Gencar Lakukan Edukasi Gizi, IBI Jabar Beri Penghargaan untuk 5 Bidan Inovatif
Memastikan kesiapan mental dan kesehatan ibu jelang proses kelahiran adalah hal yang penting bagi bidan. Sebab, hal ini menjadi penentu anak kelak bertumbuh kembang secara optimal.
Selain itu, bidan juga harus memastikan cukup gizi dan tidak menderita hipertensi, diabetes, dan penyakit penyerta lainnya agar dapat menjalani persalinan secara normal sehingga akan mengurangi berbagai resiko komplikasi yang dapat berakibat pada kematian ibu.
Pentingnya peran bidan dalam membantu proses persalinan dan penentu awal kehidupan generasi selanjutnya menjadi pendorong bagi bidan untuk memperkuat perannya dalam memberikan penyuluhan kepada masyarakat.
Oleh karena itu, sejak Juli 2023 Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Jawa Barat bersama Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia menggelar rangkaian kampanye Bidan Sahabat Ibu dan Anak yang diikuti oleh lebih dari seribu bidan di wilayah Jawa Barat.
Baca Juga: Soroti Aturan Produk Tembakau di RPP Kesehatan, Netizen Minta Pemerintah Lebih Bijak
Rangkaian kampanye ini terdiri dari beberapa kegiatan, di antaranya seminar edukasi gizi hingga Lomba Bidan Sahabat Ibu dan Anak. Kompetisi ini berhasil memicu semangat inovasi dan kreativitas di antara bidan-bidan yang berpartisipasi.
Setelah melalui proses penilaian yang ketat, akhirnya terpilihlah lima bidan yang menerima penghargaan sebagai "bidan inovatif" atas kontribusi mereka dalam menyebarkan pengetahuan kesehatan yang bermanfaat bagi masyarakat.
Ketua IBI Jawa Barat Hj. Eva Riantini, S.Keb.,S.Sos.,MM.Kes, mengatakan gerakan edukasi gizi oleh bidan ini mampu mengeluarkan potensi-potensi bidan dalam hal memberikan penyuluhan kepada masyarakat.
“Melalui kegiatan ini, kita mendorong bidan memberikan edukasi langsung kepada masyarakat di wilayahnya masing-masing. Tujuannya adalah agar masyarakat terutama ibu lebih paham kecukupan gizi keluarga, bagaimana asupan agar ibu hamil cukup gizi, serta yang terpenting pada masa MPASI agar jangan sampai salah memberikan makanan untuk anak,” jelas Eva Riantini.
"Jangan sampai ada bahan-bahan tinggi kandungan gula dan garam yang diberikan untuk anak, seperti yang cenderung terjadi pada masyarakat adalah pemberian susu kental manis untuk anak, karena ini berbahaya,” lanjutnya.
Eva juga mengatakan bahwa edukasi yang dilaksanakan serentak ini, selain memperluas jangkauan masyarakat yang terpapar edukasi, juga menumbuhkan kreativitas bidan dalam memberikan penyuluhan.
“Selama ini anggapannya penyuluhan itu membosankan. Tapi melalui kegiatan ini, yang terlihat justru potensi bidan yang cukup kreatif dalam memanfaatkan berbagai media disekitarnya, termasuk media sosial dalam memberikan edukasi yang efektif dan mudah dipahami masyarakat. Hal ini patut kita apresiasi dan menjadi contoh bagi bidan-bidan lainnya untuk bisa meningkatkan kreatifitas menyesuaikan dengan perkembangan jaman yang serba digital ini,” jelas Eva.
dr. Eka Lestari Kurnia M.MRS, Tim Kerja dari Kesehatan Keluarga dan Gizi Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, mengapresiasi kegiatan edukasi oleh para bidan di wilayah Bandung Raya yang diselenggarakan oleh PB IBI Jawa Barat dan Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI),
"Kepada bidan terbaik yang sudah turut serta menyebarluaskan dan mengedukasi gizi serta peruntukan kental manis. Kami berharap tidak berhenti hanya di pemberian penghargaan tapi bagaimana inovasi ini bisa terus berlangsung dan kedepannya dapat memberikan dampak positif untuk peningkatan status gizi ibu hamil dan balita,” kata dr. Eka Lestari Kurnia M.MRS dalam sambutannya di acara Awarding Bidan Sahabat Ibu dan Anak di Bandung, Rabu (4/10).
dr. Eka Lestari Kurnia berharap informasi gizi masyarakat khususnya pada ibu hamil dan balita akan dapat mencakup banyak sasaran tidak hanya yang akses ke fasyankes atau posyandu tapi juga untuk masyarakat secara umum.
”Penyebarluasan informasi dan edukasi gizi ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat sehingga dapat menjadi pembiasaan baik yang terus dilakukan berkesinambungan dan pada akhirnya dapat membentuk kesadaran dan perilaku yang baik dalam pemenuhan gizi bagi ibu hamil dan balita di 1000 HPK,” tambah dr. Eka Lestari.
Di antara inovasi metode edukasi yang dilakukan para bidan adalah menggunakan aplikasi untuk memantau perkembangan, mengajak masyarakat untuk menjadi peserta aktif sosialisasi melalui teatrikal drama. Biasanya peserta hanya mendengarkan, namun bidan mengikutsertakan masyarakat dalam edukasi.
Metode yang digunakan untuk edukasi gizi adalah memanfaatkan media sosial sebagai platform untuk menyebarkan informasi dan edukasi yang edukatif. Dengan gencar membagikan konten-konten pendidikan dan kesehatan melalui platform media sosial, bidan-bidan ini berharap dapat mencapai lebih banyak orang dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya edukasi gizi yang baik.
Langkah-langkah inovatif ini menunjukkan komitmen bidan-bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan terutama edukasi gizi yang lebih baik dan membantu masyarakat untuk lebih aktif dalam menjaga kesehatan mereka.
Prestasi bidan-bidan ini menjadi inspirasi bagi daerah lain, yang juga diharapkan dapat mengadopsi proyek serupa untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. Dengan kolaborasi dan berbagi pengalaman, diharapkan perubahan positif dalam bidang kesehatan dapat menyebar lebih luas dan memberikan manfaat yang signifikan bagi masyarakat. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya upaya bersama dalam memperjuangkan kesehatan dan kesejahteraan untuk semua.
Sinar, salah satu bidan mengatakan dengan diadakannya kampanye edukasi gizi ini membuat dirinya menjadi lebih terbuka mengenai hal-hal yang baru diketahuinya.
“Saat kampanye ini berjalan, saya baru mengetahui fakta baru mengenai bahaya kental manis saat diberi edukasi di seminar yang dilaksanakan IBI Jabar dan YAICI. Dan ternyata, masih banyak bidan yang belum mengetahui bahaya kental manis tersebut,” jelas Sinar.
Ketua Advokasi YAICI, Yuli Supriati mengatakan “Kegiatan yang dilakukan ini menjadi menarik bagi bidan. Karena mereka pada akhirnya melakukan inovasi dan kreatifitas untuk mengedukasi masyarakat terkait gizi terutama bahaya kental manis bagi kesehatan anak.” tegas Yuli.
PROFIL PEMENANG
1. Yanyan Mulyani, SST., MM., M.Keb
Saat ini Bidan Yanyan selain memiliki tempat praktik mandiri, ia juga seorang Wakil Dekan Universita Bhakti Kencana Bandung. Dalam kegiatan edukasi Lomba Bidan Sahabat Ibu dan Anak, Yanyan menciptakan resep puding kelor yang enak dan lembut dengan kental manis sebagai pengganti gula, diajarkan kepada peserta edukasi yang berjumlah 110 orang.
Selain aktif sebagai bidan beliau juga aktif sebagai dosen pengajar di Bhakti Kencana dan juga sebagai wakil dekan fak kesehatan masy. Profesi bidan telah dijalani selama 18 thn. Baginya menjadi bidan adalah profesi yang sangat mulia dan memberikan manfaat bagi orang banyak khususnya ibu
2. Bidan Aneu Chandawati
Selain profesinya sebagai bidan, saat ini masih tercatat sebagai mahasiswa magister kebidanan Stikes Dharma Husada Bandung. Selain aktif di klinik mandirinya aneu juga aktif sebagai pengurus di organisasi bidan perwakilan cabang Bandung. Baginya menjadi bidan adalah melakukan tugas yang mulia karena dia dapat mengabdikan dirinya sebagai pelayan bagi ibu dan anak selama daur kehidupannya. Aneu merupakan bidan percontohan yang terpilih oleh pemerintah kota Bandung untuk wilayah kota Bandung
3. Bidan Lia Kamelia, S.S.T., Bd, M.Keb
Bidan asal Rancaekek kabupaten Bandung Barat ini telah mengabdikan dirinya sebagai bidan hampir 15 th lamanya. Sejak muda Lia bercita-cita menjadi seorang bidan karena kecintaannya pada dunia anak-anak, remaja. Selain itu Lia aktif sebagai dosen di fakultas kebidanan institut kesehatan Rajawali Bandung. Di tempatnya tinggal Lia merupakan bidan kesayangan warga karena dedikasinya.
4. Bidan Desi Trisiani
Merupakan bidan yang berdomisili di kota Bandung. Termotivasi sebagai bidan karena melihat uwa (bibi) nya yang berprofesi bidan. Bagi bibinya merupakan wanita yang hebat dan berdaya selain membantu orang lain beliau juga merupakan tulang punggung dalam keluarga. Desi selain menjadi bidan merupakan dosen di politeknik Bhakti Asih, Dharma Husada dan Univ. Aisyiyah sebagai dosen tamu. Beliau juga aktif di organisasi IBI Jawa Barat.
5. Bidan Jamilah Sulastri
Merupakan bidan asal Cihampelas Kab. Bandung yang telah mengabdi selama 18 th menjadi bidan PNS di RSUD Cililin sebagai Kepala Ruangan Nifas. Baginya profesi bidan adalah profesi mulia karena dapat menolong orang lain melahirkan. Selain menjadi PNS, beliau aktif mengajar sebagai dosen tamu dan juga aktif di halo bidan.
17 Peserta Lomba Bidan Sahabat Ibu & Anak Wilayah Bandung Raya
- Yanyan Mulyani, SST., MM., M.Keb
- Bidan Aneu Chandawati
- Bidan Lia Kamelia, S.S.T., Bd, M.Keb
- Bidan Desi Trisiani
- Bidan Jamilah Sulastri
- A de Ana Asmara, SST.MPH
- Ati Nurwita
- Susi Sri Lestari Pebriyanti, A.Mkeb
- Neng Ira Royani, S.Keb
- Antri Ariani, SST.M.Kes
- Sri Sutari
- Chici Laelatul Tharwiyah
- Anita Wahyu Ningsih
- Yeyen Hendrayani, Amd.Keb
- Deti Sudarti
- Iyam Siti Purnama
- Neng Mulyani
Baca Juga: Bahaya Konsumsi Kental Manis pada Balita, IBI Jabar Gencar Lakukan Edukasi Gizi
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement