Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Harga Emas Kembali Naik, Logam Mulia Diborong Investor Gegara Menguatnya Ancaman Resesi Global

Harga Emas Kembali Naik, Logam Mulia Diborong Investor Gegara Menguatnya Ancaman Resesi Global Kredit Foto: EmasKu
Warta Ekonomi, Jakarta -

Logam mulia kompak membukukan penguatan menyusul harga emas yang naik dalam perdagangan di Selasa (25/3). Pasar logam mulia mendapatkan lonjakan permintaan menyusul ketidakpastian yang diciptakan oleh ancaman tarif dari Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump.

Dilansir dari Reuters, Rabu (26/3), berikut ini adalah catatan pergerakan harga sejumlah komoditas utama dari logam mulia global. Harga emas kembali naik usai mencatatkan koreksi dalam perdagangan sebelumnya:

  • Emas spot: Naik 0,3% menjadi US$3.021,88 per ons.
  • Emas berjangka AS: Naik 0,3% ke US$3.025,90 per ons.
  • Perak spot: Naik 1,9% menjadi US$33,61 per ons.
  • Platinum: Naik 0,5% menjadi US$978,15 per ons.
  • Paladium: Naik 0,4% menjadi US$955,00 per ons.

Managing Partner CPM Group, Jeffrey Christian, mengatakan kenaikan harga emas kali ini didorong oleh permintaan aset safe-haven menyusul ketidakpastian mengenai kebijakan tarif yang dijadwalkan berlaku pekan depan dan berpotensi meningkatkan inflasi.

"Investor khawatir dengan kondisi global, terutama dengan kebijakan AS. Mereka membeli emas sebagai aset alternatif karena takut bahwa kebijakan pemerintah terkait dapat memicu resesi global," kata Christian.

Sebelumnya, Trump menyatakan bahwa tidak semua tarif yang diancamkan akan diberlakukan pada 2 April. Ia juga memberikan sinyal bahwa beberapa negara mungkin akan mendapatkan pengecualian.

Namun, Trump juga dikabarkan mempertimbangkan penerapan tarif dua langkah pekan depan. Hal ini diperkirakan akan membebani pertumbuhan ekonomi, meningkatkan ketegangan perdagangan, dan memicu lonjakan inflasi.

Adapun Presiden Federal Reserve (The Fed) Atlanta, Raphael Bostic, memperkirakan hanya akan ada satu pemotongan suku bunga sebesar 0,25% di 2025. Hal ini mengikuti keputusan bank sentral pekan lalu untuk mempertahankan suku bunga sambil mengisyaratkan pemangkasan paling tinggi hanya sebesar 0,50%.

Baca Juga: Terlihat Melunak, Investor Bursa Eropa Tetap Awasi Rencana Tarif Trump

Investor kini menunggu data data ekonomi terbaru untuk mendapatkan petunjuk lebih lanjut mengenai arah kebijakan The Fed.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: