Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Dulu Unicorn Sekarang Terancam Gulung Tikar, Ada Apa dengan WeWork?

Dulu Unicorn Sekarang Terancam Gulung Tikar, Ada Apa dengan WeWork? Ilustrasi: Wafiyyah Amalyris K

Selama berkali-kali mengalami kerugian, WeWork tercatat sudah banyak dibantu Softbank untuk tetap bertahan. Seperti pada tahun 2019, ketika WeWork terancam bangkrut, Softbank dengan gesit mengucurkan dana segar kembali senilai US$6,5 miliar (Rp99,5 triliun) kepada perusahaan tersebut. Hal tersebut dilakukan dengan harapan WeWork dapat bangkit dari kerugian.

Namun, sayangnya, harapan tersebut nihil. WeWork kembali mencatatkan kerugian besar hingga membuat Softbank untuk pertama kalinya melaporkan kerugian bersih tahun fiskal 2018 sebesar US$8,9 miliar (Rp136,2 triliun).

CEO Softbank, Masayoshi Son sendiri mengaku telah menyesal berinvestasi di WeWork. Ia mengakui investasinya di perusahaan tersebut sebagai tindakan ‘kebodohannya’.

"Ini adalah kebodohan saya untuk berinvestasi di WeWork. Saya salah," ungkap Son dikutip dari Business Insider Singapore, Selasa (22/8/2023).

IPO Terburu-Buru dan Kontroversial

Tidak hanya mendapat kucuran dana dari investor-investor kenamaan di atas, WeWork juga mendapatkan suntikan dana setelah melantai di bursa saham (Initial Public Offering/IPO). 

Sebelum akhirnya berhasil melantai ke bursa, WeWork sempat mengalami kegagalan terlebih dahulu. WeWork diketahui telah menerbitkan laporan keuangannya pertama kali pada tahun 2019. Laporan keuangan yang diterbitkan untuk publik tersebut mendapat sentimen negatif karena pengeluaran yang tinggi dan "hubungan bisnis aneh" antara Neumann dan perusahaan.

Rencana IPO  tersebut pun gagal, yang pada akhirnya Softbank mengambil alih mayoritas kendali di WeWork dengan menyuntikkan dana lagi. Setelah memegang kendali, Softbank pun mengusir Neumann dari perusahaan tersebut.

Selanjutnya, setelah merger dengan perusahaan cangkang berbentuk SPAC, WeWork akhirnya melantai di bursa saham pada tahun 2021. Saham WeWork sempat mengalami lonjakan hingga 13% dan dikabarkan bahwa WeWork mendapatkan dana segar senilai US$1,3 miliar (Rp19,9 triliun) dari IPO tersebut.

Namun, sayangnya, kondisi tersebut tidak bertahan lama. WeWork kembali mengalami kerugian. Hingga pada tahun 2023, saham WeWork terus mengalami kemerosotan dan dijual dengan harga di bawah US$1 (Rp15.310). Hal tersebut membuat WeWork terancam delisting dari bursa saham.

WeWork dikabarkan telah melakukan upaya untuk mempertahankan agar tidak delisting, seperti dengan cara melakukan reverse stock split atau penggabungan satu untuk 40 saham yang beredar. Ini artinya setiap 40 saham WeWork akan ditukar dengan satu lembar saham, dengan syarat harus tetap mempertahankan harga saham senilai US$1 (Rp15.310) agar tidak delisting dari bursa.

Upaya tersebut dikabarkan memberikan hasil yang nihil. Harga saham WeWork justru dikabarkan makin ambles dan kabar terakhir menunjukan harga sahamnya hanya senilai 12 sen atau Rp2.145 saja per lembar. Hal tersebut membuat kemungkinan kebangkrutan perusahaan penyedia ruang kerja ini semakin besar.

Baca Juga: Punya Coworking Space Baru, BSIM Hadirkan Work From Anywhere bagi Pegawainya

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ni Ketut Cahya Deta Saraswati
Editor: Rosmayanti

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: