

Baca Juga: Persaingan Kian Ketat, Bank Digital Harus Jeli Tangkap Selera Pasar Jadi Inovasi Produk

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Nadia Khadijah Putri
Editor: Rosmayanti

Advertisement

Bagikan Artikel: