Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Aktivis Sampah dan TNI Tempuh 3.141 Km dari Sabang ke Jakarta

Aktivis Sampah dan TNI Tempuh 3.141 Km dari Sabang ke Jakarta Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kampanyekan stop menyampah, enam anggota TNI dan seorang aktivis lingkungan telah memulai perjalanan epik mereka dari Sabang, Aceh, menuju ibukota negara RI di Jakarta. 

Tim kecil ini akan menempuh jarak 3.141 kilometer dari Sabang hingga Jakarta, sambil mendorong gerakan "The Rising Tide - A Resonance 2023," dengan kampanye: “Stop Wariskan Sampah” di Indonesia.

“Start dimulai dari Sabang di Aceh selama 35 hari dengan jarak 3.141 km, nanti akan melintasi 5 kota besar,”  kata Mayjen TNI Mochamad Syafei Kasno, Asisten Teritorial (Aster) Panglima TNI, saat upacara pelepasan tim  tersebut (1/9).

“Di setiap tempat di kota-kota besar nanti tim akan berhenti, kemudian akan mengkampanyekan bersih lingkungan  dengan mengumpulkan sampah plastik,” katanya menambahkan.  

Muryansyah,  aktivis lingkungan Parahita Mulung dari Bali, memimpin perjalanan tim selama 35 hari, dari 2 September hingga 5 Oktober 2023, dengan  aktivitas Quadrathlon, yakni kombinasi kegiatan skydiving, bersepeda, berenang dan berlari maraton. 

Dalam rangkaian itu pula, nantinya pada 9 September akan dilaksanakan acara “Harmoni untuk Bumi” di Medan, Sumatera Utara, yang akan dimeriahkan dengan berbagai acara. Diantaranya penyelenggaraan Dialog Kebangsaan bertema “Indonesia Emas Melalui Environment Ethics”, dengan pembicara Panglima TNI Yudo Margono dan Ketua MPR Bambang Soesatyo.

Kampanye “Stop Wariskan Sampah” ini  mendorong komitmen bersama berbagai pihak dalam menciptakan ekosistem pengelolaan sampah berkelanjutan. Masyarakat juga diajak terbiasa melakukan hal-hal praktis dalam kehidupan sehari-hari, seperti mulai dengan upaya cermat memilh kemasan, memilah sampah dari rumah, dan mulai mengelola sampah sendiri dari rumah.

Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia memang menghadapi tantangan serius terkait sampah plastik. Berdasarkan hasil Audit Sungai Watch 2022 di Bali, merek-merek perusahan air minum dalam kemasan (AMDK) terbesar di Indonesia yang merupakan produksi investasi asing, telah menjadi penyumbang sampah terbesar pula bagi lingkungan di Indonesia. 

Prestasi buruk produsen AMDK terbesar yang menjadi pemimpin pasar di Indonesia ini konsisten diraih dalam tiga tahun berturut-turut. Reputasi sama buruknya diraih perusahaan induknya di Prancis pada periode yang sama, yakni masuk ke dalam 10 besar penyampah plastik terbesar di dunia.

Predikat penyampah kemasan plastik nomor satu di Indonesia ini berdasarkan audit merek yang dirangkum dalam sebuah laporan berjudul “Sungai Watch Impact Report 2022”, diterbitkan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) peduli lingkungan bernama Sungai Watch asal Bali. Kesimpulan  didapatkan setelah tim Sungai Watch melakukan penyortiran dan pengauditan sampah plastik berdasarkan merek produk dan produsennya di Bali dan Jawa Timur.

“Kami berharap temuan ini bisa mendorong perusahaan dan masyarakat agar segera mengambil langkah untuk mengatasi polusi plastik,” demikian pernyataan Sungai Watch dalam laporan terbarunya tersebut.

Berdasarkan data sampah yang diaudit  sebanyak 235,218 item sampah plastik dari Bali dan Jawa Timur, sampah plastik produk milik produsen AMDK terbesar di Indonesia ini mencapai rekor tertinggi dengan angka 10%. Produsen AMDK ini dikenal sebagai market leader  air minum kemasan dengan dua merek yang sangat terkenal. Dari semua produk milik mereka, kemasan gelas plastik sekali pakai ditemukan menjadi penyampah terbesar  dengan capaian angka 63%, disusul dua merek botol AMDK (27% dan 5%), tutup galon guna ulang (3%), dan botol minuman ringan (1%).

Kecuali kemasan gelas plastiknya (PP), botol AMDK produksi perusahaan asal Prancis ini diproduksi dari bahan plastik PolyEtilena Tereftalat (PET). 

Perusahaan ini  juga menempati posisi teratas pada 2021 dan 2020 berdasarkan laporan Sungai Watch.

Sementara itu, di negeri asalnya sendiri di Prancis, produsen AMDK ini juga tengah menghadapi gugatan hukum serius. Awal 2023, tiga organisasi  lingkungan besar menyeret perusahaan ini ke pengadilan Prancis, dengan tuduhan gagal menangani masalah sampah plastik yang mereka produksi selama bertahun-tahun beroperasi di seluruh dunia. Termasuk di Indonesia, di mana mereka menjadi pemimpin pasar AMDK.

Tiga kelompok lingkungan yang mengajukan gugatan yaitu Surfrider, ClientEarth dan Zero Waste France, menggugat produsen AMDK ini ke pengadilan karena selama bertahun-tahun dinilai tidak cukup serius mengurangi jejak sampah plastiknya. 

Semua plastik  yang digunakan perusahaan Prancis tersebut utamanya untuk kemasan botol air mineral, kemasan yogurt dan kemasan lainnya.

Bahkan, menurut hasil audit merek  terbaru yang dilakukan oleh lembaga Break Free From Plastic (BFFP) sepanjang 2018-2022, perusahaan AMDK Prancis itu berada dalam 10 besar pencemar sampah plastik terbesar di dunia bersama Coca Cola, PepsiCo, Unilever dan Nestle. 

Soal sampah sebagai konsekuensi pemimpin pasar AMDK di Indonesia, hasil survei yang ditemukan memang selalu konsisten. 

Sebagai contoh, hasil survei Brand Audit Sampah Plastik yang dilakukan Tribunnews Bogor bekerjasama dengan para relawan lingkungan pada 22-27 September 2022 di 11 kelurahan Kota Bogor yang dilintasi aliran Sungai Ciliwung, juga menempatkan perusahaan AMDK tersebut di posisi puncak sebagai penyampah plastik terbesar dengan kontribusi 40,4 persen, mengalahkan merek AMDK milik perusahaan modal dalam negeri lainnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Advertisement

Bagikan Artikel: