Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

BIS Kritik Stablecoin: 'Bukan Penyimpan Nilai yang Aman'

BIS Kritik Stablecoin: 'Bukan Penyimpan Nilai yang Aman' Kredit Foto: Unsplash/Kanchanara
Warta Ekonomi, Jakarta -

Koalisi bank sentral dunia, Bank of International Settlements (BIS), mengkritik stablecoin sebagai "bukan penyimpan nilai yang aman" dalam laporan penelitian terbarunya tertanggal 8 November.

Dilansir dari laman Cointelegraph pada Kamis (9/11/2023), BIS menjelaskan, dari Januari 2019 hingga September 2023, stablecoin yang didukung fiat hanya mempertahankan rasio patokannya hanya 94% dari waktu, kurang dari 100% yang sering dijanjikan dalam buku putih proyek. Sementara itu, rasio peg untuk stablecoin yang didukung kripto dan stablecoin yang didukung komoditas jauh lebih sedikit, masing-masing 77% dan 50%.

Baca Juga: Tokenet Siap Luncurkan Pinjaman Kripto untuk ETF Bitcoin

"Hanya 7 stablecoin yang didukung fiat mampu menjaga deviasi mereka dari patokan di bawah 1% selama lebih dari 97% rentang hidup mereka," tulis BIS. Tether (USDT) dan USD Coin (USDC) memenuhi standar ini. 

"Semua stablecoin yang didukung fiat lainnya untuk sementara waktu kehilangan patokannya lebih sering dan dengan penyimpangan yang jauh lebih besar," lanjut BIS. 

BIS juga memperingatkan bahwa beberapa penerbit stablecoin tidak meminta akuntan publik bersertifikat independen untuk memeriksa cadangan mereka. Bagi mereka yang melakukannya, laporan cadangan sering kali tidak mengikuti standar pelaporan yang umum. 

"Karena kurangnya kejelasan ini, masih tidak jelas apakah stablecoin ini akan dapat mengkonversi stablecoin pengguna sesuai permintaan, dan apa implikasi stabilitas keuangan yang mungkin terjadi," kata BIS.

Pada Maret lalu, USDC Circle sempat mengalami penurunan lebih dari 10% dari nilai tukar 1:1 dengan dolar AS setelah simpanan cadangannya terjebak sementara di Silicon Valley Bank yang gagal. Stablecoin sejak itu telah memulihkan nilai nominalnya.

Baca Juga: Glassnode Jual Software Pajak Bitcoin ke Blockpit, Kok Bisa?

Mei lalu, ekosistem Terra senilai US$40 miliar (Rp625 triliun) runtuh setelah kegagalan mekanisme pendukung yang menjamin stablecoin-nya, Terra USD (UST). Insiden ini sempat menyebabkan depegging USDT, yang juga memulihkan nilai nominalnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Nadia Khadijah Putri
Editor: Aldi Ginastiar

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: