Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Analis: Saham Terlalu Murah, Padahal Harita Nickel Punya Masa Depan Cerah!

Analis: Saham Terlalu Murah, Padahal Harita Nickel Punya Masa Depan Cerah! Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel memiliki masa depan cerah dalam Bursa Efek Indonesia (BEI). Perkembangan industri nikel tanah air dapat membawanya menjadi perusahaan salah satu perusahaan top nasional bahkan internasional.

Beroperasi dalam salah satu cadangan nikel terbesar hingga memiliki ekosistem nikel yang kuat mulai dari hulu sampai hilir membuat perusahaan ini mendapatkan rating outperform dari Macquarie.

Baca Juga: Simbiosis Mutualisme Harita Group, Bukti Industri Nikel untuk Rakyat Indonesia

Valuasi NCKL dinilai terlalu murah, pasalnya sampai tanggal 19 September, saham perusahaan masih bertengger dalam angka dari Rp1.115. Padahal Macquarie mengatakan setidaknya saham perusahaan ini harusnya bertengger pada Rp1.500.

“Kami menginisiasi riset (NCKL) dengan rating outperform dan target harga Rp1.500,” tulis Macquarie.

Hal ini bukan tanpa alasan, beberapa keunggulan dimiliki oleh perusahaan yang membuatnya unggul dibandingkan perusahaan sejenisnya di Indonesia. Macquire mengatakan bahwa Harita Nickel adalah pemilik fasilitas high pressure acid leach (HPAL) pertama di Indonesia.

Keunggulan ini membuatnya menjadi perusahaan terdepan dalam hal menciptakan ekosistem nikel paling terintegrasi dibandingkan dengan pemain lain, seperti PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dan PT Vale Indonesia Tbk (INCO).

Baca Juga: Efisiensi Harita Group, Sulap Limbah Menjadi Rumah

HPAL sendiri adalah teknologi guna mengolah nikel limonit menjadi nikel kelas satu bernama mixed hydroxide precipitate (MHP). Dalam pohon bisnis baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV), komoditas tersebut adalah benda paling krusial karena ia akan diubah menjadi kobalt dan nikel sulfat, material atau prekursor katoda baterai EV.

Selain itu, NCKL juga memiliki teknologi penting lainnya dalam industri nikel yang tak kalah menarik seperti rotary kiln electric furnace (RKEF) yang menghasilkan nickel pig iron (NPI), bahan baku baja nirkarat atau stainless steel.

“Trimegah Bangun Persada (NCKL) merupakan perusahaan nikel paling terintegrasi di Indonesia. Berlokasi di Pulau Obi, Maluku, Perusahaan memiliki biaya operasional yang sangat efisien,” jelas Macquarie.

Baca Juga: Tingkatkan Kesejahteraan Masyarakat, Harita Nickel Gencar Berdayakan Petani

Adapun cash cost perseroan terbilang sangat murah, hanya sebesar US$ 1.500-3.000 per ton atau 10-20% lebih rendah dari pesaing yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.

Dengan semua hal tersebut, Macquarie menilai bahwa produksi nikel Harita Nickel akan naik 6,9 kali menjadi 425 ribu ton pada 2024. Sejalan dengan itu, pihaknya juga memprediksi laba bersih Perusahaan akan naik 17%, 64%, dan 38% pada 2023, 2024, dan 2025.

Katalis hal tersebut adalah tambahan kapasitas dari proyek RKEF dan HPAL baru dan perkembangan lebih lanjut soal rencana membangun pabrik SS yang dilakukan oleh Harita Nickel.

“Kami melihat risiko ekspansi NCKL lebih rendah dibandingkan para pesaingnya. NCKL adalah saham pilihan kami di sektor nikel,” tegas Macquarie.

Dalam kunjungan langsung ke lokasi di Pulau Obi, Maluku Utara, Warta Ekonomi menyaksikan sendiri pembangunan yang sedang dilakukan Harita Group. “Pemegang saham kami ingin agar semaksimal mungkin bisa memiliki ekosistem bisnis yang terpadu,” ujar Stevi Thomas C, Director of External Relations PT Trimegah Bangun Persada.

Baca Juga: Meroketnya Ekonomi Maluku Utara, Bukti Keberkahan Industri Nikel Indonesia

Itulah yang terlihat di lapangan. Selama 24 jam tidak ada kegiatan yang terhenti. Saat tengah malam rombongan wartawan melakukan perjalanan pulang ke pelabuhan pun kegiatan tetap berlangsung. “Yang Bapak lihat itu sedang dalam tahap clearing. Selanjutnya akan dibangun pabrik lagi,” cerita pengemudi kami.

Penulis : Aldi Ginastiar
Laporan : Muhamad Ihsan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Aldi Ginastiar
Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: