Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Gibran Rakabuming Soal Keluar dari Middle Income Trap: Memajukan Ekonomi Indonesia

Oleh: Robi, S.Ik, Ketua Umum PAC GP Ansor Batuceper

Gibran Rakabuming Soal Keluar dari Middle Income Trap: Memajukan Ekonomi Indonesia Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Middle-income trap mengacu pada situasi di mana negara-negara menghadapi kesulitan untuk maju dari kategori pendapatan menengah ke kategori yang lebih tinggi. Sejumlah ahli ekonomi telah menginvestigasi fenomena ini, menyediakan wawasan yang berharga mengenai faktor-faktor yang dapat menyebabkan kondisi tersebut. Justin Yifu Lin (2012), ekonom Tiongkok yang pernah menjadi kepala ekonom Bank Dunia, menyoroti bahwa negara-negara yang terjebak dalam middle-income trap sering kali menghadapi tantangan struktural yang melibatkan masalah dalam kompetitivitas, inovasi rendah, dan kurangnya diversifikasi ekonomi. Bukunya, “The Quest for Prosperity: How Developing Economies Can Take Off,” membahas gagasan tentang bagaimana negara-negara berkembang dapat mengatasi masalah ini.

Sejumlah ahli lainnya, seperti Dani Rodrik (2007), seorang ekonom dari Harvard University, mempertimbangkan bahwa faktor-faktor seperti kebijakan ekonomi yang kurang tepat, kurangnya investasi dalam penelitian dan pengembangan, serta kecenderungan untuk bergantung pada sektor ekonomi tertentu dapat menjadi penyebab middle-income trap. Dalam tulisannya, “One Economics, Many Recipes: Globalization, Institutions, and Economic Growth,” Rodrik membahas beragam resep kebijakan ekonomi yang dapat membantu negara-negara keluar dari middle-income trap.

Baca Juga: Teddy Gusnaidi: Walaupun Tertinggi, Prabowo-Gibran Tidak Pongah

Ada juga pandangan yang berfokus pada aspek sosial dan institusional. Joseph Stiglitz (2002), penerima Hadiah Nobel Ekonomi, berpendapat bahwa ketimpangan sosial dan kebijakan ekonomi yang tidak inklusif dapat memperlambat kemajuan suatu negara. Dalam bukunya yang terkenal, “Globalization and Its Discontents,” Stiglitz membahas dampak dari kebijakan ekonomi global terhadap negara-negara yang terjebak dalam middle-income trap. Namun, penting untuk diingat bahwa setiap situasi negara yang terjebak dalam middle-income trap bisa berbeda, tergantung pada konteks historis, sosial, dan ekonominya. Strategi untuk keluar dari middle-income trap tidaklah satu ukuran untuk semua dan dapat bervariasi sesuai dengan kondisi spesifik dari setiap negara.

Gibran Rakabuming Raka, sebagai calon Wakil Presiden, menggarisbawahi pentingnya bagi Indonesia untuk keluar dari Middle Income Trap dalam visi misi yang disampaikannya dalam debat Cawapres di JCC Senayan. Menurutnya, sebagai negara besar, Indonesia memiliki potensi yang perlu dioptimalkan dengan meningkatkan nilai tambah dalam negeri sebagai kunci utama dalam mencapai hal ini. Dalam konteks kondisi global yang diwarnai oleh resesi, perang dagang, dan konflik geopolitik, Gibran menyoroti bahwa Indonesia telah menunjukkan ketahanan ekonomi yang memadai dengan pertumbuhan ekonomi yang tetap berada di level 5%. Pertumbuhan ekonomi yang berkualitas diharapkan tidak hanya mampu menstabilkan ekonomi, tetapi juga dapat mengurangi angka pengangguran, kemiskinan, mengurangi kesenjangan ekonomi, serta mengendalikan tingkat inflasi.

Gibran menawarkan beberapa agenda ke depan yang dianggapnya penting dalam upaya keluar dari Middle Income Trap. Salah satunya adalah melanjutkan langkah hilirisasi, yang tidak hanya terfokus pada sektor tambang, tetapi juga pada sektor pertanian, perikanan, dan hilirisasi digital. Hal ini menandakan upaya untuk memperluas cakupan dan menciptakan nilai tambah lebih besar dari sektor-sektor ekonomi yang beragam.

Pemerataan pembangunan menjadi fokus penting dalam visi Gibran. Dia menegaskan bahwa pembangunan tidak lagi harus bersifat sentris terhadap Pulau Jawa, melainkan juga harus merambah ke berbagai daerah lainnya di Indonesia. Selain itu, Gibran menekankan pentingnya sektor ekonomi kreatif dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Dengan menyebutkan bahwa UMKM menyumbang lebih dari 60% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), Gibran melihat potensi besar dalam sektor ini untuk menjadi penggerak utama pertumbuhan ekonomi di masa depan.

Baca Juga: Tolak Laporan Soal Gibran, Bawaslu Dilaporkan ke DKPP

Dengan menggabungkan pendekatan hilirisasi, pemerataan pembangunan, fokus pada sektor kreatif dan UMKM, Gibran optimistis bahwa Indonesia dapat membuka lebih dari 19 juta lapangan kerja baru. Ini tidak hanya akan memberikan kontribusi nyata terhadap pertumbuhan ekonomi, tetapi juga pada peningkatan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Dalam keseluruhan pandangan visi misinya, Gibran membawa perhatian pada strategi yang bertujuan untuk membawa Indonesia keluar dari Middle Income Trap dengan terus meningkatkan nilai tambah dalam negeri, mendorong diversifikasi sektor ekonomi, serta memberikan perhatian yang lebih merata pada seluruh wilayah Indonesia. Ini semua sejalan dengan upaya untuk menciptakan ekonomi yang lebih kuat dan inklusif bagi seluruh masyarakat Indonesia.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: