- Home
- /
- New Economy
- /
- CSR
Baznas dan IIQ Bekali Para Guru Al-Qur'an Isyarat untuk Penyandang Disabilitas
Hal ini bertujuan agar para guru dan tenaga pendidik yang telah dibekali ilmu Al-Qur'an isyarat ini bisa menyebar di seluruh daerah di Indonesia.
"Kita harapkan hari ini menjadi contoh. Kita berharap nanti kita kembangkap di 34 Provinsi. Itu tugas kita dan ketika ini sudah kita lakukan, maka keguguran itu kita dapatkan, kalau itu belum kita lakukan, maka kita semua berdosa," ungkap Kiai Ajat.
Baca Juga: 16 Kontainer, Baznas-Mishr Al-Kheir Terus Salurkan Bantuan untuk Palestina
Pimpinan Baznas RI itu juga menyampaikan bahwa training of trainers nasional sangat diharapkan digelar. Namun ia berharap ada kerja sama dari semua pihak terutama daerah-daerah agar dapat mengajar, mendampingi, dan menjadi bagian membawa kemuliaan Al-Qur'an.
Jejak Al-Qur'an Berbahasa Isyarat
Pentashih Mushaf Al-Qur’an Kementerian Agama Ida Zulfiah menerangkan ide awal penyusunan kitab suci umat Islam itu dalam bentuk bahasa isyarat. Ia mengaku telah memikirkannya sejak 2008.
Idenya itu bertujuan memfasilitasi penyandang disabilitas tuli dapat belajar Al-Qur’an serta memahami agama Islam lebih baik lagi.
"Ide awal penyusunan mushaf Al-Qur'an isyarat itu sendiri sudah ada di benak saya dari tahun 2008 ... bagaimana menyusun media supaya teman-teman yang disabilitas rungu wicara atau yang tuli dan bisu itu bisa belajar Al-Qur'an, bisa beribadah, bisa salat, mengenal Allah, mengenal rukun Islam, dan seterusnya," kata Ida.
Inisiator penyusun mushaf Al-Qur’an isyarat itu menyampaikan bahwa dirinya mengumpulkan sejumlah komunitas penyandang disabilitas tuli pada 2020 untuk menyepakati penyusunan mushaf Al-Qur’an isyarat.
“Jadi saya mengambil hati teman-teman tuli di beberapa komunitas yang ada di Jakarta. Di tahun 2020 komunitas-komunitas itu kami kumpulkan dan mereka semua sepakat bahwa kita menyusun mushaf Al-Qur’an yang khusus diperuntukkan bagi teman-teman tuli,” ujarnya.
Bahasa yang digunakan, sambung dia, jelas menggunakan bahasa isyarat. Namun yang lebih spesfik ialah huruf-huruf hijaiah dalam Al-Qur’an memakai Arabic Sign Language.
“Karena mereka komunikasi sehari-harinya pakai bahasa isyarat maka Al-Qur’annya pun dengan bahasa isyarat,” tutur Ida.
“Akhirnya kita sepakati semuanya sepakat, untuk huruf-huruf hijaiah sesuai dengan Arabic Sign Language, ini sudah internasional,” imbuhnya.
Ida pun mengaku bersyukur atas terbitnya mushaf Al-Qur’an isyarat itu. Pasalnya, menurut dia, kitab suci umat Islam yang terdiri atas 30 juz dan diperuntukkan bagi penyandang tuli merupakan yang pertama di dunia.
“Dan ini adalah Al-Qur’an pertama dan satu-satunya di dunia. Belum ada negara-negara lain yang menerbitkan Al-Qur’an isyarat lengkap 30 juz,” ujarnya, menambahkan.
Dalam praktiknya, Ida menerangkan ada tiga metode yang digunakan dalam mushaf Al-Qur’an isyarat. Yang pertama ialah mengisyaratkan semua yang tertulis.
“Ada beberapa metode ya, pertama metode isyarat kitabah berarti mengisyaratkan semua yang tertulis di mushaf Al-Qur’an baik hurufnya, tanda bacanya, harakatnya, semua yang tertulis,” jelasnya.
“Yang kedua ada metode isyarat metode tilawah yaitu mengisyaratkan ayat-ayat Al-Qur’an yang dibaca saja, sementara huruf dan tanda baca yang tidak dibaca, tidak diisyaratkan,” tambah Ida.
Sementara itu, satu metode yang terakhir bersifat pendekatan yaitu oral verbal. Salah satu tim penyusun mushaf Al-Qur’an braille ini menyebut, pendekatan ini bersifat terapi bagi penyandang tuli yang masih memiliki sedikit pendengaran.
Baca Juga: Bantu Palestina, Baznas Kabupaten Garut Salurkan Infak Rp1 Miliar!
“Dan satu lagi, pendekatan oral verbal. Jadi bagi teman-teman yang masih memungkinkan memiliki pendengaran, entah itu berapa persen gitu, itu diterapi dengan oral verbal. Jadi mereka tetap diajarkan dengan suara, vokal,” pungkas dia.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement