Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bahaya Konsumsi Kental Manis pada Balita, IBI Jabar Gencar Lakukan Edukasi Gizi

Bahaya Konsumsi Kental Manis pada Balita, IBI Jabar Gencar Lakukan Edukasi Gizi Kredit Foto: Rahmat Saepulloh
Warta Ekonomi, Bandung -

Digitalisasi dalam berbagai lini kehidupan masyarakat telah mendorong bidan di wilayah Bandung Raya mengoptimalkan sosial media untuk memberikan edukasi dan penyuluhan gizi dan bahaya konsumsi kental manis pada balita 

Oleh karena itu, sejak Juli 2023, Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Jawa Barat bersama Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) menggelar rangkaian kampanye Bidan Sahabat Ibu dan Anak yang diikuti oleh lebih dari seribu bidan di wilayah Jawa Barat. 

Rangkaian kampanye ini terdiri dari beberapa kegiatan, diantaranya seminar edukasi gizi hingga Lomba Bidan Sahabat Ibu dan Anak. Kompetisi ini berhasil memicu semangat inovasi dan kreativitas di antara bidan-bidan yang berpartisipasi.

Baca Juga: Kementerian ESDM Gelar Bimbingan Teknis Konversi Motor Listrik di Bandung

Setelah melalui proses penilaian yang ketat, akhirnya terpilihlah lima bidan yang menerima penghargaan sebagai "bidan inovatif" atas kontribusi mereka dalam menyebarkan pengetahuan kesehatan yang bermanfaat bagi masyarakat.

Ketua IBI Jawa Barat Eva Riantini mengatakan gerakan edukasi gizi oleh bidan ini mampu mengeluarkan potensi-potensi bidan dalam hal memberikan penyuluhan kepada masyarakat. 

“Melalui kegiatan ini, kita mendorong bidan memberikan edukasi langsung kepada masyarakat di wilayahnya masing-masing,"kata Eva dalam sambutannya di acara Awarding Bidan Sahabat Ibu dan Anak di Bandung, Rabu (4/10/2023)

Tujuannya adalah agar masyarakat terutama ibu lebih paham kecukupan gizi keluarga, bagaimana asupan agar ibu hamil cukup gizi, serta yang terpenting pada masa MPASI agar jangan sampai salah memberikan makanan untuk anak, jangan sampai ada bahan-bahan tinggi kandungan gula dan garam yang diberikan untuk anak, seperti yang cenderung terjadi pada masyarakat adalah pemberian susu kental manis untuk anak, karena ini berbahaya.

Eva menyebutkan edukasi yang dilaksanakan serentak ini selain memperluas jangkauan masyarakat yang terpapar edukasi, juga menumbuhkan kreativitas bidan dalam memberikan penyuluhan. 

Selama ini anggapannya penyuluhan itu membosankan. Tapi melalui kegiatan ini, yang terlihat justru potensi bidan yang cukup kreatif dalam memanfaatkan berbagai media disekitarnya, termasuk media sosial dalam memberikan edukasi yang efektif dan mudah dipahami masyarakat. 

"Hal ini patut kita apresiasi dan menjadi contoh bagi bidan-bidan lainnya untuk bisa meningkatkan kreatifitas menyesuaikan dengan perkembangan jaman yang serba digital ini,”ungkapnya

Tim Kerja dari Kesehatan Keluarga dan Gizi Bidang Kesehatan Masyarakat  Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, dr. Eka Lestari Kurnia  mengapresiasi kegiatan edukasi oleh para bidan di wilayah Bandung Raya yang diselenggarakan oleh PB IBI Jawa Barat dan Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI). 

”Kepada bidan terbaik yang sudah turut serta menyebarluaskan dan mengedukasi gizi serta peruntukan kental manis. kami berharap tidak berhenti hanya di pemberian penghargaan tapi bagaimana inovasi ini bisa terus berlangsung dan kedepannya dapat memberikan dampak positif untuk peningkatan status gizi ibu hamil dan balita,” jelasnya 

Eka berharap informasi gizi masyarakat khususnya pada ibu hamil dan balita akan dapat mencakup banyak sasaran tidak hanya yang akses ke fasyankes atau posyandu tapi juga untuk masyarakat secara umum.

"Penyebarluasan informasi dan edukasi gizi ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat sehingga dapat menjadi pembiasaan baik yang terus dilakukan berkesinambungan dan pada akhirnya dapat membentuk kesadaran dan perilaku yang baik dalam pemenuhan gizi bagi ibu hamil dan balita di 1.000 HPK,” jelasnya

Diantara inovasi metode edukasi yang dilakukan para bidan adalah menggunakan aplikasi untuk memantau perkembangan, mengajak masyarakat untuk menjadi peserta aktif sosialisasi melalui teatrikal drama. Biasanya peserta hanya mendengarkan, namun bidan mengikutsertakan masyarakat dalam edukasi.

Metode yang digunakan untuk edukasi gizi adalah memanfaatkan media sosial sebagai platform untuk menyebarkan informasi dan edukasi yang edukatif. Dengan gencar membagikan konten-konten pendidikan dan kesehatan melalui platform media sosial, bidan-bidan ini berharap dapat mencapai lebih banyak orang dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya edukasi gizi yang baik.

Langkah-langkah inovatif ini menunjukkan komitmen bidan-bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan terutama edukasi gizi yang lebih baik dan membantu masyarakat untuk lebih aktif dalam menjaga kesehatan mereka. 

Prestasi bidan-bidan ini menjadi inspirasi bagi daerah lain, yang juga diharapkan dapat mengadopsi proyek serupa untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. Dengan kolaborasi dan berbagi pengalaman, diharapkan perubahan positif dalam bidang kesehatan dapat menyebar lebih luas dan memberikan manfaat yang signifikan bagi masyarakat. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya upaya bersama dalam memperjuangkan kesehatan dan kesejahteraan untuk semua.

Sementara itu, salah satu bidan, Sinar mengatakan dengan diadakannya kampanye edukasi gizi ini membuat dirinya menjadi lebih terbuka mengenai hal-hal yang baru diketahuinya.

“Saat kampanye ini berjalan, saya baru mengetahui fakta baru mengenai bahaya kental manis saat diberi edukasi di seminar yang dilaksanakan IBI Jabar dan YAICI. Dan ternyata, masih banyak bidan yang belum mengetahui bahaya kental manis tersebut,” jelasnya

“Kegiatan yang dilakukan ini menjadi menarik bagi bidan. Karena mereka pada akhirnya melakukan inovasi dan kreatifitas untuk mengedukasi masyarakat terkait gizi terutama bahaya kental manis bagi kesehatan anak.” sambung Ketua Advokasi YAICI, Yuli Supriati

Adapun ke-5 bidan yang meraih penghargaan diantaranya Bidan Yanyan Mulyani, Aneu Chandawati, Lia Kamelia,  Desi Trisiani, dan Bidan Jamilah Sulastri.

Baca Juga: Bangun LRT Bandung, Pemerintah Rogoh Kocek Hampir Rp11 Triliun

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rahmat Saepulloh
Editor: Amry Nur Hidayat

Advertisement

Bagikan Artikel: