Timothy Darren, Co-Founder sekaligus Chief Marketing Officer (CMO) bukaPO, startup pre-order untuk masakan rumahan, menargetkan penghasilan usaha mikro dan kecil di bawah naungan platform bukaPO bisa menembus Rp352 miliar dalam 18 bulan ke depan seiring dengan pertumbuhan cepat bisnis ini.
Selama ini, bukaPO berhasil menjual lebih dari Rp115 miliar produk usaha mikro rumahan dengan sistem pre-order (pesanan ketika barang belum tersedia), kendati platform ini baru beroperasi di Bali, Surabaya, dan Sidoarjo.
Dengan demikian, target total penjualan usaha rumahan melalui platform bukaPO tersebut melesat 206% dari realisasi pendapatan usaha rumahan dalam setahun terakhir.
Timothy Darren mengatakan selama bukaPO berdiri sejak tahun 2021, perusahaan sudah berhasil menjual lebih dari 4 juta produk usaha mikro rumahan dengan sistem pre-order kendati baru beroperasi di tiga wilayah.
“Semenjak didirikan pada saat pandemi Covid-19, bukaPO fokus pada dampak sosial dan berhasil memberikan dampak baik secara langsung dan tidak langsung kepada lebih dari 3.000 pengusaha mikro dan kecil,” kata Darren di Jakarta, dikutip Rabu (13/11/2023).
CMO yang baru berusia 25 tahun ini juga mengatakan, sistem pre-order sebetulnya memiliki banyak keunggulan, di antaranya dapat memberdayakan sebanyak 3.500 usaha mikro dan di sisi lain peduli lingkungan dengan mengurangi food waste (limbah makanan) sebesar lebih dari 100-ton.
Darren mengungkapkan bahwa di Indonesia ada lebih dari 2 juta usaha rumahan yang memerlukan sistem pre-order. Dengan sistem pre-order atau yang juga sering dikenal dengan sistem Open PO siapa saja bisa bisa menjadi entrepreneur.
Baca Juga: Mengenal Koneksi Group, Startup yang Didirikan Pemuda Asal Depok Gemadipada
Sebab itu, perusahaan terus fokus kepada pemberdayaan manusia dengan konsep ‘KitaSatu’, di mana sesama merchant saling membantu menjual produk mereka dan produk merchant lainnya dengan sistem komisi dan penggabungan pelanggan di dalam platform bukaPO.
Selain itu bukaPO secara mingguan rutin juga mengadakan program edukasi di berbagai aspek dan juga memberikan fasilitas foto profesional secara gratis kepada para merchant-merchantnya.
Dengan adanya hasil survey di mana pilihan karier generasi muda yang kebanyakan ingin menjadi wirausaha, Darren meyakini bahwa usaha dengan sistem pre-order akan berkembang secara pesat dalam waktu-waktu mendatang. Hal ini karena dengan sistem ini tidak perlu modal yang besar dan risiko keuangan juga hampir tidak ada. Tak hanya itu, hampir semua orang bisa belajar memasak dari keluarga atau melalui sosial media.
Sebelumnya, lembaga riset independen Svara Research Indonesia menilai bisnis makanan-minuman usaha rumahan dan bisnis turunannya melalui pre-order bakal semmakin diminati dan prospektif seiring dengan beberapa keunggulan skema ini.
Dalam riset berjudul “Food Delivery Market Research” yang dirilis baru-baru ini, Svara yang fokus pada riset ekonomi, bisnis, dan manajemen ini, sudah melakukan survei atas potensi bisnis pre-order atas 100 responden, di mana 74 orang dilakukan survei online dan 26 wawancara mendalam di Bali dan Surabaya.
Dalam riset itu, Svara menilai skema pre-order mampu menciptakan diferensiasi yang unik dibandingkan dengan platform pesan-antar makanan (online food delivery) besar yang fokus pada pengiriman instan atau merchant yang menyediakan stok (ready stock).
Baca Juga: Sukseskan Transformasi Digital, Kominfo Akan Terus Dampingi Startup IoT di Indonesia
“[Dengan skema pre-order], pelanggan sangat menghargai nilai dari harga yang diberikan oleh perusahaan penyedia layanan pre-order food, didorong oleh makanan rumahan dengan harga terjangkau, tarif pengiriman tetap, dan promosi harga yang sering dilakukan,” tulis riset Svara Research.
Keunggulan lain, skema pre-order juga dinilai berguna bagi merchant, terutama UMKM yang melayani volume kecil dan permintaan yang tidak dapat diprediksi. Pesanan berdasarkan PO juga mampu mengurangi risiko kelebihan stok dan memberikan fleksibilitas waktu – fitur yang juga cocok untuk penjual paruh waktu. Ini berbeda dibandingkan dengan skema pemesanan instan yang ditawarkan oleh platform pesan-antar makanan lainnya, seperti GoFood, GrabFood, dan ShopeeFood.
“Biaya komisi yang lebih rendah, hanya 12,5% dari penjualan, dibandingkan platform lain yang hampir 35% menarik para penjual UMKM yang sadar akan margin. Hal ini juga berarti harga yang lebih murah bagi pelanggan, karena penjual tidak perlu membebankan biaya tambahan kepada pelanggan,” tulis Svara.
Berdasarkan data, saat ini tidak banyak pelaku usaha yang fokus pada platform PO di antaranya perusahaan rintisan bukaPO, Kulina, dan InKanteen sehingga ceruk pasar yang digarap masih terbuka luas.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri
Advertisement