Gibran bin Jokowi Jadi Cawapres, Neno Warisman: Masa Depan Ada di Tangan Anak Muda
“Ada beberapa kali beliau mengajak saya untuk bertemu dengan Pak Anis Matta (Ketua Umum Partai Gelora), tetapi saya bertabrakan waktu. Karena ketika saya selesai memimpin barisan ganti presiden pada 2019, saya langsung gantung raket, istilahnya. Saya masuk ke kampung, dan mengabdikan diri saya ke wilayah pendidikan. Di situ saya all out selama dua tahun,” ungkapnya.
Neno mengaku tawaran untuk bergabung partai bukan hanya datang dari Gelora, semuanya tawaran yang masuk saat itu ia tolak karena ia ingin leluasa dalam “bergerak”.
Fahri Hamzah menurut deklarator #2019GantiPresiden itu tidak putus asa dan terus membujuk dirinya untuk bergabung ke Partai Gelora.
Baca Juga: Anies Baswedan: Indonesia saat Ini Penuh dengan Ketidakadilan
“Dia (Fahri Hamzah) mengatakan, tidak bisa kapasitas yang besar digunakan untuk komunitas kecil itu, meski tanpa merendahkan komunitas itu, saya paham maksud beliau, saya harus kembali ke medan pertempuran,” ujar Neno dikutip dari laman partaigelora.id, Kamis (2/11/23).
Neno mengaku akhirnya luluh dan mau masuk Partai Gelora, lagi-lagi faktor usaha Fahri Hamzah berperan besar dalam keputusan ini.
Menurutnya, ada kata-kata dari Fahri Hamzah yang membuatnya tersadar dan terketuk hatinya untuk kembali terjun ke politik.
“Saat itu Pak Fahri mengatakan, saya tidak harus memilih Partai Gelora untuk kembali berjuang. Terjun dan ambillah, tolonglah masyarakat, tidak harus Gelora, bunda. Dengan partai besar sekalipun, kalau bunda pilih silakan, yang penting kembali berjuang. Jadi kerelaan Pak Fahri itu membuat saya terketuk, membuat saya akhirnya berpikir. Itulah kecerdasanya Pak Fahri, karena dia tahu, saya tidak bisa dibeli dengan apapun,” tandasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Bayu Muhardianto
Editor: Bayu Muhardianto
Tag Terkait:
Advertisement