Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Impor Nikel China Turun ke Level Terendah Karena Indonesia

Impor Nikel China Turun ke Level Terendah Karena Indonesia Kredit Foto: Wafiyyah Amalyris K
Warta Ekonomi, Jakarta -

Impor produk mentah China menjadi salah satu hal yang disoroti dunia akibat posisinya sebagai negara dengan pertumbuhan ekonominya berdasarkan industri manufaktur. 

Hal yang menjadi sorotan salah satunya adalah impor nikel olahan China turun ke level terendah dalam satu dekade terakhir pada 2023 dapat menjadi pergeseran dalam ramah pasok produksi global. 

Mengutip Reuters, Seruan China pada nikel dengan kemurnian tinggi Kelas I telah berkurang selama berbulan-bulan karena negara itu meningkatkan impor bentuk logam lain dari Indonesia.

"Sebagian besar bahan Indonesia secara tradisional adalah nickel pig iron (NPI) menuju sektor stainless steel China," tulis Reuters dikutip, Rabu (7/2/2024). 

Baca Juga: Meski Nikel Ditinggalkan, Indonesia Berpotensi Jadi Produsen LFP

Dimana, baru-baru ini, arus perdagangan termasuk meningkatnya jumlah matte dan mixed hydroxide precipitate (MHP) yang ditujukan untuk konversi menjadi baterai kendaraan listrik.

"Evolusi terbaru adalah kemampuan operator Cina untuk mengubah zat antara menjadi logam olahan, menghasilkan peningkatan ekspor bahan Kelas I," tulisnya. 

Adapun penyebab daripada penurunan impor nikel China salah satunya adalah perubahan pola perdagangan China dengan Indonesia berubah setelah Indonesia melarang ekspor bijih nikel pada awal 2020.

Dimana, Produsen NPI China telah menjadi penerima utama bijih Indonesia dan mereka merespons dengan membangun kapasitas pemrosesan di Indonesia sendiri.

"Aliran bijih antara kedua negara semuanya menghilang untuk digantikan oleh NPI dari pabrik baru Indonesia," tulisnya. 

Hal itu membuat, sebagian besar bahan itu pada akhirnya ditujukan untuk sektor baja tahan karat China yang besar dan NPI tetap menjadi kategori perdagangan volume terbesar antara kedua negara, tumbuh sebesar 47% lagi menjadi 7,92 juta metrik ton pada tahun 2023.

Baca Juga: Produsen EV Beralih ke LFP, Nikel Harus Diolah Dalam Bentuk Lain!

Namun, peningkatan jumlah kapasitas di Indonesia, sebagian besar dimiliki dan dioperasikan oleh perusahaan China, sekarang memproses bijih laterit negara itu menjadi bentuk nikel lain seperti matte dan MHP sebagai rute logam menjadi bahan prekursor untuk baterai.

Sehingga Impor matte China telah menjamur dari hanya 10.800 ton pada tahun 2020 menjadi 300.500 ton pada tahun 2023. Materi Indonesia menyumbang 93% dari asupan tahun lalu.

"Impor PLTMH tumbuh dari 336.000 ton pada 2020 menjadi 1,32 juta ton tahun lalu, di mana 63% di antaranya berasal dari Indonesia," tulisnya. 

Pertumbuhan eksponensial dalam perdagangan China-Indonesia mencerminkan ledakan berkelanjutan dalam produksi Indonesia yang mengikuti larangan ekspor bijih yang belum diproses.

Dimana, Produksi tambang melonjak 48% dari 2021 hingga 2022 dan 29% lagi dalam 11 bulan pertama tahun 2023, menurut Kelompok Studi Nikel Internasional. 

Dengan begitu, Indonesia sekarang menyumbang lebih dari setengah produksi global, dibandingkan dengan sepertiga pada 2019. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Djati Waluyo
Editor: Annisa Nurfitri

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: