Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Simbiosis Mutualisme Harita Group, Bukti Industri Nikel untuk Rakyat Indonesia

Simbiosis Mutualisme Harita Group, Bukti Industri Nikel untuk Rakyat Indonesia Kredit Foto: Muhamad Ihsan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Industri nikel tanah air sedang mengalami percepatan, tuntutan pasar ditambah kemunculan program hilirisasi menjadi momentum keemasan tak hanya bagi pengusaha, namun juga masyarakat dari Indonesia.

PT Trimegah Bangun Persada (TBP) misalnya, Grup Harita Nickel yang bergerak di bidang pertambangan dan pengolahan bijih nikel ini selain fokus untuk membantu terciptanya ekosistem ekonomi hijau lewat menyediakan bahan baku baterai mobil listrik, pihaknya juga selalu konsisten menjalankan program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL)  atau Corporate Social Responsibility (CSR).

Baca Juga: Meroketnya Ekonomi Maluku Utara, Bukti Keberkahan Industri Nikel Indonesia

Perusahaan dalam penyerapan tenaga kerja dalam wilayah operasional konsisten mengutamakan tenaga kerja asal wilayah. Manfaat dari kebijakan tersebut langsung terasa oleh masyarakat lewat adanya peningkatan ekonomi yang terjadi di sekitar wilayah operasional dari Trimegah Bangun Persada.

Dalam kunjungan ke lokasi perseroan di Pulau Obi, Maluku Utara, Warta Ekonomi berkesempatan menyaksikan salah satu program CSR perseroan, yakni membantu perkembangan UMKM di Desa Kawasi. Salah satunya adalah kelompok usaha mikro yang dipimpin oleh Mama Cahya, yang merupakan penduduk asli pulau tersebut.

Mama Cahya membangun usaha mikro Bersama puluhan ibu-ibu lainnya. “Tujuan utama saya adalah membantu Masyarakat yang membutuhkan agar hidup kami memberi arti kepada sesama, “ ujar Mama Cahya kepada rombongan media yang mengunjunginya. Kepada rombongan yang mengunjunginya Mama Cahya menghidangkan aneka kripik serta sambel buatan kelompok tersebut.

Menurut Gatot, Community Development Manager PT Trimegah Bangun Persada Tbk, produksi dari Mama Cahya serta berbagai bidang usaha lainnya diusahakan untuk memenuhi kebutuhan karyawan Harita yang jumlahnya mencapai 30.000 orang, termasuk kontraktor. Untuk kebutuhan tersebut Gatot aktif mengelola Masyarakat sekitar, baik yang tergabung dalam bumdes maupun perorangan agar menjadi bagian dari ekosistem perekonomian perseroan.

Mama Cahaya sendiri merasa bangga dengan apa yang sekarang sudah dicapainya. Maklum, sebelum ada Harita, keluarganya hanya bisa Bertani dan mencari ikan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. “Kapal yang datang hanya satu bulan sekali,” ceritanya.

Setelah Harita masuk, ujarnya, barulah ada perubahan. “Listrik masuk bersamaan dengan hadirnya Harita,” ujarnya.Bersamaan dengan bertambahnya jumlah pendatang, maka ekonomi pun turut berkembang. Ide-ide bisnis bermunculan. Di Dewa Kawasi kini muncul berbagai usaha, mulai dari pasar becek, penjualan ikan, kos-kosan, warung makan, kafe sederhana, panti pijat sampai jasa pembayaran yang didominasi oleh BRILink.

Hilirasisasi makanan pun menjadi bagian dari kehidupan Mama Cahya. “Ikan yang tidak laku bisa diolah menjadi sambal,” ujarnya. Bahkan, setelah kebutuhan dasar keluarganya terpenuhi, Mama Cahya punya agenda menyantuni anak yatim. “Saya sudah membantu beberapa anak yatim,” ujarnya sambil menahan haru.

Baca Juga: Efisiensi Harita Group, Sulap Limbah Menjadi Rumah

Gatot mengatakan bahwa pihaknya mulai terlibat dalam pemberdayaan Masyarakat sekitar Kawasan industry mereka sejak 2019. “Kami ingin membangun daerah sekitar demi kejayaan Indonesia,” ujarnya. Karena Gatot yakin bahwa Perusahaan tempatnya bekerja mempunyai kontribusi besar bagi perekonomian Indonesia. Oleh karena itu, lanjutnya, pihaknya akan sangat menjaga harmonisasi antara Perusahaan dengan lingkungan hidup Masyarakat.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Aldi Ginastiar
Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: