Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Perpustakaan Umum Daerah di Penajam Paser Utara Diresmikan Sebagai Langkah Awal Peningkatan Literasi

Perpustakaan Umum Daerah di Penajam Paser Utara Diresmikan Sebagai Langkah Awal Peningkatan Literasi Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Penajam -

Sebagai wilayah yang merasakan dampak dari pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN), Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) mengidamkan perpustakaan yang memainkan peran sentral pengetahuan. Peresmian gedung layanan perpustakaan umum daerah merupakan momentum awal menuju arah tersebut.

"Kami harapkan adanya IKN menjadi pemicu semangat anak-anak bahwa membaca dan literasi itu penting," ujar Penjabat (PJ) Bupati Penajam Paser Utara, Makmur Marbun, ketika bersama Kepala Perpustakaan Nasional meresmikan gedung layanan perpustakaan umum daerah, Kamis (16/11/2023).

Literasi tidak bisa kita abaikan karena hal tersebut kunci kemajuan bangsa. Dengan kemampuan literasi yang baik, masyarakat akan siap menghadapi perkembangan zaman.

"Literasi bukan hanya baca tulisan saja, tapi juga pemahaman pengetahuan. Karena literasi memenuhi kemampuan aspek individu dalam urusan kerja dan kehidupan," tambah Marbun.

Gedung yang diresmikan di Bumi Serambi Nusantara diharapkan Bupati bukan hanya menjadi tempat penyimpanan buku, namun perlu dilihat juga indeks kunjungan masyarakat dan anak sekolah.

"Kalau menurun, tentu akan dievaluasi. Perpustakaan bukan hanya soal buku dan teknologi, tapi juga berbicara tentang orang-orang yang mendukungnya, termasuk keberadaan orang-orang pendidik, seperti civitas akademika. Sarjana harus membuka lapangan kerja. Kalau penghasilan rendah, income pasti rendah," urai Kepala Perpusnas Syarif Bando.

Baca Juga: Perpustakaan Digital: Menyongsong Era Teknologi dengan Kreativitas Konten Kreator

Itulah kenapa kalangan pendidik ikut bertanggung jawab, karena Indonesia saat ini sudah tertinggal dengan negara kawasan ASEAN, apalagi Jepang dan Korea Selatan. Jepang menjadi negara maju karena telah memilih dirinya sebagai negara produsen. Sedangkan, Indonesia masih lebih suka menjadi negara konsumen. "Pengetahuan merubah dunia. Dan pengetahuan bisa diperoleh dengan membaca," tambah Bando.

Dalam sesi talkshow, Pustakawan Utama Perpusnas Abdullah Sanneng menjelaskan seharusnya kondisi saat ini tidak lagi berkutat pada kondisi pemberantasan buta aksara. Dulu, semasa era pra kemerdekaan Indonesia memang dihadapkan dengan tingginya buta huruf yang mencapai 90% lebih.

Namun, seiring pembangunan fisik dan sumber daya manusia, disparitas tersebut sudah semakin kecil. Kenapa? Karena perguruan tinggi sudah banyak bermunculan. Setidaknya ada peran para pendidik yang membantu mengurangi kesenjangan buta huruf.

"Justru peran perguruan tinggi mesti diubah. Orientasi dunia perguruan tinggi saat ini adalah bagaimana menciptakan barang atau jasa bagi kemaslahatan masyarakat. Ubah mindset kita kalau literasi masih sebatas kemampuan baca tulis," imbuhnya.

Dulu, semasa era pra kemerdekaan Indonesia memang dihadapkan dengan tingginya buta huruf yang mencapai 90% lebih. Namun, seiring pembangunan fisik dan sumber daya manusia disparitas tersebut sudah semakin kecil. 

Kenapa? Karena perguruan tinggi sudah banyak bermunculan. Setidaknya ada peran para pendidik yang membantu mengurangi kesenjangan buta huruf. 

"Justru peran perguruan tinggi mesti diubah. Orientasi dunia perguruan tinggi saat ini adalah bagaimana menciptakan barang atau jasa bagi kemaslahatan masyarakat. Ubah mindset kita kalau literasi masih sebatas kemampuan baca tulis," imbuhnya. 

Sinergi kolaborasi sudah menjadi best practice bagaimana literasi mampu berjalan efektif. Kehadiran pegiat literasi, duta literasi, dan bunda literasi daerah mencerminkan bahwa tugas menumbuhkan literasi tidak mudah. 

Akademisi dari Universitas Balikpapan Indrayani mengatakan jika tidak ada pionir dalam menggerakkan literasi agak sulit rasanya. 

Karena secara capaian indeks literasi di provinsi Kalimantan Timur, Kabupaten Penajam Paser Utara menempati urutan terendah kedua setelah Kabupaten Berau.

Baca Juga: Gedung Baru Diresmikan, Perpustakaan di Tebo Didorong Lebih Kreatif

"Kita jangan mengeksplor kekurangan tapi jadikan sebagai tantangan. Ini tanggung jawab bersama. Boleh jadi literasi kurang tumbuh bukan karena anak-anak tidak mau baca melainkan faktor lingkungan," ujarnya. 

Tugas bunda literasi bukan mendorong dibangunnya perpustakaan atau sudut baca masyarakat namun turut membangun edukasi di lingkungan informal. Jangan memberikan gadget ketika anak menangis. 

"Jika seorang ibu tidak cukup menikmati pendidikan formal sebagaimana mestinya, setidaknya bisa mengikuti kelas kreativitas lewat transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial," pungkas Indra. 

Selain meresmikan perpustakaan umum daerah, Pj Bupati disaksikan Kepala Perpusnas mengukuhkan Bunda Literasi Kabupaten Penajam Paser Utara Linda Roumauli Siregar periode 2023-2025, penyerahan sertifikat bagi Perpustakaan Desa Gemilang Desa Sesulu, Perpustakaan Desa Sumber Ilmu Desa Binuang, Perpustakaan Ceria SDN 001, dan Perpustakaan SDN 002 Penajam, serta penyerahan piagam penghargaan sumbang buku bagi tujuh SKPD Kabupaten Penajam Paser Utara.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Amry Nur Hidayat

Advertisement

Bagikan Artikel: