Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Teknologi Berkembang, BPDPKS Gandeng LPP Agro Latih Petani Sawit

Teknologi Berkembang, BPDPKS Gandeng LPP Agro Latih Petani Sawit Kredit Foto: Ist
Warta Ekonomi, Jakarta -

Seiring berkembangnya teknologi, sektor pertanian juga turut menggeliat. Namun dengan berkembangnya teknologi, kemampuan para petani tradisional cenderung belum tersentuh dengan berkembangnya teknologi di dunia pertanian.

Terkait dengan potensi literasi para petani, memang tidak serta merta memukul rata atas kemampuan literasi dalam perkembangan teknologi pertanian, seperti yang diungkapkan oleh SEVP Operation LPP Agro Nusantara, Pugar Indriawan dalam diskusi media melalui zoom, Rabu, (30/8).

"Terkait dengan kompetensi kemampuan para petani, kami tidak bisa menilai secara keseluruhan, karena di petani yang maju dan canggih juga ada," katanya.

Lebih jauh dia menjelaskan, masih banyak petani dia bekerja hanya berdasarkan dari tetangganya. Kemarin caranya seperti ini, atau diturunkan dari para orang tuanya, caranya seperti itu.

"Tetapi sebenarnya, bagaimana cara yang bagus, yang baik, good precision-nya seperti apa, itu yang coba kita mengarah ke sana," ungkapnya.

Berkembangnya teknologi di era ini, masih kata Pugar, tentunya teknologi pertanian terkait dengan sawit itu juga kemajuannya luar biasa. Jika dulu mempetakan kebun sawit itu harus berjalan kaki, saat ini ada teknologi Drone dan satelit.

"Dulu mahal, hanya perusahaan-perusahaan besar yang bisa menggunakan. Sekarang, dengan teknologi yang ada, menggunakan Google Map saja sudah bisa dan ini yang kita edukasikan kepada para petani sawit," paparnya.

"Hal-hal seperti ini, pengetahuan-pengetahuan baru, dahulu aksesnya tidak sampai kepada para petani. Ini kita dekatkan kepada para petani. Bahwa inilah cara baru untuk meningkatkan kapasitas dan produktivitas, minimal kita tunjukkan," lanjutnya.

Adakan Kunjungan

Penanggung Jawab Kegiatan Divisi Program Pelayanan Direktorat Penyaluran Dana BPDPKS, Program Pengembangan Sumber Daya Manusia Perkebunan Kelapa Sawit, Arfie Thahar, mengungkapkan, saat ini wilayah percontohan memang belum ada.

Yang mana permasalahan pertanian sawit di tanah air hampir dirasakan oleh hampir seluruh wilayah.

"Untuk program pelatihan ini diberikan tidak hanya di kelas. Tetapi juga diberikan dengan membawa petani ke perkebunan, salah satu contohnya perkebunan swasta yang sudah melakukan itu dengan lebih baik, maka petani itu diajak mengunjungi melihat praktek-praktek yang berlaku di perkebunan swasta," katanya.

"Bagaimana cara mereka melakukan perkebunan sawit. Setiap program pelatihan itu selalu ada kegiatan kunjungan ke tempat perkebunan swasta. Karena memang di setiap wilayah pasti ada pioneer-pioneer, contoh-contoh yang bisa dijadikan Branch March oleh para peserta pelatihan tersebut," lanjutnya.

Ungkap Sejarah Pertanian Kelapa Sawit

Dalam sejarahnya, Arfie mengungkapkan, kelapa sawit pertama kali ada di Sumatera Utara. Jika melihat jenis kecocokan lahan, memang lebih banyak, karena di Sumatera itu paling banyak sesuai.

"Memang di wilayah lain juga bisa dilakukan, tetapi dengan treatment ada perlu pemupukan agar dia mencapai tingkat kesesuaiannya. Untuk lahan yang sudah sesuai, mungkin treatment-nya tidak sebanyak yang diperlukan oleh lahan yang mungkin di tingkat dua. Makanya setiap lahan itu ada dosis pemupukan yang diperlukan untuk lahan. Itu yang perlu diberikan oleh para petani," katanya.

Memperkuat keterangan Arfie, Pugar menjelaskan lahan di wilayah Sumatera itu masuk kategori S1. Artinya, untuk kelapa sawit itu cukup baik, cukup tinggi.

"Kenapa sawit tidak kita tanam di Jawa? Karena sawit itu sebenarnya tanaman yang tidak tahan untuk kena kemarau terlalu panjang, dia butuh air. Sedangkan di Jawa, gradasi antara musim kemarau dengan musim hujan cukup tinggi. Oleh karena itu, mungkin kita tidak banyak menemukan di Jawa ada sawit kecuali di daerah Banten," jelasnya.

Secara umum, kata Pugar, lahan di nusantara cukup bagus dan cocok untuk sawit. Tetapi lahan itu tidak mengalami degradasi. Ketika akan melakukan tanaman terus, di situ akan ada degradasi.

"Itulah pentingnya pengetahuan terutama untuk petani. Yang mana di tingkat swasta sudah diatasi. Tetapi bagaimana kita ketika degradasi lahan terjadi, kita perbaiki. Banyak metodenya yang bisa kita lakukan. Yang mana kita sampaikan juga di pelatihan, baik menggunakan cara alami ataupun menggunakan secara kimiawi, itu yang kita lakukan,"

"Tetapi, ini merupakan proses. Jadi lahan S1 itu pemberian, lahan Anugerah bagi kita yang harus tetap kita jaga melalui pengetahuan yang kita berikan dan sampaikan kepada teman-teman di petani. Dan harapannya, lahan itu akan menjadi S1 terus. Kelasnya menjadi kelas 1 terus," pungkas Pugar.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: