Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

AI Tumbuh Pesat di Asia Pasifik, Bagaimana dengan Indonesia?

AI Tumbuh Pesat di Asia Pasifik, Bagaimana dengan Indonesia? Kredit Foto: Nadia Khadijah Putri
Warta Ekonomi, Kuta, Bali -

Perusahaan keamanan siber global sejak tahun 1997, Kaspersky menemukan bahwa wilayah Asia Pasifik mengalami pertumbuhan pesat untuk kecerdasan artifisial atau artificial intelligence (AI). Lantas, bagaimana dengan Indonesia?

Managing Director Asia Pasifik Kaspersky, Adrian Hia mengatakan bahwa AI menjadi kontributor signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi digital selama beberapa dekade mendatang. 

“AI kemungkinan akan memberikan kontribusi signifikan sebesar US$366 miliar (Rp5.580 triliun) terhadap perekonomian lokal Indonesia pada dekade berikutnya,” ujar Hia ketika ditemui Warta Ekonomi pada Kamis (24/8/2023) di acara Cyber Security Week 2023 di Jimbaran, Kuta Selatan, Bali. 

Baca Juga: Revolusi Kecerdasan Buatan (AI) dalam Industri Kesehatan: Potensi dan Tantangan

Lanjutnya, berdasarkan Strategi Nasional Kecerdasan Artifisial (Stranas KA) tahun 2020-2045, Indonesia telah meletakkan dasar bagi pertumbuhan AI melalui peningkatan kolaborasi antarberbagai pihak, baik itu pemerintah, industri, akademisi, dan komunitas. 

Hia menambahkan, berdasarkan data dari Statista, nilai pasar diproyeksikan mencapai US$1.144 juta tahun ini, dengan proyeksi tingkat pertumbuhan tahunan (CAGR) sebesar 19,7% untuk tahun 2023 sampai 2030.

“Dengan dukungan pemerintah daerah terhadap pengembangan dan penerapan AI, terdapat potensi ekonomi yang besar bagi Indonesia dibandingkan dengan pertumbuhan AI di Asia Pasifik,” bebernya.

Dalam pemaparan Hia, sekitar 65% perusahaan di Asia Pasifik akan menyematkan AI ke seluruh kategori teknologi bisnis pada tahun 2026. Alasannya, AI mampu menghasilkan output tanpa ketergantungan dengan talenta teknis.

Sementara itu, proyeksi pada tahun 2026, sekitar 75% perusahaan di kawasan tersebut akan menggunakan proses AI yang sudah disematkan untuk meningkatkan efisiensi aset, merampingkan rantai pasok, dan memperbaiki kualitas produk, menurut data dari International Data Corporation (IDC).

Lantas, siapa yang paling besar pengeluarannya terhadap AI? Hia memaparkan, China-lah yang paling besar menjadi pemimpin utama adopsi AI, dengan proyeksi CAGR sebesar 27,9% dari tahun 2021 sampai 2026. Kemudian disusul Australia dengan proyeksi CAGR sebesar US$6,4 miliar (Rp97 triliun) pada tahun 2026, dan India dengan proyeksi CAGR sebesar 34,3% dan pengeluaran untuk AI senilai US$3,6 miliar (Rp54 triliun).

“Kenapa Asia Pasifik menjadi pemimpin untuk AI? Karena mereka membutuhkan itu, mereka harus memiliki keunggulan yang kompetitif terhadap negara-negara maju lainnya yang memiliki standar yang telah ada di era industri selama ratusan tahun,” pungkas Hia.

Baca Juga: Microsoft Gunakan Kecerdasan Buatan (AI) ke Semua Produknya, Manusia Kerja Apa? 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Nadia Khadijah Putri
Editor: Rosmayanti

Advertisement

Bagikan Artikel: