Kebutuhan pemimpin yang memiliki orientasi pada pemuda atau bahkan dari kalangan kaum muda tentu sangatlah menentukan pada perkembangan bangsa saat ini. Hal ini tidak terlepas dari masuknya Indonesia dalam bonus demografi. Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Badan Pusat Statistik (BPS) pada Maret 2022 sebanyak 68,82 juta jiwa penduduk Indonesia masuk kategori pemuda (usia 16-30 tahun). Angka tersebut secara persentase mencapai 24% dari total penduduk atau seperempat dari jumlah penduduk Indonesia secara keseluruhan.
Dewasa ini, generasi muda tidak hanya menjadi aset yang besar, tetapi juga berharga bagi keberlanjutan dan kemajuan bangsa. Harapan besar diletakkan pada generasi muda untuk melanjutkan estafet kepemimpinan saat ini dengan mengedepankan semangat perjuangan dalam menghadapi tantangan global yang berkembang pesat. Saat ini, dibutuhkan pemimpin yang bukan sekedar memiliki keberanian, tetapi juga mampu menggulirkan dan mewujudkan ide-ide kreatif yang dapat membawa perubahan secara progresif bagi kaum muda juga masyarakat dan bangsa secara keseluruhan, sehingga hal tersebut dapat menjawab permasalahan yang terjadi pada saat ini. Harapan munculnya pemimpin muda demikian tentunya dilatarbelakangi dari karakteristik kaum muda yang memiliki ciri terbuka terhadap akses/banyak informasi dan memiliki karakter kolaboratif dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.
Baca Juga: Kaesang: Saya Bukan Gibran, Kebetulan Adiknya Cawapres
Terkait dengan kepemimpinan kaum muda, tentunya mengharuskan kaum muda untuk melek terhadap segala kondisi yang ada, termasuk politik. Keterlibatan kaum muda terhadap politik sangatlah penting untuk turut menetukan arah perjalanan bangsa ini. Jika dilihat dari keterlibatan atau partisipasi pemuda dalam politik dewasa ini sangatlah tinggi. Pada Pemilu tahun 2019, partisipasi kaum muda mencapai lebih dari 85%.
Di sisi lain, partisipasi pemuda yang mencapai lebih dari 85% bisa dikatakan “hanya” sebagai pemilih atau berpartisipasi pasif. Hal ini merujuk hasil survei Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Universitas Gadjah Mada, hanya 14,6% anak muda yang memiliki keinginan untuk mencalonkan sebagai anggota DPR/DPRD. Kemudian, 14,1% anak muda ingin mencalonkan diri sebagai kepala daerah. Sementara, 84,7% anak muda tidak memiliki keinginan mencalonkan diri sebagai anggota DPR/DPRD. Terdapat 85,2% anak muda yang tidak ingin berperan aktif atau mencalonkan diri sebagai kepala daerah. Selain itu, minat atau keterlibatan pemuda dalam partai politik pun rendah. Hanya 1,1% anak muda yang saat ini bergabung dengan partai politik. Padahal, keterlibatan kaum muda dalam partai politik sangatlah penting, mengingat melalui jalur partai politiklah aspirasi kaum muda akan lebih mudah terlaksana, terutama yang berkaitan dengan kepentingan-kepentingan yang bersifat strategis. Dengan demikian, tentunya dibutuhkan kaum muda yang mampu berkontribusi secara aktif dalam memperjuangkan asrpirasinya dengan menjadikan politik sebagai jalan ninjanya.
Saat ini, keresahan yang terjadi antara harapan memiliki pemimpin muda dengan kecilnya partisipasi aktif dari kaum muda menemui titik terang. Hal ini merujuk pada terpilihnya Kaesang Pangarep sebagai Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Keterlibatan Kaesang dalam partai politik ini tentunya menjadi harapan besar bagi meningkatnya keterlibatan aktif kaum muda dalam politik. Munculnya Kaesang sebagai ketua umum partai politik diharapkan mampu mendongkrak persentase yang kecil dari kaum muda yang “enggan” berpartisipasi aktif dalam partai politik. Lantas, mampukah Kaesang menjawab permasalahan tersebut?
Seiring arus perubahan dalam dinamika politik Indonesia, munculah sebuah harapan baru melalui figur Kaesang Pangarep. Kaesang tidak hanya dikenal sebagai sosok anak muda yang dekat dengan realitas kehidupan sehari-hari para pemuda, tetapi juga mampu meleburkan kesehariannya di dalam dunia politik. Terlebih juga, kepemimpinan Kaesang memiliki peranan yang sangat sentral dalam dinamika politik saat ini, sesuai persentase tingginya jumlah pemilih kaum muda.
Kaesang Pangarep mampu menjembatani kesenjangan antara kehidupan kaum muda dengan dunia politik. Sebagai figur yang sangat dekat/terlibat dengan kehidupan anak muda, baik kehidupan sehari-hari sampai di dunia sosial media, Kaesang menciptakan kedekatan yang sangat langka antara pemimpin dan generasinya. Beliau mengenali “Bahasa” dan aspirasi anak muda, menciptakan ruang komunikasi yang intens dan membangun sebuah kepercayaan bahwa suara kaum muda layak didengar di panggung politik. Hal ini menunjukan bahwa anak muda tidak sebatas menjadi pengamat yang pasif, tetapi juga dapat menjadi agent of change dalam memberikan kontribusi ide-ide untuk sebuah kebijakan. Kaesang menjadi contph bahwa anak muda bisa tetap autentik dan terlibat dalam dunia politik, sementara tetap memahami dan meresapi kehidupan kaum muda.
Dalam konteks dinamika pemilu saat ini, kepemimpinan Kaesang Pangarep memiliki relevansi yang sangat penting. Besarnya jumlah pemilih muda saat ini, membuat Kaesang memegang peran kunci dalam menentukan arah politik bangsa ini. Kaesang menjadi sosok pemimpin yang mampu merangkul dan mencerminkan aspirasi generasi saat ini, membawa keberagaman pandangan dan membawa kepentingan mereka dalam politik.
Melihat caraa Kaesang menghadapi pemilu, tergambar pada pemahaman mendalamnya akan kebutuhan dan ekspetasi pemilih muda. Kaesang tidak menawarkan retorika kosong, tetapi solusi kongkrit untuk masalah-masalah yang dihadapi oleh generasinya. Keterbukaan dan kemampuannya untuk merancang sebuah kebijakan yang relevan dengan kehidupan sehari-hari generasi muda memberikan pesan bahwa kepemimpinannya tidak sekedar simbolis, tetapi secara subtansial. Hal tersebut dapat dilihat dari gaya kepemimpinannya yang mencirikan anak muda tetap progresif dalam perubahan dan santun dalam berpolitik.
Baca Juga: Gempar-gempur Kaesang dan Segala Laku Pongah Politisi Kolot
Dengan demikian, Kaesang Pangarep bukan hanya sekedar menjadi harapan bagi anak muda dalam kancah politik nasional, akan tetapi juga menjadi katalisator perubahan dalam cara politik dipahami dan dijalankan oleh kaum muda. Kepemimpinan dan keterlibatannya bukan hanya relevan untuk saat ini tetapi juga membuka ruang bagi transformasi lebih lanjut dalam perpolitikan di Indonesia menuju negara yang maju dan sejahtera.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement