Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Daya Juang Perempuan Samboja Angkat Derajat Warga Desanya melalui Ecoprint

Daya Juang Perempuan Samboja Angkat Derajat Warga Desanya melalui Ecoprint Kredit Foto: Andi Aliev

Terkendala Modal, Berharap Ada Pembinaan Lanjutan

Seorang peserta pelatihan ecoprint dan shibori yang diselenggarakan Pertagas sekaligus anggota Kriya Bruwun Geulis, Resiani (46) mengaku sudah mulai sedikit mandiri membuat ecoprint sederhana, tapi baru sebatas untuk keperluan sendiri.

Untuk mendirikan usaha sendiri tentu saja membutuhkan modal yang tak sedikit untuk menciptakan produk ecoprint. Dia berharap ada pembinaan lanjutan dari Pertagas. Sebab selama ini, pengembangan ecoprint terkendala pada permodalan.

Katanya, modal yang harus dimiliki cukup besar. Untuk dua lembar kain butuh Rp240 ribu, belum lagi untuk pewarna. Biasanya untuk produksi ecoprint minimal 10 lembar kain dengan modal Rp1 juta.

“Minimal Rp1 juta sekali produksi. Sebab proses produksinya lama, belum mordan kain. Kalau dua lembar rugi belum gas dan tenaganya,” jelasnya ketika dihubungi pada Senin (2/10/2023).

Mordan adalah proses pembuangan atau menghilangkan bahan kimia yang ada pada kain pabrikan. 

“Mordan itu butuh empat hari, setelah itu baru bisa dicetak untuk ecoprint. Kalau enggak dimordan dulu, ecoprint enggak jadi. Daun enggak mau nempel di bahan,” terangnya.

Jika hasil ecoprint sesuai motif, warnanya sempurna dan bagus, maka harga jual per kain biasanya laku Rp350 ribu per lembar kain.

“Belum lagi kan prosesnya lama. Kalau buat sedikit untuk kita jual pasti rugi, tapi kalau sekalian, bisa menutup ongkos produksinya,” ujarnya.

Meski demikian, Resiani mengaku bekal pelatihan yang diberikan Pertagas dan pengalaman di Bruwun Geulis menjadi modal dasar yang sangat bermanfaat.

“Setidaknya saya dapat bikin kain ecoprint untuk pakai sendiri walaupun belum sempurna betul. Masih banyak kekurangan dan perlu berlatih terus untuk belajar, tapi lumayan untuk pakai sendiri kalau beli yang sudah jadi kan mahal,” tuturnya.

Selain itu, Resiani juga sedang mencoba membuat warna dari buah pinang termasuk kayu ulin. Sebelumnya dia menggunakan serbuk kayu ulin dan secang.

“Saya ikut bu Emi sudah bikin perwarna secang, ulin, tapi nanti saya coba buat pewarna dari buah pinang dan kayu ulin. Kalau kemarin saya buat dari serbuk ulin, tapi warna jadi abu-abu,” ungkap Resiani yang tinggal di RT 5 Kelurahan Tanjung Harapan, Kecamatan Samboja.

Warna Alami Ulin Bisa Masuk Katalog Pewarnaan

Pelatihan ecoprint dan shibori digelar Pertagas pada Agustus 2023 lalu bekerja sama Kemenparekraf dan Kagama Kaltim. Pertagas memboyong pelatih dari Among Gadhong asal Magelang. 

CSR Pertagas, Yedo Kurniawan mengatakan kegiatan yang diinisiasi Pertagas itu bertujuan untuk meningkatkan kreativitas masyarakat khususnya dalam kriya pembuatan ecoprint dan shibori.

“Targetnya adalah ingin menopang perkembangan IKN dengan menonjolkan kreativitas dari warga. Sehingga, desa yang ada di Kecamatan Samboja menjadi salah satu desa tujuan masyarakat untuk mencari produk masyarakat, sehingga berimbas pada peningkatkan ekonomi masyarakat,” jelasnya saat pelatihan di Aula Kecamatan Samboja.

Pelatihan tidak berhenti di sini, tapi Pertagas akan melakukan pembinaan lanjutan terutama mengembangkan warna khas kayu ulin.

“Target kita yaitu melakukan pembinaan, kemudian akan kami lakukan pendampingan di tahun depan, sehingga next step, kain ini tidak hanya di step satu, melainkan ada peningkatan dan ada nilai jual dan menjadi mitra kami ke depannya,” jelasnya.

Menurut dia, alasan memilih Samboja dalam pengembangan ecoprint dan shibori tersebut dikarenakan Samboja menjadi salah satu ring Pertagas. Kemudian, Samboja juga menjadi ring 1 IKN.

“Potensi ini memanggil kami agar masyarakat punya nilai jual untuk hasil kriyanya khususnya dalam ecoprint dan shibori karena ada warna khas yang bisa dikembangkan di sini,” imbuhnya.

Diharapkan melalui kegiatan ini, ibu-ibu yang ada di Samboja memiliki tambahan kemampuan dengan keahlian yang diberikan. Dengan demikian, akan membantu perekonomian rumah tangganya, kemudian menambah penghasilan keluarga.

Didi Anggrad selaku Ketua Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (Kagama) Kaltim mengungkapkan ada pembeda ecoprint di Kaltim. Pewarna ecoprint biasanya merupakan pewarna yang dikenal oleh masyarakat dan sudah umum. Akan tetapi di Kaltim mempunyai tanaman endemik yang menghasilkan warna. Itu hal yang baru.

“Sudah tanamannya endemik dan warnanya juga khas, yang tidak ada di pewarna-pewarna lain. Tanamanya ada dua, yaitu tanaman pohon Ulin dan tanaman Bajakah,” ucapnya.

Dia berharap pewarna alami ini masuk dalam katalog pewarna nasional. Yang akan menambah kekhasan ecoprint asal Kaltim.

“Syukur ini ke depan menjadi katalog pewarna nasional bahkan internasional. Bahwa ada dua pewarna khas endemik dari Kaltim. Ini yang sebetulnya nilai ecoprint, nilai shibori khas dari Kaltim,” kata Didi.

Di samping itu, keunggulan lain dari pewarna ini adalah hanya memanfaatkan limbah dari bekas kayu Ulin, dan dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan nilai ekonomis.

Hal senada juga diungkapkan pelatih dari Among Godhong, Retno Setia Ningsih. Dia menambahkan, kegiatan ini untuk membantu warga Samboja secara bersama-sama mengangkat potensi lokal yang ada. Sebab di Kaltim ada pewarna Ulin, yang tidak ada di tempat lain. 

“Jika warna ini diangkat, ini akan menjadi khas produk Kaltim. Jadi punya ecoprint khas Kaltim yang tidak ada di tempat lain,” bebernya saat pelatihan Agustus lalu.

Retno berharap warna khas Kaltim bisa semakin banyak dikenal orang. Hal itu telah dirinya buktikan dalam dua tahun terakhir ini bahwa produk pewarna Ulin luar biasa. 

“Secara kualitas pewarna itu sangat bagus karena kita sudah uji produk. Sudah kami pakai selama dua tahun dan luar biasa bagus,” tuturnya.

Secara khusus, Retno memberikan apreasiasi kepada Emiliani, pemilik Bruwun Geulis yang ikut menyebarkan pengetahuan ecoprint kepada warga di Kelurahan Karya Jaya, Samboja.

Menurutnya, masih perlu ada perbaikan dengan inovasinya, sehingga kualitas ecoprint Samboja makin membaik ke depannya.

“Tapi dari semangat berkarya, saya yakin ke depan akan semakin baik. Makanya saya bilang harus banyak berinovasi,” pesannya.

Baca Juga: Tokoh NU Apresiasi Pengukuhan KSAD Jenderal Dudung sebagai Bapak UMKM Umat

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Andi Aliev
Editor: Rosmayanti

Advertisement

Bagikan Artikel: