Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kepala Binance FZE: Kejelasan Regulasi Timur Tengah Dorong Pertumbuhan Industri Kripto

Kepala Binance FZE: Kejelasan Regulasi Timur Tengah Dorong Pertumbuhan Industri Kripto Ilustrasi: Wafiyyah Amalyris K
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pertukaran mata uang kripto dan bisnis sedang terpikat pada oasis kripto di sekitar Teluk Persia atau Timur Tengah (Timteng), menurut manajer umum Binance FZE. Apa penyebabnya? 

Dilansir dari Cointelegraph pada Kamis (19/10/2023), kepala operasional lokal Binance di Dubai, Alex Chehade, mengatakan pada reporter Cointelegraph Ezra Reguerra bahwa kerangka kerja regulasi progresif di kawasan ini merupakan daya tarik utama bagi para pemula dan pemain industri yang sudah mapan.

"Apa yang menonjol di Timur Tengah adalah kepastian dan kejelasan regulasi. Kami memiliki regulator khusus aset virtual di Dubai: VARA [Otoritas Regulasi Aset Virtual]. Kami memiliki ADGM [Abu Dhabi Global Market] dengan kerangka kerja aset virtualnya, [dan] kami memiliki bank sentral Bahrain yang menerima mata uang kripto,” ujar Chehade yang dilansir apda Kamis (19/10/2023). 

Baca Juga: Bitcoin Amsterdam: BTC Bersinar di tengah Pasar Bearish Kripto

Chehade percaya bahwa regulator di yurisdiksi lain belum mengetahui atau meluangkan waktu untuk mempelajari seluk beluk lanskap mata uang kripto atau tidak memiliki "bandwidth" untuk mulai mengatur sektor ini.

"Jadi, Anda melihat acara-acara seperti GITEX dan Future Blockchain Summit, serta perusahaan-perusahaan global yang datang ke sini karena mudah untuk melakukan bisnis,” tambah Chehade. 

General Manager Binance FZE menambahkan bahwa bisnis membutuhkan kepastian untuk membuat rencana jangka panjang, dan parameter regulasi yang ada di yurisdiksi khusus ini memfasilitasi proses tersebut.

Chehade juga menyoroti peran Binance sebagai katalisator bagi perusahaan Web3 dan perusahaan rintisan (startup) untuk berkembang di wilayah tersebut.

"Kami adalah penggerak ekosistem, kami adalah perusahaan Web3 terbesar di dunia. Anda sering melihat efek jaringan dengan ukuran, dan kami melihat lingkungan yang sehat dengan pemain besar dan kecil."

Chehade menyatakan bahwa Binance sekarang mempekerjakan sekitar 600 orang dalam operasinya yang berbasis di Dubai dan akan terus memainkan perannya dalam mengembangkan industri ini. Ia menambahkan bahwa Binance FZE telah beroperasi sebagai bursa yang teregulasi di Dubai selama satu setengah tahun dan terpisah dari operasi globalnya yang lain dengan penjagaan dan operasi berpagar.

Dalam wawancara sebelumnya dengan Cointelegraph di Blockchain Economy Dubai Summit, Vice President dan Head of Innovation and Design Visa, Akshay Chopra, menggemakan sentimen Chehade mengenai prospek regulasi progresif di kawasan itu.

Sebagai anggota dewan Asosiasi Fintech MENA, Chopra menyoroti "pandangan ke depan dan inklusif terhadap solusi blockchain dan kripto" sebagai pendorong utama pertumbuhan sektor ini di wilayah tersebut:

"Regulator benar-benar melihat ke depan dan bekerja sama dengan komunitas blockchain lokal, institusi, startup, pengusaha untuk menghasilkan perspektif yang sangat inklusif tentang apa yang akan terjadi di masa depan dan bagaimana kita dapat diposisikan dengan baik sebagai pasar dan sebagai regulator."

Baca Juga: Aspakrindo Umumkan Merger dengan ABI untuk Perkuat Ekosistem Kripto Indonesia

Penelitian dari perusahaan analisis blockchain Chainalysis menunjukkan bahwa wilayah Timur Tengah dan Afrika Utara (MENA) adalah pasar mata uang kripto dengan pertumbuhan tercepat di dunia. Volume transaksi di wilayah ini menunjukkan bahwa pengguna menerima US$566 miliar (Rp8.973 triliun) dalam bentuk kripto antara Juli 2021 dan Juni 2022.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Nadia Khadijah Putri
Editor: Amry Nur Hidayat

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: