Pemulihan Ekonomi China Tak Sekuat Ekspektasi Pasar, Bagaimana Pengaruhnya terhadap Indonesia?
Saat ini, China sedang menghadapi fase pemulihan ekonomi setelah pandemi melanda. Akan tetapi, rupanya, pemulihan ekonomi Negeri Tirai Bambu itu tidak sekuat ekspektasi pasar. Menanggapi fenomena tersebut, Senior Portfolio Manager PT Manulife Aset Manajemen Indonesia, Samuel Kesuma, menyebutkan bahwa sebenarnya, alih-alih mengejar pertumbuhan tinggi, pemerintah China ingin meletakkan fokus pada pertumbuhan ekonomi yang lebih berkualitas.
“Dalam periode transisi ini, tentunya kita akan melihat rebalancing dalam ekonomi China, di mana sektor yang menjadi motor pertumbuhan di masa lampau akan relatif melemah, sementara sektor prioritas untuk masa depan akan semakin berkembang. Dari perspektif investasi, untuk eksposur di China, kami mengunggulkan sektor yang mendapat dukungan dari kebijakan pemerintah China,” ungkap Samuel dalam Ulasan Pasar Saham - Seeking Alpha Edisi September 2023, Jakarta, Sabtu, 16 September 2023.
Baca Juga: Jokowi Ungkap Pentingnya China di Mata Indonesia dan ASEAN
Samuel mengungkap, pemerintah China memusatkan perhatian untuk mendukung konsumsi domestik, memajukan industri energi baru terbarukan, pengembangan ekonomi digital, dan kemandirian sektor ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh sebab itu, sektor yang berkaitan dengan hal-hal tersebut mempunyai keunggulan tersendiri dan dapat diuntungkan.
Kondisi perekonomian China tentunya memengaruhi kondisi perekonomian Indonesia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pasalnya, China adalah mitra dagang terbesar Indonesia sehingga kinerja ekspor negara ini pun mau tidak mau akan menerima dampak dari apa pun yang terjadi di negara tersebut.
“Saat ini, komoditas ekspor Indonesia terbesar ke China adalah batu bara, yang permintaannya relatif resilien karena China masih mengandalkan batu bara sebagai sumber energi utama untuk pembangkit listrik,” sebutnya.
Baca Juga: Habis Gelap Terbitlah Terang, Kebijakan Baru China Bantu Sektor Industri Pulih Kembali
Penggunaan batu bara masih mencapai 55% dari total bauran energi China. Untuk perspektif menengah-panjang, fokus pemerintah China di sektor energi baru terbarukan (EBT) dapat menguntungkan bagi Indonesia yang kaya akan komoditas yang menjadi bahan baku utama di industri EBT, seperti nikel dan tembaga.
Kebijakan pemerintah Indonesia untuk mengembangkan industri manufaktur di sektor tersebut berpotensi menjadi komoditas ekspor utama baru bagi Indonesia sekaligus mengurangi ketergantungan dari ekspor batu bara.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Yohanna Valerie Immanuella
Editor: Yohanna Valerie Immanuella
Advertisement