Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Korbankan Anwar Usman hingga Ketua KPU, Aktivis Sebut Keserakahan Politik Jokowi Sudah Terlihat Sejak Periode Kedua

Korbankan Anwar Usman hingga Ketua KPU, Aktivis Sebut Keserakahan Politik Jokowi Sudah Terlihat Sejak Periode Kedua Kredit Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Warta Ekonomi, Jakarta -

Gelombang kekecewaan terhadap Presiden Jokowi terus berdatangan. Akademisi dan para aktivis demokrasi menilai, Jokowi telah merusak proses demokrasi Pemilu 2024 karena berupaya membangun dinasti politik melalui putusan Mahkamah Konstitusi (MK) tentang batas usia capres-cawapres. 

Bahkan, karena putusan MK yang meloloskan Gibran Rakabuming Raka menjadi calon wakil presiden di Pilpres 2024, Ketua MK Anwar Usman harus dipecat, sementara Ketua KPU RI Hasyim Asy’ari mendapatkan sanksi berupa teguran keras dari Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP). 

Aktivis 98 Prijo Wasono mengatakan, keserakahan politik Jokowi sudah mulai terlihat di periode kedua, terutama saat Jokowi memasukan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto masuk ke jajaran kabinet Indonesia Maju menjadi Menteri Pertahanan. Padahal, kata Prijo, Jokowi telah berjanji akan menuntaskan masalah pelanggaran HAM yang diketahui melibatkan Prabowo Subianto. 

“Sebetulnya kapan Jokowi begitu serakah? begitu brutal di akhir periode? dia dengan berbagai cara berupaya agar Gibran ini lolos sebagai cawapres. Gerakan kesana sebenarnya sudah kelihatan lama. Jadi meskipun keputusan MK belum disahkan waktu itu, tapi setelah Gibran menjadi Wali Kota, konsolidasi relawan Gibran sudah mulai dijalankan di berbagai kota,” kata Prijo Wasono dalam Diskusi Daring bertajuk "Seruan Moral Bergema: Dejavu 98 Apakah Terulang?" yang digelar Forum Intelektual Muda, Senin (5/2/2024) malam. 

Ia menegaskan, langkah Jokowi memasukkan Prabowo Subianto sebagai bagian dari pemerintahan dan konsolidasi relawan untuk kepentingan putra sulungnya Gibran Rakabuming Raka telah membuat kecewa para aktivis yang sebelumnya cukup mengapresiasi kepemimpinan Jokowi sebagai Kepala Negara. 

Baca Juga: Mahfud Md: Ketua KPU Sudah Dua Kali, Sekali Lagi Harus Dihentikan

Bagi aktivis 98 yang masih memegang idealisme gerakan, bagaimanapun orang mencitrakan Prabowo sebagai tokoh bersih, tidak mungkin bisa. Sebab, kata dia, Prabowo jelas terlibat dalam kasus penculikan aktivis 98, seperti Wiji Thukul yang tidak diketahui keberadaannya hingga hari ini.

“Wiji Thukul sampai sekarang tidak diketahui dimana, Surya juga tidak diketahui ada dimana, ada satu lagi ditemukan meninggal di Magetan itu hilang,” tutur Prijo. 

Jokowi, lanjut Prijo, sempat berjanji akan menuntaskan persoalan HAM dan mencari tahu keberadaan Wiji Thukul. Namun, di akhir periode kedua, Jokowi bersikap sebaliknya, dia malah berkoalisi dengan pelaku penculikan.

Lebih lanjut, kemarahan rakyat semakin tak terbendung ketika Jokowi benar-benar membiarkan rekayasa hukum yang terjadi di MK, yang diduga kuat untuk memuluskan Gibran Rakabuming Raka bisa maju sebagai cawapres, mendampingi Prabowo Subianto. 

“Ketika MK secara mengejutkan, membuat keputusan memungkinkan Gibran bisa masuk ke cawapres itu, baru meluas kesadaran. Itu baru meluas di kalangan masyarakat, baik itu akademisi teman-teman aktivis, mahasiswa di teman seniman maupun di tokoh-tokoh masyarakat atau tokoh agama,” pungkasnya. 

Baca Juga: Gejolak Sosial Politik Lebih Parah, Pengamat Minta Jokowi Hentikan Cawe-Cawe atau Paslon 02 Didiskualifikasi

Dalam kesempatan yang sama, Co-Founder Forum Intelektual Muda Muhammad Sutisna mengatakan bahwa demokrasi di Indonesia diambang kehancuran, akibat segelintir orang. Mereka berupaya menekan kekuatan rakyat agar tidak mengambil peranan di Pemilu 2024. 

“Padahal kita tahu bahwa demokrasi itu ya dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Rasanya itu jauh dari semangat penguasa saat ini,” ujarnya. 

Melalui diskusi bersama kelompok pemuda dan mahasiswa, Sutisna ingin mendorong agar ikhtiar menjaga demokrasi terus dilakukan. Baginya, akal sehat dan idealisme harus terus dipertahankan agar kemajuan Indonesia tidak terhambat oleh praktik KKN, yang mulai terlihat di negeri ini. 

“Kita akan terus berdiskusi mengkritisi yang salah dari perjalanan demorkasi kita,” pungkasnya. 

Diketahui, Diskusi Daring bertajuk "Seruan Moral Bergema: Dejavu 98 Apakah Terulang?" yang digelar Forum Intelektual Muda menghadirkan Pemerhati Sosial Politik Surya Fermana, Akademisi UIN Sunan Kalijaga El Guyanie dan Aktivis 98 Prijo Wasono sebagai narasumber. Hadir pula puluhan pemuda dan mahasiswa dari berbagai daerah di Indonesia sebagai peserta dalam diskusi tersebut.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Amry Nur Hidayat

Advertisement

Bagikan Artikel: