Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ekonomi China Melambat, Kemenperin: Optimisme Pelaku Usaha Industri Non Migas Tetap Terjaga pada Tahun 2024

Ekonomi China Melambat, Kemenperin: Optimisme Pelaku Usaha Industri Non Migas Tetap Terjaga pada Tahun 2024 Kredit Foto: Kemenperin
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pelambatan ekonomi China sebagai mitra dagang utama Indonesia masih terus membayangi kinerja industri pengolahan nonmigas hingga akhir tahun 2023. Meskipun pertumbuhan ekonominya cukup tinggi pada triwulan III-2023, impor China dari beberapa negara termasuk Indonesia melandai pada November lalu.

Ekspor produk industri pengolahan nonmigas ke China tercatat turun 6,44% dibandingkan bulan sebelumnya. Namun, Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK-BI) masih menunjukkan optimisme yang baik pada akhir tahun 2023 ini. Demikian pula dengan Indeks Kepercayaan Industri bulan Desember ini.

Baca Juga: Industri Nasional Tunjukkan Tren Positif Sepanjang 2023, Cek Datanya!

“Indeks Kepercayaan Industri (IKI) Desember 2023 mencapai 51,32. Meskipun turun 1,11 poin dibandingkan November 2023, IKI masih ekspansi. Nilai ini juga meningkat 0,42 poin dibandingkan dengan nilai IKI Desember tahun lalu yang sebesar 50,90,” kata Juru Bicara Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Febri Hendri Antoni Arif, dilansir dari siaran pers, Jumat (29/12). 

Febri menjelaskan, perlambatan ini dipengaruhi oleh penurunan nilai IKI pada 17 subsektor industri pengolahan nonmigas. Kemudian, semua variabel pembentuk IKI mengalami penurunan, yaitu variabel pesanan baru, variabel produksi, dan variabel persediaan produk.

Kondisi ini menunjukkan terjadi tren peningkatan persediaan/stok produk pada industri pengolahan yang merata hampir di semua subsektor. Dari 23 subsektor industri pengolahan nonmigas, hanya dua subsektor yang variabel persediaannya mengalami ekspansi karena stok tersalurkan ke pasar.  

Berkurangnya jumlah hari kerja efektif karena Natal dan Tahun Baru turut menyebabkan penurunan produktivitas industri pengolahan nonmigas di bulan Desember 2023. Kondisi pasar global juga belum pulih dan stabil, mengakibatkan perlambatan permintaan produk (pesanan) dari luar negeri. 

Baca Juga: Menperin Bongkar 4 Tantangan Global yang Diperkirakan Menghambat Industri Nasional pada Tahun 2024

Iklim usaha di Indonesia sendiri pada akhir tahun ini diwarnai dengan penurunan harga komoditas ekspor dan kenaikan harga energi. Kondisi ini menyebabkan perusahaan yang telah mempersiapkan produknya untuk akhir tahun belum dapat tersalurkan ke pasar secara optimal sehingga terjadi penumpukan stok produk.

Penurunan terbesar nilai IKI dialami oleh industri komputer, barang elektronik & optik yang sekaligus menjadikan subsektor yang memiliki kontraksi tertinggi atau nilai IKI terendah. Subsektor ini sejak bulan Oktober 2023 terus mengalami peningkatan kontraksi. Industri yang perlu mendapatkan perhatian lainnya adalah industri tekstil dan industri pengolahan lainnya.

Faktor dominan yang menyebabkan nilai IKI turun adalah pasar yang belum pulih terutama pasar luar negeri, daya saing harga jual dengan produk impor, ketersediaan bahan baku/penolong, dan waktu tunggu pengiriman.

Lebih detail, Febri menjelaskan, IKI yang ekspansi dipengaruhi oleh ekspansinya nilai IKI pada 15 subsektor dengan kontribusi terhadap PDB triwulan III - tahun 2023 sebesar 86,3%. Dari 15 subsektor tersebut, lima subsektor mengalami kenaikan nilai IKI.

Peningkatan nilai IKI terjadi pada subsektor industri pengolahan tembakau, industri pakaian jadi, industri peralatan listrik, reparasi dan pemasangan mesin/alat, dan industri minuman. Dua subsektor di antaranya berubah dari kontraksi menjadi ekspansi dibandingkan bulan sebelumnya, yaitu industri peralatan listrik serta jasa reparasi dan pemasangan mesin dan peralatan.

Baca Juga: OJK Rilis Laporan Surveillance Perbankan Indonesia Triwulan III 2023, Bagaimana Hasilnya?

Febri menyampaikan, secara umum, kondisi kegiatan usaha industri di bulan Desember 2023 tetap terjaga dari bulan November 2023, dilihat dari kenaikan persentase jawaban responden yang menjawab kondisi usahanya membaik dan tetap mencapai 78,6%.

Tingkat optimisme pelaku usaha enam bulan ke depan pun naik dari 61,41% menjadi 62,39%. Faktor dominan optimisme pelaku usaha antara lain dari kondisi pasar, kebijakan pemerintah pusat dan daerah, proses perizinan, dan inflasi. Hampir semua subsektor memiliki ekspektasi atau optimisme yang besar terhadap kondisi bisnisnya di semester I - 2024 mendatang.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Belinda Safitri
Editor: Belinda Safitri

Advertisement

Bagikan Artikel: