Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Gibran dan Pasar Tradisional: Memelihara Warisan Lokal

Oleh: Reyhan S, Anggota Kajian Strategis Poros Semanggi

Gibran dan Pasar Tradisional: Memelihara Warisan Lokal Reyhan S | Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pasar tradisional, dengan riuh rendahnya, warna-warni kain yang menggantung, dan aroma rempah-rempah yang menguar, menjadi jendela keanekaragaman budaya dan kehidupan sehari-hari masyarakat. Meskipun zaman terus berubah dan pusat perbelanjaan modern berkembang pesat, pasar tradisional tetap menjadi pusat kegiatan ekonomi dan sosial di banyak daerah.

Pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar

Baca Juga: Kaesang Sinergikan Relawan Prabowo-Gibran, Yakin Menang di Gorontalo

Pasar tradisional bukan hanya tempat untuk membeli dan menjual barang, melainkan juga lanskap kehidupan sehari-hari. Di sini, kita dapat melihat warna-warni budaya lokal, mendengar bahasa daerah yang kental, dan merasakan sentuhan kemanusiaan yang mungkin hilang dalam kebisingan dan kilauan modernitas.

Menurut Menteri Perdagangan Republik Indonesia, Pasar dalam pengertian teori ekonomi adalah suatu situasi seorang atau lebih pembeli (konsumen) dan penjual (produsen dan pedagang) melakukan transaksi setelah kedua pihak telah mengambil kata sepakat tentang harga terhadap sejumlah (kuantitas) barang dengan kuantitas tertentu yang menjadi objek transaksi.

Keberagaman produk yang ditawarkan di pasar tradisional menjadi daya tarik utama. Dari hasil pertanian lokal hingga kerajinan tangan yang unik, pasar ini menyediakan pameran kekayaan alam dan kreativitas manusia. Makanan khas daerah, rempah-rempah, dan obat tradisional juga sering ditemui di sini, menciptakan pengalaman yang tak hanya memanjakan mata, tetapi juga lidah.

Namun, pasar tradisional tidak luput dari tantangan. Beberapa pasar mungkin menghadapi isu-isu kebersihan, infrastruktur yang kurang mendukung, atau kurangnya inovasi. Meskipun demikian, Gibran Rakabuming Raka selaku Walikota Solo melakukan banyak upaya dalam memodernisasi pasar tradisional tanpa menghilangkan esensi dan keunikan pasar tradisonal tersebut. Gibran menganggap bahwa pasar tradisional sangat dekat dekat dirinya bahkan orangtua belau, bapak Joko Widodo sebelum menjadi presiden juga dekat dekat pasar tradisional.

Pada masa Gibran memimpin kota Solo setidaknya 35 dari 44 pasar tradisional telah mengalami revitalisasi. Adapun tujuan revitalisasi pasar tradisional didasarkan pada tiga aspek utama. Pertama, meningkatkan kenyamanan bagi para pengunjung dengan menyusun ulang infrastruktur dan fasilitas. Kedua, meningkatkan omzet para pedagang melalui berbagai strategi pemasaran dan peningkatan kualitas produk. Terakhir, agar pasar tradisional tetap bersaing dengan pasar modern dengan memodernisasi sistem, meningkatkan kualitas layanan, dan menjawab perubahan pola konsumsi masyarakat. Revitalisasi ini mencerminkan upaya untuk memperkuat peran pasar tradisional sebagai pusat ekonomi lokal yang dinamis dan relevan.

Dewan Pakar DPP Partai Gerindra Ir. H Bambang Haryo Soekartono saat meninjau kondisi pasar Prambon, Sidoarjo, menegaskan Pasar di Solo dapat dijadikan contoh untuk pasar tradisional di daerah lain dalam beberapa aspek yang mencakup tarif sewa lapak yang terjangkau dan penarikan retribusi yang rendah, hanya sebesar Rp. 1000. Selain itu, tata letak pasar juga diapresiasi karena dianggap sangat baik. keyakinannya bahwa model ini dapat diterapkan di Sidoarjo sehingga pasar di sana dapat menjadi yang terbaik.

Pendekatan ini mencerminkan semangat untuk mengadopsi praktik-praktik positif dari pasar lain yang telah berhasil, menciptakan lingkungan yang mendukung bagi para pedagang, dan memastikan bahwa infrastruktur pasar dirancang untuk memfasilitasi pertumbuhan ekonomi lokal. Dengan menggunakan Solo sebagai model, diharapkan Sidoarjo juga dapat mengembangkan pasar tradisionalnya sehingga menjadi pusat perdagangan yang efisien dan menarik bagi masyarakat.

Keterlibatan masyarakat dalam pasar tradisional juga menciptakan hubungan sosial yang kuat. Di sini, orang bertemu, berbaur, dan berbagi cerita. Pasar tradisional bukan hanya tempat belanja, tetapi juga panggung kehidupan sehari-hari di mana hubungan sosial dan keakraban tumbuh.

Baca Juga: Anies-Imin Mulai Tempel Ketat Prabowo-Gibran

Ketika kita berbicara tentang pasar tradisional, kita seharusnya tidak hanya melihatnya sebagai tempat berbelanja, tetapi sebagai wadah di mana warisan budaya dilestarikan dan keberagaman lokal dijaga. Dalam menghadapi tantangan zaman, pasar tradisional dapat tetap relevan dan kuat dengan mengintegrasikan inovasi yang bijak, memperkuat identitas lokal, dan memperluas dampak positifnya pada ekonomi dan sosial masyarakat.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: