Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

WWC: Perubahan Iklim Sebabkan Bencana Krisis Air Dunia Manjadi Serius dan Lebih Sulit Diatasi

WWC: Perubahan Iklim Sebabkan Bencana Krisis Air Dunia Manjadi  Serius  dan Lebih  Sulit Diatasi Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Krisis air merupakan salah satu masalah serius yang dihadapi dunia saat ini. Kekurangan air bersih dapat menyebabkan berbagai masalah, seperti kekeringan, banjir, dan penyebaran penyakit hingga 'perang kecil.'

Hal tersebut dikatatan Director of Asia Pacific World Water Council & 10th World Water Forum, Yoon-Jin Kim dalam Dialog Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) yang mengangkat tema ‘Kolaborasi Global Antisipasi Krisis Air Dampak Perubahan Iklim’, Senin (16/10).

Dilanjutkan Kim, sebelum adanya dampak perubahan iklim, krisis air sudah menjadi masalah yang kompleks di berbagai belahan dunia. Namun, dampak perubahan iklim kini telah memperburuk situasi tersebut.

“Perubahan iklim menyebabkan berbagai perubahan pada siklus hidrologi, seperti peningkatan suhu udara, penguapan, dan perubahan pola curah hujan. Hal ini menyebabkan ketersediaan air bersih menjadi lebih tidak merata dan sulit diprediksi,” ujarnya.

Akibatnya, dia menambahkan, penanganan krisis air menjadi lebih sulit. Oleh karena itu, pemerintah dan pihak-pihak terkait harus bekerja lebih keras untuk mengatasi dampak perubahan iklim dan krisis air.

"Kita perlu berpikir membuat air lebih berkelanjutan, kami sangat mendorong kerja sama dari berbagai stakeholder di WWF Ke-10," kata Kim.

Dia memaparkan, salah satu akar dari krisis ini adalah masalah ketersediaan air yang mendalam. Seiring pertumbuhan populasi dan industrialisasi yang cepat, permintaan akan air bersih terus meningkat.

Sumber-sumber air alami, seperti sungai dan danau yang sebelumnya mencukupi, kini mengalami penurunan volume air yang signifikan. Hal ini memicu ‘perang kecil’ yang pada akhirnya mengarah pada ketidaksetaraan dalam akses air bersih.

Maka dari itu, Kim menekankan pentingnya menjaga keseimbangan ketersediaan air di daerah dan perkotaan. Hal ini penting untuk mencegah dampak perubahan iklim yang lebih parah.

"Penting bagi kita menjaga keseimbangan ketersediaan air di daerah. Ketahanan pangan juga topik yang kita bahas, karena salah satu dampak krisis air,” sebutnya.

Terlebih, Kim juga mengatakan bahwa WWC melihat krisis air sebagai masalah yang harus diatasi secara global. Negara-negara harus berkolaborasi dalam mengembangkan teknologi yang efisien untuk pengelolaan air, meningkatkan kapasitas penyimpanan air, dan memastikan pengelolaan air yang berkelanjutan.

Investasi dalam riset dan pengembangan teknologi hijau yang ramah lingkungan juga menjadi kunci untuk mencari solusi jangka panjang terhadap masalah ini. Oleh karena itu, pihaknya akan terus bekerja sama dengan berbagai pihak, terutama melalui forum WWF, untuk mencari solusi yang tepat.

"Kami melihat WWF sebagai platform global, tidak hanya membahas atau mencari solusi air, tetapi melihat apa saja perubahan yang terjadi dan bagaimana dampaknya," kata Kim.

Kesadaran, edukasi, dan tindakan nyata adalah kunci untuk mengatasi tantangan global ini, mengarah pada dunia di mana air bersih adalah hak bagi setiap orang dan ekosistem air bumi dapat berkembang tanpa rasa takut akan kekeringan.

Sebagai informasi, WWF ke-10 akan diselenggarakan di Bali pada 18-24 Mei 2024. Pada acara ini Indonesia akan mendorong kerja sama internasional untuk memitigasi krisis air yang sudah ada di depan mata.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Sufri Yuliardi
Editor: Sufri Yuliardi

Advertisement

Bagikan Artikel: