Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ahli Indonesia Tidak Puas dengan Pembuangan Air Limbah Nuklir Jepang ke Laut

Ahli Indonesia Tidak Puas dengan Pembuangan Air Limbah Nuklir Jepang ke Laut Kredit Foto: Suara.com
Warta Ekonomi, Jakarta -

Jepang pada Kamis (2/11/2023) memulai gelombang ketiga pembuangan air radioaktif yang telah diolah dari pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Fukushima Daiichi, yang rusak, menuju ke Samudera Pasifik. Pelepasan air limbah nuklir Fukushima tahap ketiga ini akan berlangsung hingga 20 November mendatang.

Pembuangan air limbah nuklir di laut memiliki potensi merusak ekosistem laut secara serius. Air laut yang terkontaminasi radioaktif dapat mengganggu organisme laut, termasuk ikan, moluska, dan alga yang berperan penting dalam rantai makanan laut. Hal ini berdampak pada kelangsungan hidup spesies laut dan menyebabkan gangguan pada keseimbangan ekosistem.

Selain itu, dampak lingkungan dari limbah radioaktif yang terus-menerus masuk ke dalam laut dapat berlangsung selama bertahun-tahun, bahkan puluhan tahun. Ini berarti bahwa kerusakan ekosistem laut yang diakibatkan oleh pembuangan limbah nuklir dapat menjadi ancaman jangka panjang terhadap ekosistem laut yang rapuh.

Baca Juga: Wujudkan NZE 2060, Indonesia Kembangkan Energi Baru Terbarukan dari Limbah Kelapa Sawit

Ahli Utama Bidang Oseanografi Terapan dan Manajemen Pesisir, pada Pusat Riset Iklim dan Atmosferm, BRIN, Widodo Setiyo Pranowo mengemukakan, terkait keputusan Pemerintah Jepang untuk membuang air limbah nuklir Fukushima ke laut, perlu diwaspadai dan dikaji oleh pemerintah Indonesia.

Widodo menilai pemerintah harus mencari tahu secara aktif bentuk dari limbah yang telah dibuang ke laut, karena bentukan limbah itu sangat mempengaruhi potensi pencemaran pada ekosistem kelautan.

"Kekhawatiran yang pertama, apabila limbah nuklir dalam bentuk cair (liquid) maka probabilitas disebarkan oleh arus kemudian mencemari kemana-mana bisa terjadi," kata Widodo, Kamis (9/11/2023).

"Atau, apabila limbah nuklir sudah ditempatkan pada drum atau kontainer tertutup rapat, maka pertanyaan riset yang muncul adalah kontainer/drum tersebut dibuang ke dasar laut dengan kedalaman berapa kilometer. Dikhawatirkan, drum/kontainer bisa 'leaking' karena mendapatkan tekanan yang melebihi kapasitasnya, kemudian terjadi kebocoran," kata Widodo menjelaskan.

Muhammad Dhandang Purwadi, ahli lingkungan yang saat ini menjabat sebagai Kepala Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir di Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) juga khawatir dengan dampak pembuangan air limbah nuklir terhadap kesehatan manusia, karena paparan radiasi bagi manusia dapat meningkatkan risiko berbagai masalah kesehatan, termasuk kanker, gangguan tiroid, dan penyakit lain yang terkait dengan paparan radiasi.

Sebelumnya pada tahun 2019, bahan radioaktif telah terdeteksi pada produk maskara danĀ eyeliner Jepang yang popular, sehingga mendorong Kementerian Keamanan Makanan dan Obat Korea Selatan untuk menangguhkan penjualan dan memerintahkan pengembalian produk tersebut.

Menurut Dhandang, temuan ini perlu diperhatikan dengan cermat, mengingat radioisotop yang dideteksi adalah tritium. Tritium adalah isotop hidrogen yang berbentuk cairan, dan ketika digunakan dalam produk kosmetik, seperti maskara dan eyeliner, menjadi sangat membingungkan.

Baca Juga: Manfaatkan Teknologi Sanitasi Ramah Lingkungan, 3 Instalasi Pengolah Air Limbah IKN Nusantara

"Produk kosmetik yang mengandung tritium menjadi perhatian serius, karena radiasi ini dapat berdampak pada kesehatan manusia, terutama oleh wanita yang menggunakan komestik sehari-hari, dan jika terkontaminasi oleh tritium, maka manusia akan terus-menerus terpapar radiasi ini," ujar Dhandang.

Dhandang juga menegaskan bahwa pemerintah Indonesia seharusnya mempertimbangkan larangan impor makanan dan kosmetik dari Jepang sebagai tindakan proaktif.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Amry Nur Hidayat

Advertisement

Bagikan Artikel: