Kredit Foto: Zabra
Penggunaan Akal Imitasi (AI) terus digandrugi oleh berbagai sektor termasuk oleh manajer investasi seperti perusahaan hedge fund. Hal ini seperti terlihat yang terjadi di China.
China masih mengalami demam akal imitas, sejumlah hedge fund berlomba-lomba untuk menggunakan akal imitasi dalam strategi investasi mereka. Hal ini dilakukan oleh Baiont Quant, Wizard Quant, dan hingga Mingshi Investment Management.
Baca Juga: Akal Imitasi Makin Canggih, Google Klaim Gemini Robotics Bisa Digunakan untuk Pabrik
"Kami berada di tengah badai revolusi AI," kata Chief Executive Officer (CEO) Baiont Quant, Feng Ji, dilansir dari Reuters, Minggu (16/3).
Feng Ji mengaku bahwa pihaknnya menggunakan teknologi berupa machine learning untuk berdagang dalam pasar investasi tanpa intervensi manusia. Ia mengatakan penggunaan akal imitasi adalah kunci bertahan dalam bisnis investasi saat ini.
"Dua tahun lalu, banyak manajer dana mengejek atau meragukan kami yang menggunakan AI. Hari ini, para skeptis itu bisa gulung tikar jika tidak segera beradaptasi," tegasnya.
Adapun Wizard Quant baru-baru ini sedang merekrut peneliti akal imitasi terbaik untuk membangun laboratorium guna membentuk masa depan sains dan teknologi.
Serupa, Mingshi Investment juga mengumumkan bahwa pihaknya mereka sedang mencari ilmuwan komputer untuk mendukung riset dan investasi terkait dengan akal imitasi.
Sementara UBI Quant mengungkapkan bahwa mereka telah mendirikan lab akal imitasi beberapa tahun lalu untuk mengeksplorasi inovasi tersebut dalam investasi dan bidang lainnya.
Sebagian besar hedge fund ini menggunakan akal imitasi untuk mengolah data pasar dan menghasilkan sinyal perdagangan berdasarkan profil risiko investor mereka. Mereka bukan hanya sekadar mengembangkan model seperti DeepSeek.
Baca Juga: Manuver Tak Biasa, Goldman Sachs Lirik Gerakan Hedge Fund Jelang Rilis Laporan Keuangan Nvidia
Adapun China dengan ini berpotensi menjadi salah satu pemimpin global dalam perdagangan berbasis akal imitasi, mengancam dominasi hedge fund yang telah menggunakan teknologi serupa dari Amerika Serikat.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Advertisement