Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Malaysia Sukses Menangkan Hati Elon Musk dan Tesla, Kalahkan Indonesia Hingga Korea Selatan!

Malaysia Sukses Menangkan Hati Elon Musk dan Tesla, Kalahkan Indonesia Hingga Korea Selatan! Ilustrasi: Wafiyyah Amalyris K
Warta Ekonomi, Jakarta -

Malaysia berhasil memikat Tesla milik Elon Musk untuk hadir di negara tersebut. Padahal, banyak negara lain gagal melakukan hal tersebut, termasuk Indonesia.

Bulan lalu, pabrikan kendaraan listrik asal AS tersebut setuju untuk mendirikan kantor pusat regional dan pusat layanan di dekat ibu kota Kuala Lumpur dan berinvestasi dalam jaringan pengisian daya lokal.

Melansir Fortune di Jakarta, Kamis (24/8/23) perusahaan juga mulai menjual mobilnya langsung ke konsumen Malaysia, hal yang unik di pasar yang masih didominasi oleh perantara lokal.

Baca Juga: Memanas! Elon Musk Caci-Maki Mark Zuckerberg Gara-Gara Hal Ini!

Malaysia melihat langkah Tesla sebagai langkah pertama untuk menangkap lebih banyak rantai pasokan kendaraan listrik yang semakin menguntungkan.

“EV menjadi prioritas kami,” kata Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim kepada CNBC dalam sebuah wawancara menunjukkan bahwa negara tersebut memiliki kapasitas untuk memproduksi bagian-bagian baterai yang dibutuhkan dalam mobil.

Tesla adalah pabrikan pertama yang menjual di Malaysia di bawah skema Pemimpin Global Kendaraan Listrik Baterai (Battery Electric Vehicles Global Leaders) di negara tersebut, yang memberikan konsesi khusus kepada produsen kendaraan listrik.

Biasanya, mobil buatan luar negeri hanya dapat dijual melalui mitra lokal, dan penjual harus mematuhi kebijakan tindakan afirmatif Malaysia terhadap bumiputera, anggota mayoritas Melayu, dan kelompok masyarakat adat.

Namun Tesla, di bawah skema Malaysia, bisa menjual langsung ke konsumen tanpa mitra lokal.

"Kesepakatan itu sama saja dengan memberikan 30% ekuitas,” kata Anwar di CNBC, mengacu pada aturan Malaysia yang mengharuskan perusahaan asing memiliki setidaknya 30% kepemilikan bumiputra. “Faktanya, dalam hal keuntungan riil bagi perekonomian, itu lebih baik,” lanjutnya.

Tesla bukan satu-satunya perusahaan yang dipimpin Musk yang mendapatkan pengecualian.

Malaysia juga telah memberikan SpaceX hak untuk mengoperasikan sistem Starlink di negara tersebut dengan kepemilikan asing sepenuhnya, meskipun ada peraturan yang menyatakan bahwa penyedia internet dapat memiliki kepemilikan asing maksimal 49%.

Anwar mencatat bahwa Malaysia telah menawarkan pengecualian serupa pada beberapa sektor, seperti TI, di masa lalu. “Bukan hanya Elon Musk,” katanya.

Malaysia telah menerapkan kebijakan tindakan afirmatif terhadap etnis Melayu sejak awal tahun 1970-an, menyusul kerusuhan mematikan antara kelompok mayoritas dan minoritas Tiongkok.

Masyarakat Melayu kini mendapat manfaat dari akses istimewa terhadap pekerjaan, penerimaan universitas, dan layanan lainnya.

Namun kebijakan tersebut dikritik karena memperkaya populasi kecil orang Melayu yang lebih kaya dibandingkan populasi secara keseluruhan.

Anwar menyampaikan kritik serupa dalam wawancaranya dengan CNBC dengan mengatakan bahwa rezim sebelumnya menggunakan kebijakan tersebut untuk memperkaya anak-anak dan keluarga mereka. Sebaliknya, Anwar mengaku ingin mengubah kebijakan tersebut untuk menciptakan wirausaha baru.

Keberhasilan Malaysia memenangkan hati Tesla adalah langkah terbaru dalam perlombaan internasional untuk merayu produsen kendaraan listrik tersebut.

Presiden Indonesia Joko Widodo telah melobi Musk secara pribadi untuk memulai operasi di negara besar di Asia Tenggara tersebut. Presiden Jokowi mencoba memanfaatkan stok nikel yang merupakan kunci logam dalam baterai untuk memanfaatkan lebih banyak rantai nilai kendaraan listrik.

Tak hanya Indonesia, Korea Selatan juga berlomba-lomba untuk menjadi tuan rumah pabrik Tesla, Presiden Yoon Seok-Yuel menawarkan keringanan pajak kepada Musk selama kunjungan kenegaraannya ke Washington awal tahun ini.

Tesla sendiri telah lama berharap untuk menjual mobil di India, namun negosiasi terhenti karena ketidaksepakatan mengenai penghapusan bea masuk yang tinggi di negara tersebut. Baru-baru ini, pejabat pemerintah mengatakan bahwa Tesla kini terbuka untuk membangun pabrik di India, setelah perusahaan tersebut sebelumnya mengatakan ingin menjual mobil terlebih dahulu untuk menguji selera domestik terhadap kendaraan listrik.

Italia, Prancis, dan Spanyol juga telah menyatakan minatnya untuk menjadi tuan rumah pabrik Tesla berikutnya di Eropa.

Tesla saat ini memiliki Gigafactories di AS, China, dan Jerman, dan saat ini sedang membangun pabrik di Meksiko. Tesla terbiasa mendapat perlakuan khusus dari pemerintah asing.

Produsen mobil tersebut diizinkan untuk membuka Gigafactory di Shanghai, Tiongkok tanpa mitra lokal, menjadikannya pabrik yang sepenuhnya dimiliki asing pertama di negara tersebut. Mobil dari pabrik Tesla di Shanghai kini menyumbang setengah dari penjualan perusahaan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami

Advertisement

Bagikan Artikel: