Buku Hitam Prabowo: Sejarah Kelam Reformasi kembali dibedah sejumlah aktivis. Kali ini buku tersebut dibedah oleh Gerak 98 dan Aliansi Masyarakat Bogor Bersatu (AMBB). Acara itu diselenggarakan di Bogor, Jawa Barat Rabu (20/12/2023).
Sebelumnya buku karya Buya Azwar Furqudyama dibedah di sejumlah daerah seperti, Jakarta, Surabaya dan Lombok.
Acara diskusi dan bedah buku ini menghadirkan sejumlah narasumber, yakni Ulama Muda NU KH Husni Mubarak Amir, Akademisi Dr. Mastur Thoyyib, dan Aktivis 98 Pakuan Bogor Mulyadi. Dalam kegiatan tersebut, Husni mengapresiasi Aktivis Gerak 98 Buya Azwar Furqudyama yang telah menulis "Buku Hitam Prabowo Subianto".
Menurutnya, buku yang diluncurkan pada Minggu (10/12/2023) di Jakarta itu merupakan bagian dari hak moral Buya Azwar untuk memberikan informasi kepada publik, khususnya generasi muda tentang sejarah kelam republik ini.
"Saya mengapresiasi lahirnya buku ini. Kalau tidak salah buku ini terbit dua hari sebelum debat Capres-Cawapres 2024," kata Husni seperti dalam keterangan tertulis yang diterima wartawan.
"Ini bagian dari hak moral yang sudah dilakukan oleh Buya Azwar untuk generasi muda Indonesia, karena buku ini menjelaskan tentang sejarah kelam republik ini, ini penting untuk diketahui oleh semua orang, terutama generasi muda yang akan menjadi pewaris negeri ini," ujarnya.
Dengan adanya buku tersebut, tambah Husni, membuka mata banyak orang terutama generasi muda tentang rekam jejak para tokoh yang saat ini berkiprah di panggung politik Tanah Air.
"Bahwa lewat buku ini kita tahu apa saja yang menjadi rekam jejak dari tokoh-tokoh bangsa yang hari ini masih beredar dalam pusaran politik nasional, terutama tentu calon presiden 2024 yakni Prabowo Subianto," tuturnya.
Baca Juga: Gerak 98 Ingatkan Demokrasi dalam Ancaman
"Ini informasi yang layak dikunyah oleh para calon pemilih, agar mendapat pemimpin yang berkualitas, dan tentunya rekam jejaknya tidak punya benturan dengan kasus kemanusiaan, yakni pelanggaran HAM berat. Rekam jejak itu penting," jelas Husni.
Hal senada dilontarkan oleh Dr. Mastur Thoyyib. Baginya, buku tersebut karya ilmiah yang memotret sejarah bangsa ini dan penting untuk diketahui kaum muda sebagai pewaris masa depan bangsa ini.
"Saya apresiasi buku ini sebagai warisan bagi kaum muda yang mau berfikir dan tentu saja bergerak. Ini hasil potret, pemotretan bisa benar bisa salah, tapi paling tidak ini memang potret dari sejarah kelam bangsa ini," ucap dia.
"Mudah-mudahan ini bukan buku pertama, semoga lahir buku berikutnya yang memotret sejarah kelam militerisme di Indonesia," harap Mastur.
Dijelaskannya, sejarah politik Indonesia adalah sejarah politik kekerasan militerisme, di mana hampir semua penguasa berhadapan dengan militer.
"Soekarno, Habibie, Megawati berhadapan dengan militer, ini fakta sejarah. Maka kita layak apresiasi buku ini untuk menjadi rujukan literasi bagi kaum millenial, bukan hanya untuk pemilu saja. Ini sumbangan berjasa, jika ideologi militerisme hidup, maka akan menjadi ladang kekerasan dan tragedi pasti terjadi," ungkap Mastur.
Untuk itu, tegasnya, politik kekerasan militerisme harus dicegah agar terulang di kemudian hari. "Ini harus dihambat, sudah betul sipil melalui demokrasi harus menjadi kontrol kehidupan kita. Tugas pemerintah ada dua, rasa aman dan kesejahteraan, ini tugas utamanya," paparnya.
Pada kesempatan yang sama, Mulyadi menyampaikan bahwa buku yang ditulis Buya Azwar menjadi warisan berharga karena mengingatkan tentang sejarah kelam rezim Orde Baru sekaligus menjadi alarm bagi semua pihak untuk mencegah munculnya neo Orde Baru.
Menurutnya, sikap politik dengan tidak mendukung calon pemimpin berwatak militeristik Orde Baru di pemilu mendatang merupakan cara untuk mencegah munculnya neo Orde Baru.
"Saya kira buku ini bagus sekali ya, ini warisan berharga buat anak cucu kita, buat generasi millenial, bahwa rezim militeristik Orde Baru sangat biadab, sangat mengerikan," pungkas Mulyadi.
Baca Juga: Prabowo: Jangan Mengungkit-ungkit...
Sebelumnya, Tim Kampanye Nasional (TKN) capres-cawapres Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka buka suara soal beredarnya buku berjudul "Buku Hitam Prabowo Subianto" beberapa waktu belakangan.
Wakil Komandan Golf TKN Prabowo-Gibran, Immanuel Ebenezer menilai isi buku tersebut sudah kedaluarsa. Menurutnya, Prabowo sudah dinyatakan bersih dari pelanggaran hukum apalagi HAM berat karena tiga kali ikut pilpres.
"Buku Hitam Prabowo Subianto sudah kadaluarsa. Tiga kali Prabowo Subianto lolos uji verifikasi kontestasi Pilpres rasanya sudah cukup bukti bahwa Prabowo bersih dari pelanggaran hukum apalagi HAM berat," kata Noel sapaan akrab Immanuel melalui keterangan tertulis, Senin (11/12/2023).
Karenanya, Ketua Ikatan Aktivitis 98 itu berpendapat maraknya penyebaran berita yang mendiskreditkan Prabowo diembuskan dengan dasar muatan politik pada Pilpres 2024.
Apalagi, sebut Noel, pihak-pihak yang dianggap dirugikan atas kejadian 1998 saat ini sudah berada di kubu Prabowo. "Jika pun ingin ditelusuri pihak-pihak yang dianggap dirugikan dalam kejadian 98 itu mayoritas sudah berada dalam barisan Prabowo Subianto," ungkapnya.
"Terlebih petinggi-petinggi militer yang mengadilinya juga sudah secara tegas mendukung dan malah berada dalam Tim Kampanye Nasional Prabowo-Gibran," jelas Noel.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Amry Nur Hidayat
Advertisement