Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

AS dan Inggris Peringatkan Investor Kripto Adanya Serangan Malware Baru

AS dan Inggris Peringatkan Investor Kripto Adanya Serangan Malware Baru Kredit Foto: Unsplash/Kanchanara
Warta Ekonomi, Jakarta -

Sebuah laporan yang dikeluarkan oleh lembaga pemerintah di Amerika Serikat dan Inggris memperingatkan pengguna untuk berhati-hati terhadap malware baru yang digunakan untuk menargetkan pencurian ke dompet rekening kripto dan bursa kripto.

Dikutip dari Cointelegraph, Senin (4/9/2023), Badan Keamanan Nasional Amerika Serikat (NSA), Badan Keamanan Siber dan Infrastruktur (CISA), Biro Investigasi Federal (FBI), dan Pusat Keamanan Siber Nasional Inggris (NCSC), yang merupakan bagian dari Pusat Komunikasi Pemerintah (GCHQ) Inggris, bekerja sama untuk merilis laporan peringatan mengenai malware yang dikenal dengan nama Infamous Chisel.

Berdasarkan laporan tersebut, malware baru ini berkaitan dengan aktivitas Sandworm, sebuah unit perang siber yang bekerja di bawah Badan Intelijen Militer Rusia (GRU). Selain itu, laporan tersebut  mencatat bahwa Sandworm telah menargetkan perangkat Android militer Ukraina, menggunakan malware baru ini untuk mengekstrak informasi dari perangkat seluler yang telah dikompromikan.

Baca Juga: CEO ARK Invest Optimis terhadap Sinergi Teknologi AI dan Bitcoin

Laporan juga menyebutkan bahwa sudah ada beberapa data yang diekstraksi oleh malware tersebut, termasuk data dalam direktori aplikasi bursa kripto Binance dan Coinbase, serta aplikasi Trust Wallet. Dibeberkan bahwa setiap file dalam daftar direktori tersebut diekstraksi tanpa memandang jenisnya.

Selanjutnya, laporan menjelaskan komponen-komponen Infamous Chisel dikembangkan dengan sedikit perhatian terhadap "penyembunyian aktivitas berbahaya." Malware ini tidak memiliki teknik penyamaran untuk menyembunyikan aktivitasnya. Namun, hal ini mungkin disebabkan oleh kurangnya sistem deteksi berbasis host untuk perangkat Android.

Sebagaimana diketahui, hampir US$1 miliar (Rp15,2 triliun) telah hilang akibat eksploitasi, peretasan, dan penipuan pada tahun 2023. Pada 1 September, perusahaan keamanan blockchain CertiK melaporkan sekitar US$997 juta (Rp15,18 triliun) telah hilang sepanjang tahun ini.

Terhitung hanya dalam Agustus saja, sekitar US$45 juta (Rp685,5 miliar) hilang akibat serangan-serangan seperti itu. Meskipun jumlahnya besar, kerugian tersebut jauh lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Pada Juli, lebih dari US$486 juta (Rp7,4 triliun) aset digital hilang akibat serangan siber. 

Baca Juga: Kripto Senilai Rp240,9 Miliar Berhasil Dicuri pada Agustus 2023

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ni Ketut Cahya Deta Saraswati
Editor: Rosmayanti

Advertisement

Bagikan Artikel: